19.01.2015 Views

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kampung Jambuq<br />

• hutan sekunder muda (belukar rendah);<br />

• belukar tua (belukar rendah);<br />

• belukar (lati);<br />

• hutan rawa (rapak);<br />

• hutan kerangas (rapak).<br />

5.2 Pengelolaan hutan dan IPPK/IPHH<br />

Kampung Jambuq tidak memiliki kawasan hutan lindung karena semua hutan telah<br />

<strong>di</strong>kuasai oleh PT. ITCI. Masyarakat Jambuq mendapatkan kompensasi dari PT. ITCI yang<br />

besarnya Rp. 3.000/kubik. Biasanya uang kompensasi tersebut <strong>di</strong>terima per 3 bulan<br />

sekali dan kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>bagikan ke masyarakat <strong>kampung</strong>. Menurut responden rumah<br />

tangga kurang mampu, mereka tidak pernah <strong>di</strong>libatkan dalam pengambilan keputusan<br />

mengenai konsesi hasil hutan dan juga mereka mempertanyakan jumlah fee yang<br />

berbeda-beda.<br />

5.3 Keterjangkauan terhadap lahan<br />

Menurut petinggi, seluruh rumah tangga memiliki lahan. Sampai dengan saat ini belum<br />

pernah terja<strong>di</strong> jual beli lahan. Walaupun PT. ITCI membayar kompensasi, tetapi<br />

masyarakat tidak mengartikan bahwa PT. ITCI membeli lahan mereka. PT. ITCI<br />

menggunakan lahan mereka tanpa adanya kesepakatan yang jelas antara kedua belah<br />

pihak. Pembayaran kompensasi juga tidak berdasarkan perjanjian apapun. Semua<br />

masyarakat <strong>kampung</strong> mendapatkan pembagian kompensasi yang <strong>di</strong>lakukan per 3 bulan<br />

sekali, walaupun besarnya berbeda-beda.<br />

5.4 Perladangan<br />

Sekitar tigaperempat dari rumah tangga menanam pa<strong>di</strong>. Sebagian besar menanam pa<strong>di</strong><br />

pada lokasi ladang, hanya sekitar 10% - 15% responden yang menanam pa<strong>di</strong> <strong>di</strong> lokasi<br />

sawah. Dalam 5 tahun terakhir, jumlah rumah tangga yang berladang meningkat<br />

hingga sekitar 84% pada tahun 2003.<br />

Sekitar sepertiga dari yang berladang menggunakan lahan pinjaman, sisanya<br />

berladang pada lahan milik sen<strong>di</strong>ri. Kebanyakan rumah tangga yang berladang<br />

menanam bibit pa<strong>di</strong> antara 0,5 – 2 kaleng, walaupun khusus pada tahun 2002 ada yang<br />

menanam bibit sampai dengan 4 kaleng.<br />

Sekitar 60% dari responden rumah tangga yang berladang dapat memenuhi<br />

kebutuhan beras mereka untuk 1 tahun dari hasil ladang mereka sen<strong>di</strong>ri. Sisanya hanya<br />

cukup untuk kebutuhan 6 - 10 bulan. Bagi rumah tangga yang tidak tercukupi<br />

kebutuhan berasnya, mereka mendapatkan tambahan beras dengan cara membeli.<br />

Tidak ada responden rumah tangga yang menyatakan pernah mendapat bantuan dari<br />

keluarga.<br />

Hampir 90% dari rumah tangga yang berladang, membuka ladang pada lahan bera<br />

yang telah berumur lebih dari 10 tahun. Kebanyakan umur lahan berkisar antara 10 -<br />

30 tahun, bahkan beberapa <strong>di</strong>antaranya ada yang berumur 100 tahun.<br />

Sekitar 70% lokasi ladang dapat <strong>di</strong>tempuh dengan berjalan kaki antara 0,5 - 1<br />

jam. Sisanya harus <strong>di</strong>tempuh antara 1,5 – 2,5 jam. Hanya se<strong>di</strong>kit rumah tangga yang<br />

pergi ke ladang dengan menggunakan sepeda motor.<br />

96

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!