19.01.2015 Views

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kampung Long Daliq<br />

masyarakat <strong>kampung</strong> melalui musyawarah <strong>kampung</strong>. Masyarakat kurang mampu<br />

menyampaikan bahwa mereka mengetahui bahwa memang pernah ada pihak <strong>kampung</strong><br />

yang mengajukan konsesi HPHH, dan mereka juga menerima penghasilan dari konsesi<br />

tersebut, namun mereka tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan akan<br />

konsesi tersebut.<br />

5.3 Keterjangkauan terhadap lahan<br />

Menurut Petinggi, seluruh rumah tangga <strong>di</strong> Kampung Long Daliq memiliki<br />

keterjangkauan terhadap lahan, dan seluruh rumah tangga juga mempunyai lahan<br />

sen<strong>di</strong>ri. Keterjangkauan ini tidak berubah dalam 5 tahun terakhir ini. Selama ini belum<br />

pernah terja<strong>di</strong> kasus jual beli lahan <strong>di</strong> <strong>kampung</strong> ini.<br />

5.4 Perladangan<br />

Antara 68% - 80% responden rumah tangga berladang dalam 5 tahun terakhir ini. Ada<br />

se<strong>di</strong>kit (6%) responden yang pernah membuat sawah pada tahun 1999 dan 2000, namun<br />

3 tahun terakhir tidak lagi <strong>di</strong>garap. Sekitar 75% responden menyatakan bahwa mereka<br />

berladang <strong>di</strong> lahan sen<strong>di</strong>ri, namun sisanya tidak menjelaskan tentang status lahan yang<br />

mereka garap.<br />

Separuh dari responden menyatakan bahwa mereka berladang pada lahan bekas<br />

ladang yang berusia kurang dari 10 tahun. Jarak tempuh ladang dengan tempat tinggal<br />

berkisar antara 3 – 45 menit. Lebih dari 80% berangkat menuju ladang dengan<br />

berjalan kaki, sisanya menggunakan ces/ketinting.<br />

Pada tahun 2002, jumlah benih yang <strong>di</strong>tanam berkisar antara 1 - 8 kaleng pa<strong>di</strong><br />

dan rata-rata responden menanam 2 kaleng pa<strong>di</strong>. Pada tahun 2003 terja<strong>di</strong> penurunan,<br />

<strong>di</strong>mana jumlah benih yang <strong>di</strong>tanam berkisar antara 1 – 5,50 kaleng. Hasil panen tahun<br />

sebelumnya rata-rata hanya bertahan antara 4 - 10 bulan. Sekitar 44% responden<br />

rumah tangga menyatakan bahwa mereka memperoleh bantuan beras dari pemerintah<br />

tahun 2003. Selain pemerintah, tidak ada pihak lain yang memberi bantuan beras.<br />

5.5 Pendapatan uang<br />

Kebanyakan responden (40%) memperoleh penghasilan uang dari kayu. Bekerja <strong>di</strong><br />

perusahaan kayu, menja<strong>di</strong> operator chainsaw dan ‘banjir kap’ merupakan usaha yang<br />

banyak <strong>di</strong>lakoni responden.<br />

Usaha lain yang juga menghasilkan uang adalah nelayan (menjual ikan), menjual<br />

sayur dan rotan. Sebagian kecil responden menja<strong>di</strong> motoris perahu ces tenaga honor<br />

pada Dinas Pertanian.<br />

5.6 Infrastruktur ekonomi<br />

Tidak ada pasar <strong>di</strong> <strong>kampung</strong> ini. Yang ada hanyalah orang dari luar yang berjualan<br />

pakaian keliling pada saat ada keramaian seperti pada saat upacara adat dan<br />

perkawinan.<br />

Bila masyarakat membutuhkan bahan makanan yang lebih lengkap atau untuk<br />

pemenuhan kebutuhan yang lainnya maka mereka harus pergi ke Long Iram yang<br />

berjarak setengah jam menggunakan ces dengan biaya Rp. 15.000,-. Alternatif lain<br />

191

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!