19.01.2015 Views

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kampung Cempedas<br />

Menurut ketua BPK, upaya penanaman pa<strong>di</strong> sawah pernah <strong>di</strong>lakukan dengan dukungan<br />

oleh LSM Care. Pengelolaan sawah tidak berlanjut karena beberapa kendala,<br />

<strong>di</strong>antaranya:<br />

• kebiasaan berladang <strong>di</strong> lahan kering, rumah tangga <strong>di</strong> <strong>kampung</strong> tidak terbiasa<br />

mengelola lahan sawah yang memerlukan banyak tahap pengelolaan <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ng<br />

dengan cara berladang <strong>di</strong> tanah kering. Pengelolaan ladang <strong>di</strong> rumah tangga<br />

<strong>di</strong>lakukan secara TOT atau tanam tanpa olah artinya tanpa <strong>di</strong>pupuk, tanpa <strong>di</strong>beri<br />

racun serangga, hanya <strong>di</strong>lakukan tebas, bakar dan tugal;<br />

• pemilihan lokasi persawahan. Meskipun terdapat pembuatan jalur irigasi, namun<br />

air tidak mampu masuk ke lokasi sawah, dan tidak terse<strong>di</strong>a alat bantu penyedot air<br />

guna memasukkan air ke lokasi persawahan.<br />

Hampir semua responden rumah tangga yang berladang mengolah lahan milik<br />

sen<strong>di</strong>ri, se<strong>di</strong>kit lainnya berladang <strong>di</strong> lahan bebas. Hampir separuh sawah yang <strong>di</strong>garap<br />

responden adalah sawah pinjaman, sisanya adalah milik sen<strong>di</strong>ri.<br />

Pada tahun 2002, benih yang <strong>di</strong>tanam petani berkisar antara 0.5 - 10 kaleng.<br />

Jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2003 <strong>di</strong>mana benih yang <strong>di</strong>tanam hanya<br />

berkisar antara 0.5 - 5 kaleng pa<strong>di</strong>. Kebanyakan responden menanam 3 kaleng pa<strong>di</strong><br />

pada setiap musim tanam.<br />

Sejumlah 50% responden yang bertani mengaku gagal panen, sebaliknya 50%<br />

lainnya menyatakan hasil panen mereka akan mencukupi hingga panen berikutnya.<br />

Seluruh responden menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan bantuan beras dari<br />

manapun. Lebih dari separuh (60%) mendapatkan beras tambahan dari membeli.<br />

Sepertiga responden berladang pada lahan bekas ladang yang berusia antara 10-20<br />

tahun, sisanya berladang pada lahan yang berusia <strong>di</strong> bawah 10 tahun dan yang berusia<br />

<strong>di</strong>atas 20 tahun.<br />

Dalam program peralihan kebiasaan berladang <strong>di</strong> lahan kering ke persawahan<br />

yang <strong>di</strong>fasilitasi Care, masyarakat yang menggarap sawah <strong>di</strong>beri subsi<strong>di</strong> beras. Namun<br />

karena program tersebut tidak berhasil maka bantuan subsi<strong>di</strong> beras pun <strong>di</strong> hentikan.<br />

Tidak ada informasi lengkap mengenai waktu (tahun berapa) program ini <strong>di</strong>laksanakan.<br />

Waktu tempuh dari <strong>kampung</strong> ke ladang bervariasi antara 5-60 menit, <strong>di</strong>mana<br />

sebagian besar bisa <strong>di</strong>tempuh dengan waktu 30 menit. Pada umumnya masyarakat<br />

berjalan kaki menuju ladang, tetapi ada juga sebagian kecil yang menggunakan sepeda<br />

motor.<br />

5.5 Pendapatan uang<br />

Penghasilan sebagian besar responden adalah dari rotan. Yang lainnya mendapatkan<br />

penghasilan uang dari peternakan, pengerjaan kerajinan rotan, penjualan sayuran,<br />

usaha warung, bekerja <strong>di</strong> perusahaan dan aparat <strong>kampung</strong>. Usaha dari kerajinan rotan<br />

bisa mencukupi keperluan rumah tangga. Terdapat satu keluarga yang telah berhasil<br />

mengelola rotan dalam skala yang cukup besar, dengan produk kerajinan berupa meja,<br />

kursi dan tikar. Produk mebel rotan ini telah banyak <strong>di</strong>pesan oleh orang-orang dari<br />

<strong>kampung</strong> <strong>di</strong> luar Cempedas. Harga bervariasi tergantung jenisnya. Satu set meja-kursi<br />

bisa mencapai harga Rp.1 juta, tergantung pada kualitas pesanan yang <strong>di</strong>inginkan.<br />

Satu rumah tangga lainnya, berusaha sebagai pengumpul rotan dengan menerima dan<br />

membeli rotan dari <strong>kampung</strong> sekitarnya. Usaha pengumpulan rotan ini cukup besar,<br />

beberapa rumah tangga dari Kampung Lotaq menyetor ke pengumpul ini.<br />

14

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!