19.01.2015 Views

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kampung Naha Tivab<br />

Menurut Juru Tulis, kon<strong>di</strong>si jalan dalam 5 tahun terakhir mengalami perubahan<br />

menja<strong>di</strong> semakin baik. Jalan yang menghubungkan dengan Kampung Long Apari sudah<br />

<strong>di</strong>semen. Di lain pihak, kon<strong>di</strong>si sungai <strong>di</strong>rasakan sedang, tidak terlalu baik tidak juga<br />

terlalu buruk. Kon<strong>di</strong>si sungai ini mengalami penurunan terutama karena masyarakat<br />

Naha Tivab merasa sangat terganggu dengan limbah dedak dari gilingan pa<strong>di</strong> warga<br />

Long Apari yang <strong>di</strong>buang ke sungai. Bila masyarakat ingin ke ibu kota kecamatan <strong>di</strong><br />

Tiong Ohang, selain dengan menggunakan perahu ces priba<strong>di</strong>, masyarakat juga bisa<br />

memanfaatkan long boat yang kadang-kadang melintas. Biaya untuk sekali jalan ke<br />

Tiong Ohang adalah Rp. 100.000, dan bila memakai kendaraan sen<strong>di</strong>ri akan<br />

menghabiskan 20 liter bensin. Biaya hidup dan transportasi ini akan semakin mahal bila<br />

musim kemarau tiba, karena jalur sungai menja<strong>di</strong> sangat dangkal dan hanya bisa<br />

<strong>di</strong>lalui perahu kecil.<br />

Waktu untuk mencapai ibukota kecamatan dalam 5 tahun terakhir menja<strong>di</strong> lebih<br />

cepat, karena ada long boat dan speed boat yang melintas setiap minggu.<br />

Bagi orang yang tidak terbiasa, perjalanan antara Kampung Naha Tivab dan Tiong<br />

Ohang merupakan masalah tersen<strong>di</strong>ri. Sungai Mahakam yang terkadang hanya selebar<br />

5-10 meter <strong>di</strong>tambah dengan batu-batu dan riam menja<strong>di</strong> kendala yang menyulitkan.<br />

Dalam debit air normal, antara Naha Tivab dan Tiong Ohang terdapat 3 riam yang<br />

cukup berbahaya <strong>di</strong>tambah sekitar 40-an jeram-jeram kecil. Tingkat kesulitan jeramjeram<br />

ini berubah-ubah tergantung pada debit air sungai.<br />

5.7 Keterjangkauan terhadap energi<br />

Energi yang <strong>di</strong>gunakan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari adalah:<br />

• kayu bakar;<br />

• minyak tanah;<br />

• listrik (genset).<br />

Kayu bakar adalah satu-satunya sumber energi yang mudah <strong>di</strong>jangkau masyarakat<br />

karena tidak harus <strong>di</strong>beli. Minyak tanah dan sumber listrik <strong>di</strong>rasakan semakin sulit<br />

terjangkau karena harganya yang mahal. Harga minyak tanah adalah Rp. 4.000/liter<br />

dan harga bensin berkisar antara Rp. 5.000 - Rp. 7.000/liter. Ban<strong>di</strong>ngkan dengan harga<br />

bensin <strong>di</strong> Samarinda yang hanya Rp. 1.810/liter. Hanya 1 rumah yang mempunyai<br />

mesin genset sebagai sumber listrik. Mesin tersebut hanya <strong>di</strong>hidupkan pada malam hari<br />

dari pukul 6 - 10 malam hari.<br />

5.8 Kon<strong>di</strong>si rumah penduduk<br />

Rumah penduduk terbuat dari kayu bukan ulin dan bengkirai. Hampir seluruh atap<br />

rumah terbuat dari kepang. Seluruh rumah berlantaikan papan. Rumah yang berukuran<br />

kecil rata-rata <strong>di</strong>huni oleh 2 - 4 kepala keluarga dalam 1 rumah. Hampir semua rumah<br />

tidak memiliki aliran listrik. Hanya sekitar 10% dari rumah yang memiliki aliran listrik<br />

yang berasal dari mesin milik priba<strong>di</strong>. Tidak ada rumah tangga yang memiliki WC<br />

dalam rumah. Karena kon<strong>di</strong>si sungai yang berbatu-batu (karangan) maka hanya ada 2<br />

WC sungai (jamban) <strong>di</strong> <strong>kampung</strong> ini.<br />

255

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!