02.07.2013 Views

teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 1 smk

teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 1 smk

teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 1 smk

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

penghalang munculnya kecambah<br />

(radicle protusion) pada proses<br />

perkecambahan. Tipe dormansi ini<br />

terjadi pada <strong>benih</strong> yang berkulit keras<br />

(hardseed), seperti pada <strong>benih</strong> legum.<br />

Dormansi ini dapat dipatahkan dengan<br />

memberi perlakukan terhadap kulit<br />

<strong>benih</strong> agar menjadi permeable<br />

(mudah dilalui) air <strong>dan</strong> gas, seperti<br />

pelukaan kulit <strong>dan</strong> perendaman dalam<br />

air panas.<br />

Endogenous dormancy terjadi<br />

berkaitan dengan sifat internal<br />

(endogen) fisiologis <strong>benih</strong>, seperti<br />

kondisi embrio yang belum masak<br />

(rudimentary embryo) <strong>dan</strong> tidak<br />

seimbangnya komposisi zat pengatur<br />

tumbuh didalam embrio sehingga<br />

proses perkecambahan (terutama<br />

aktivasi enzim <strong>dan</strong> respirasi)<br />

terhambat <strong>dan</strong> akhirnya gagal<br />

berkecambah.<br />

Tipe dormansi ini terjadi pada<br />

<strong>benih</strong>-<strong>benih</strong> yang mengalami after<br />

ripening (embrio masak setelah<br />

panen), sperti padi, <strong>dan</strong> <strong>benih</strong>-<strong>benih</strong><br />

yang mengandung zat penghambat<br />

tumbuh (growth inhibitor), seperti<br />

tomat. Mematahkan tipe dormansi ini<br />

dengan pemberian zat perangsang<br />

tumbuh atau dengan pencucian agar<br />

zat penghambat tumbuh dapat<br />

dibersihkan dair <strong>benih</strong>.<br />

Dormansi sekunder adalah<br />

dormansi yang disebabkan oleh tidak<br />

tersedianya salah satu faktor yang<br />

berpengaruh bagi perkecambahan<br />

tertentu. Meski sifat dormansi sangat<br />

berkaitan dengan sifat genetik, tetapi<br />

dormansi <strong>benih</strong> (terutama dormansi<br />

sekunder) dapat pula disebabkan oleh<br />

faktor lingkungan <strong>dan</strong> atau faktor<br />

pengelolaan dalam proses <strong>produksi</strong>,<br />

pengolahan, <strong>dan</strong> penyimpanan <strong>benih</strong>.<br />

Kondisi iklim yang kering <strong>dan</strong> panas<br />

sangat kondusif untuk menghasilkan<br />

<strong>benih</strong> yang berkulit keras (hardseed).<br />

Hubungan antara dormansi<br />

<strong>benih</strong> <strong>dan</strong> mutu <strong>benih</strong> terkair dengan<br />

mutu daya simpan <strong>benih</strong>. Benih<br />

dorman akibat kekerasan kulit <strong>benih</strong><br />

secara umum diyakini memiliki daya<br />

simpan yang lebih panjang<br />

dibandingkan <strong>benih</strong> yang tidak<br />

memiliki sifat kulit <strong>benih</strong> keras. Namun<br />

demikian nilai positif dormansi <strong>benih</strong><br />

ini menuntut penanganan yang tepat<br />

saat <strong>benih</strong> harus dikecambahkan<br />

karena dibutuhkan <strong>teknik</strong> pematahan<br />

dormansi yang tepat pula.<br />

Tabel 4.2. Hubungan kadar air dengan kondisi fisik <strong>dan</strong> fisiologi <strong>benih</strong><br />

Kadar Air (%)<br />

Kondisi Fisik <strong>dan</strong> Fisiologi Benih<br />

30-80 Belum siap dipanen<br />

18-40 Benih sudah masak fisiologis. Kecepatan respirasi <strong>benih</strong> relatif<br />

tinggi. Benih peka terhadap gangguan yang berasal dari lapangan.<br />

Benih peka terhadap hama, patogen, faktor fisik <strong>dan</strong> mekanik.<br />

13-18 Laju respirasi <strong>benih</strong> masih tinggi. Benih peka terhadap serangan<br />

hama, patogen, faktor fisik <strong>dan</strong> mekanik.<br />

118

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!