19.01.2015 Views

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kampung Long Pananeh II<br />

<strong>di</strong>survei menyatakan ada anak yang putus sekolah pada tingkat SD dan SLTP. Menurut<br />

salah seorang guru SMP Tiong Bu’u yang juga adalah warga Long Pananeh II, alasan<br />

anak-anak putus sekolah adalah karena tidak ada biaya. Namun berdasarkan<br />

wawancara dengan responden rumah tangga, selain alasan biaya juga karena anakanak<br />

tersebut malas untuk bersekolah. Umumnya yang putus sekolah adalah anak lakilaki<br />

yang bekerja membantu orangtuanya mencari gaharu atau menja<strong>di</strong> penjaga gua<br />

sarang burung walet.<br />

Tingkat pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan para guru tidak mengalami perubahan dalam 5 tahun<br />

terakhir. Tingkat keaktifan guru dalam mengajar mengalami penurunan karena pada<br />

umumnya guru-guru berasal dari <strong>kampung</strong> atau daerah lain sehingga sering memilih<br />

meninggalkan tugas.<br />

Menurut informasi guru, persentase kelulusan SD dan SMP mengalami<br />

peningkatan. Selain pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan formal, <strong>di</strong> <strong>kampung</strong> ini juga ada program pemerintah<br />

untuk pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan orang dewasa yaitu Program Paket A.<br />

Tidak ada informasi rinci tentang siswa baru tahun ini. Diperkirakan jumlah siswa<br />

baru SMU berjumlah 27 orang dan jumlah siswa kelas II SMP 64 orang.<br />

6.2 Infrastruktur dan pelayanan pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan<br />

Anak-anak dari <strong>kampung</strong> Long Pananeh II dan <strong>kampung</strong> resertlement sekitar harus<br />

bersekolah <strong>di</strong> SD sampai dengan SMA <strong>di</strong> Tiong Ohang. Dalam 5 tahun terakhir <strong>di</strong> Tiong<br />

Ohang terja<strong>di</strong> peningkatan jumlah sekolah, SMA yang ada adalah sekolah baru yang<br />

mulai <strong>di</strong>fungsikan pada tahun ajaran 2002/2003. Namun SMA ini belum mempunyai<br />

gedung sen<strong>di</strong>ri sehingga harus bersekolah pada sore hari dan meminjam gedung SD.<br />

Secara umum kon<strong>di</strong>si fisik sekolah <strong>di</strong> kawasan ini mengalami penurunan. Di Tiong<br />

Ohang juga terse<strong>di</strong>a taman kanak-kanak (TK) namun sarana dan prasarana untuk TK<br />

inipun belum lengkap sehingga Kelas 0 Kecil dan Kelas 0 Besar harus masuk bergantian.<br />

Terja<strong>di</strong> peningkatan dalam keterse<strong>di</strong>aan buku-buku dan alat-alat serta gaji/honor<br />

guru.<br />

Bagi keluarga yang cukup mampu, setelah lulus SMP kebanyakan anak-anak<br />

mereka melanjutkan sekolah ke Samarinda atau Melak.<br />

6.3 Resume trend perubahan<br />

Komponen Perubahan Keadaan Saat Ini Perubahan Responden<br />

Jumlah sekolah<br />

4; kolektif untuk Meningkat Guru<br />

<strong>kampung</strong><br />

resetlement<br />

Kon<strong>di</strong>si sekolah - Memburuk Guru<br />

Alat-alat dan buku-buku - Meningkat Guru<br />

Jumlah staf - Berkurang Guru<br />

Gaji/honor guru - Lebih besar Guru<br />

Tingkat pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan guru - Sama saja Guru<br />

Tingkat keaktifan guru - Berkurang Guru<br />

Persentase kelulusan - Meningkat Guru<br />

Tingkat orang yang dapat membaca<br />

dan menulis<br />

- Meningkat Guru<br />

210

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!