19.01.2015 Views

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kampung Long Pananeh II<br />

Krioq. Konflik ini bermuara dari perpindahan Kampung Long Pananeh II dari Sungai<br />

Kasau ke lokasi yang sekarang. Di wilayah baru ini masyarakat Long Pananeh II <strong>di</strong>beri<br />

hibah tanah untuk <strong>kampung</strong> dan lahan untuk berladang. Namun belakangan muncul<br />

berbagai konflik berkaitan dengan lahan ini yang menurut Kepala Adat antara lain<br />

<strong>di</strong>sebabkan oleh:<br />

• perjanjian pada saat perpindahan tahun 1972 adalah perjanjian lisan (tidak<br />

tertulis) antar pemimpin adat dan <strong>kampung</strong> dengan rasa saling percaya. Sayangnya,<br />

generasi muda banyak yang tidak lagi menghiraukan perjanjian dengan adat lama,<br />

termasuk perjanjian tentang lahan yang <strong>di</strong>tempati oleh Long Pananeh II;<br />

• otonomi daerah yang berimbas pada otonomi <strong>kampung</strong>. Setiap <strong>kampung</strong> menelusuri<br />

kembali wilayah <strong>kampung</strong> dan memetakan wilayahnya, termasuk Tiong Ohang,<br />

Tiong Bu’u dan Long Krioq. Long Pananeh hanya berhak atas lahan <strong>kampung</strong>, tidak<br />

atas lahan lainnya;<br />

• kepentingan <strong>kampung</strong> asli terhadap lahan mereka semakin tinggi ketika banyak<br />

<strong>di</strong>temukan gua sarang burung walet <strong>di</strong> wilayah ini.<br />

Sejalan dengan Kepala Adat, responden rumah tangga kurang mampu juga<br />

menyatakan bahwa konflik yang dominan <strong>di</strong> <strong>kampung</strong> ini adalah konflik lahan. Sebagai<br />

<strong>kampung</strong> pendatang, banyak keterbatasan yang mereka hadapi berkaitan dengan<br />

lahan, misalnya:<br />

• lahan yang resmi <strong>di</strong>miliki warga Long Pananeh II hanyalah tanah tempat ber<strong>di</strong>rinya<br />

rumah tempat mereka tinggal;<br />

• lahan untuk berladang harus <strong>di</strong>pinjam dengan warga <strong>kampung</strong> lain yang terkadang<br />

harus <strong>di</strong>ikat dengan perjanjian tertulis;<br />

• masyarakat Long pananeh II tidak boleh menanam tanaman keras seperti kayu,<br />

karet dan buah-buahan <strong>di</strong> ladang yang mereka pinjam.<br />

Disamping konflik lahan, konflik lain yang pernah cukup meresahkan <strong>di</strong> <strong>kampung</strong><strong>kampung</strong><br />

<strong>di</strong> wilayah ini adalah konflik sumber daya alam yang berkaitan dengan sarang<br />

burung walet. Pada tahun 1999 pernah terja<strong>di</strong> konflik dengan warga Kalimantan<br />

Tengah yang mengakibatkan 3 orang meninggal dunia dan 3 orang terluka parah.<br />

Menurut Kepala Adat, penyelesaian konflik sebisa mungkin menggunakan hukum<br />

adat. Bila hukum adat tidak mampu menyelesaikan maka penyelesaian konflik akan<br />

<strong>di</strong>serahkan ke tingkat hukum negara. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa<br />

seluruh konflik dapat <strong>di</strong>selesaikan pada tingkat hukum adat, kecuali untuk kasus<br />

kriminal.<br />

4.5 Situasi umum rumah tangga kurang mampu<br />

Responden rumah tangga kurang mampu menyatakan bahwa masalah umum yang<br />

mereka hadapi adalah:<br />

• lahan untuk berladang adalah lahan pinjaman;<br />

• hasil ladang tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari karena:<br />

‣ lokasi ladang tidak subur;<br />

‣ tidak bisa membuat ladang yang lebih jauh karena repot mengurus anak;<br />

‣ ladang terserang hama;<br />

‣ tidak mampu membayar untuk biaya kesehatan.<br />

203

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!