19.01.2015 Views

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

Profil kampung-kampung di Kabupaten Kutai Barat - Forest Climate ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kampung Empakuq<br />

4.4 Konflik<br />

Konflik yang umum terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> Empakuq adalah:<br />

• konflik lahan. Intensitas konflik lahan jarang, sedangkan perubahan konflik masih<br />

tetap sama. Konflik lahan lebih sering <strong>di</strong>sebabkan oleh perebutan lahan dengan<br />

Kampung Bunyut. Lokasi konflik Empakuq dengan Kampung Bunyut oleh orang<br />

<strong>kampung</strong> <strong>di</strong>sebut dengan lokasi “papan putih” yang terletak antara Empakuq dan<br />

Bunyut;<br />

• konflik keluarga, tingkat intensitasnya jarang dan perubahannya berfluktuasi.<br />

Penyebab konflik adalah masalah perkelahian anak dan batas rumah antar rumah<br />

tangga;<br />

• konflik air/sumber daya alam, tingkat intensitasnya jarang dan perubahannya<br />

berfluktuasi. Penyebabnya adalah perebutan hutan dengan orang Bunyut sejak<br />

tahun 1973.<br />

Terdapat dua mekanisme penyelesaian konflik <strong>di</strong>tinjau dari jenis konflik, yaitu:<br />

• penyelesaian konflik <strong>di</strong> dalam <strong>kampung</strong>, <strong>di</strong>selesaikan secara adat dengan<br />

menggunakan dasar hukum adat;<br />

• penyelesaian konflik <strong>di</strong>/dengan pihak luar <strong>kampung</strong>, <strong>di</strong>selesaikan melalui<br />

pemerintah kecamatan dan mempergunakan dasar hukum negara.<br />

Pada keja<strong>di</strong>an konflik sumber daya alam antara Empakuq dan <strong>kampung</strong> lain,<br />

pemerintah kecamatan sempat turun tangan, tetapi tidak ada penyelesaian secara<br />

tuntas dan akhirnya hutan yang menja<strong>di</strong> obyek konflik <strong>di</strong><strong>di</strong>amkan saja.<br />

Putusan yang <strong>di</strong>putuskan lembaga adat tidak mendapatkan kendala, karena<br />

semua putusan adat selalu <strong>di</strong>terima oleh masing-masing pihak yang berkonflik.<br />

Sehingga sampai saat ini, lembaga adat dapat menyelesaikan konflik yang terja<strong>di</strong><br />

hanya sampai tingkat <strong>kampung</strong>. Artinya konflik yang terja<strong>di</strong> tidak pernah harus<br />

<strong>di</strong>selesaikan sampai <strong>di</strong> luar <strong>kampung</strong>. “Lembaga adat dapat menyelesaikan konflik,<br />

tanpa harus mengajukan konflik yang tidak terselesaikan ke kecamatan” Demikian<br />

menurut Mantan Petinggi.<br />

Sedangkan menurut rumah tangga kurang mampu, terdapat dua macam konflik <strong>di</strong><br />

Empakuq yaitu:<br />

• konflik lahan, penyebabnya pengakuan kepemilikan lahan secara sepihak oleh satu<br />

rumah tangga terhadap lahan yang telah <strong>di</strong>akui sebagai milik oleh satu rumah<br />

tangga lainnya;<br />

• konflik antar <strong>kampung</strong>, penyebabnya penentuan tapal batas lahan karet.<br />

Meskipun terdapat konflik, namun demikian dalam 5 tahun terakhir jumlah<br />

konflik yang terja<strong>di</strong> semakin menurun.<br />

4.5 Situasi umum rumah tangga kurang mampu<br />

Menurut rumah tangga kurang mampu, masalah utama yang <strong>di</strong>hadapinya adalah:<br />

• usaha yang tidak tetap, tidak ada penghasilan tetap;<br />

• tidak adanya keterampilan dalam bidang pertanian, perkebunan, perikanan,<br />

peternakan yang mendukung peningkatan ekonomi rumah tangga.<br />

42

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!