19.01.2015 Views

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kampung Naha Aruq<br />

Kepala Adat juga menginformasikan bahwa upacara dan ritual adat bagi<br />

masyarakat Bahau tidak bisa <strong>di</strong>pisahkan dengan tra<strong>di</strong>si berladang. Sayangnya, generasi<br />

muda kurang berminat berladang atau mempelajari dan mendalami tra<strong>di</strong>si, mereka<br />

lebih suka pergi mencari uang dengan cara lain misalnya dengan bekerja <strong>di</strong> perusahaan<br />

atau menja<strong>di</strong> pemetik sarang burung.<br />

4.2 Kerjasama dan solidaritas<br />

Menurut Kepala Adat, tingkat kerjasama antar masyarakat dalam 5 tahun terakhir<br />

sama saja bila <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan sebelumnya. Masyarakat dari dulu selalu<br />

bekerjasama dan bergotong-royong dalam menyelesaikan masalah. Bentuk-bentuk<br />

kerjasama yang <strong>di</strong>laksanakan dalam 12 bulan terakhir adalah:<br />

• membersihkan jalan;<br />

• membangun lamin;<br />

• menyemen lapangan <strong>di</strong> depan lamin;<br />

• masyarakat telah sepakat bahwa setiap tanggal 9 setiap bulan adalah hari gotong<br />

royong untuk penyemenan lapangan <strong>di</strong> depan lamin. Biasanya gotong royong<br />

<strong>di</strong>lakukan oleh seluruh masyarakat.<br />

Bertentangan dengan pernyataan <strong>di</strong> atas, responden keluarga kurang mampu<br />

menganggap bahwa tingkat solidaritas mulai menurun. Mereka merasa belum pernah<br />

mendapat bantuan baik dari keluarga maupun dari yang bukan keluarga.<br />

Kepala Adat menjelaskan bahwa biasanya bila musim kemarau, ketika kekeringan<br />

dan paceklik tiba maka <strong>di</strong>lakukan rapat <strong>di</strong> kecamatan. Dalam rapat tersebut tiap<br />

<strong>kampung</strong> membuat usulan bantuan, biasanya bantuan berupa beras yang dapat <strong>di</strong>beli<br />

dengan harga lebih murah. Masyarakat menginformasikan bahwa beras bantuan lebih<br />

murah Rp. 250/kg dari beras <strong>di</strong> toko.<br />

4.3 Konflik<br />

Menurut Kepala Adat tidak pernah terja<strong>di</strong> konflik baik lahan, keluarga, suku, agama,<br />

maupun konflik sumber daya alam. Konflik lahan masih bisa <strong>di</strong>kontrol, dengan cara<br />

menetapkan bahwa siapapun yang akan membuka lahan baru harus meminta ijin.<br />

Konflik keluarga hampir tidak pernah terja<strong>di</strong> karena pada umumnya seisi <strong>kampung</strong><br />

Naha Aruq masih mempunyai keterkaitan keluarga dan hubungan darah satu sama lain,<br />

sehingga bila terja<strong>di</strong> perselisihan biasanya bisa <strong>di</strong>selesaikan dengan ‘petebaraa’ atau<br />

pemberian nasehat. Kebijakan lain yang <strong>di</strong>sepakati oleh Kampung Naha Aruq adalah<br />

dengan tidak menerima orang luar (selain orang Naha Aruq) untuk menetap permanen<br />

<strong>di</strong> Naha Aruq, hal ini mereka lakukan untuk menghindari konflik suku.<br />

Menurut masyarakat kurang mampu, sebenarnya ada konflik lahan dengan<br />

<strong>kampung</strong> tetangga, yaitu mengenai batas wilayah dengan Kampung Long Isun yang<br />

dalam proses penyelesaian.<br />

Kepala Adat menegaskan bahwa seluruh konflik, baik konflik <strong>di</strong> dalam <strong>kampung</strong><br />

maupun dengan pihak luar <strong>kampung</strong> bisa <strong>di</strong>selesaikan dengan hukum adat. Tidak<br />

pernah ada permasalahan yang berat, dan sanksi yang <strong>di</strong>kenakan oleh lembaga adat<br />

pasti <strong>di</strong>taati pihak yang berkonflik.<br />

142

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!