19.01.2015 Views

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kampung Long Pananeh II<br />

perubahan. Jarak yang jauh menyulitkan mereka untuk mengakses lahan ini, juga<br />

harga rotan yang tidak menentu membuat mereka enggan untuk memanen rotan.<br />

Saat ini luasan hutan perawan (tu’an hawu) <strong>di</strong>perkirakan 60% dan hutan sekunder<br />

(bele’ang) seluas 30%.<br />

Informasi dari anggota BPK dan kepala adat serta beberapa tokoh masyarakat<br />

dalam <strong>di</strong>skusi menjelaskan tentang perubahan yang terja<strong>di</strong> terhadap kawasan hutan <strong>di</strong><br />

Sungai Kasau sebelum 1990 sebagai berikut:<br />

Perubahan Penyebab Dampak<br />

Lebih sulit <strong>di</strong>akses<br />

Luasan hutan sekunder tua<br />

dan kebun rotan bertambah<br />

Resetlement <strong>kampung</strong><br />

Jarak yang jauh<br />

Jalur transportasi yang sulit<br />

Tidak pernah <strong>di</strong>pakai sejak<br />

1972<br />

Rotan tidak pernah <strong>di</strong>panen<br />

sejak 1972<br />

Harga rotan tidak ada<br />

Harus pinjam lahan <strong>di</strong><br />

tempat baru<br />

-<br />

Yang <strong>di</strong>akui sebagai hutan Kampung Long Pananeh II adalah hutan yang ada <strong>di</strong><br />

Sungai Kasau yang berjarak 9 jam perjalanan dengan perahu ces 10 PK dari <strong>kampung</strong><br />

sekarang. Untuk menuju ke tempat asal ada jalur sungai yang selama 1 jam terusmenerus<br />

adalah riam yang tidak akan bisa <strong>di</strong>lalui bila musim kemarau.<br />

Petinggi menjelaskan bahwa <strong>di</strong> lokasi <strong>kampung</strong> lama <strong>di</strong> Sungai Kasau jenis-jenis<br />

tumbuhan dan binatang hutan tidak mengalami perubahan, masih tetap seperti dulu.<br />

Jarak yang jauh dan jalur transportasi yang sulit membuat perburuan dan pemanfaatan<br />

akan binatang dan tumbuh-tumbuhan ini sulit <strong>di</strong>lakukan.<br />

5.2 Perladangan<br />

Seluruh responden rumah tangga berladang dari tahun 1999 sampai dengan tahun<br />

2003. Seluruhnya berladang <strong>di</strong> lahan pinjaman milik ketiga <strong>kampung</strong> <strong>di</strong> sekitarnya.<br />

Pada tahun 2002, mereka menanam sekitar 1 - 5 kaleng bibit pa<strong>di</strong>, kebanyakan<br />

menanam sekitar 3 kaleng. Pada tahun 2003, mereka menanam lebih banyak yaitu<br />

antara 3 - 6 kaleng bibit. Sayangnya sekitar 80% dari rumah tangga tidak dapat<br />

memenuhi kebutuhan beras dari hasil ladang. Mereka harus membeli beras tambahan<br />

untuk memenuhi kebutuhan 1 tahun. Lebih dari 80% rumah tangga berladang <strong>di</strong> lahan<br />

yang telah berusia lebih dari 10 tahun. Untuk mencapai ladang, kebanyakan dari<br />

mereka menggunakan perahu ces dengan waktu tempuh antara setengah–dua jam<br />

perjalanan.<br />

5.3 Pendapatan uang<br />

Kebanyakan dari rumah tangga mendapatkan pendapatan uang dari hasil menjual<br />

gaharu yang <strong>di</strong>dapatkan dari hutan. Beberapa dari mereka juga mendapatkan<br />

penghasilan dari menjual sarang burung dan menggergaji kayu. Sebagian kecil dari<br />

mereka juga mendapatkan penghasilan dari menjual sayuran, menjual ikan dan gaji<br />

sebagai petugas <strong>kampung</strong> serta petugas kesehatan.<br />

Dari menjual gaharu, mereka bisa mendapatkan penghasilan antara Rp.<br />

5.000.000 - Rp. 24.000.000/tahun. Namun modal kerja yang harus <strong>di</strong>keluarkan juga<br />

sangat besar sehingga keuntungan bersih tidak terlalu besar.<br />

206

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!