teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 1 smk
teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 1 smk
teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 1 smk
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Kecepatan penguraian bahan organik<br />
menjadi kompos bergantung pada<br />
beberapa faktor yaitu: ukuran partikel,<br />
unsur hara, kandungan air, aerasi,<br />
keasaman (pH) <strong>dan</strong> suhu. (1). Ukuran<br />
Partikel: Ukuran partikel berpengaruh<br />
pada keberhasilan proses pengomposan.<br />
Ukuran yang baik antara 10<br />
sampai 50 mm, apabila terlalu kecil<br />
ruang-ruang antara partikel menjadi<br />
sempit sehingga dapat menghambat<br />
gerakan udara ke dalam tumpukan <strong>dan</strong><br />
sirkulasi gas karbon dioksida keluar<br />
tumpukan. Apabila ukuran partikel<br />
sangat besar, luas permukaan kurang<br />
sehingga reaksi pengomposan akan<br />
berjalan lambat. (2). Unsur Hara:<br />
Aktivitas mikroorganisme dalam proses<br />
pengomposan memer-lukan sumber<br />
energi dari unsur karbon <strong>dan</strong> nitrogen.<br />
Unsur-unsur tersebut biasanya telah<br />
tersedia cukup dalam bahan organik,<br />
bahkan kebanyakan unsur hara lainnya<br />
akan tersedia pula dalam jumlah yang<br />
cukup.<br />
Untuk mempercepat proses<br />
pengomposan, dibutuhkan bahan<br />
organik yang memiliki rasio C/N relatif<br />
rendah yaitu berkisar antara 25 sampai<br />
35/liter dalam campuran pertama.<br />
Apabila rasio C/N lebih besar, proses<br />
pengom-posan akan memakan waktu<br />
lebih lama,hingga pembentukan karbon<br />
dioksida dari oksidasi unsur karbon<br />
berkurang. Sebaliknya apabila rasio C/N<br />
lebih kecil, nitrogen dalam bahan<br />
organik akan dibebaskan sebagai<br />
amoniak. Cara paling sederhana untuk<br />
menyesuaikan rasio C/N ialah dengan<br />
mencampur berbagai bahan organik<br />
yang mempunyai rasio C/N tinggi<br />
dengan bahan yang mempunyai rasio<br />
C/N rendah. Hal ini dapat dilakukan<br />
misalnya bahan berjerami dicampur<br />
dengan tinja, kotoran hewan yang<br />
mempunyai rasio C/N lebih rendah.<br />
Makin tinggi tingkat dekom-posisi dari<br />
bahan organik, makin kecil rasio C/N.<br />
Pada rasio C/N rendah tidak ada<br />
persaingan antara akar tumbuhan<br />
dengan mikroorganisme dalam<br />
menggunakan unsur nitrogen dalam<br />
tanah. (3). Kandungan Air:<br />
Kandungan air pada bahan organik<br />
sebaiknya antara 30– 40%, hal ini<br />
ditandai dengan tidak menetesnya air<br />
apabila bahan di-genggam <strong>dan</strong> akan<br />
mekar apabila genggaman dilepaskan.<br />
Kandungan air bahan terlalu tinggi,<br />
ruang antar partikel dari bahan menjadi<br />
sempit karena terisi air, sehingga<br />
sirkulasi udara dalam tumpukan akan<br />
terhambat. Kondisi tersebut berakibat<br />
pada tumpukan bahan akan didominasi<br />
oleh mikroorganisme anaerob yang<br />
menghasilkan bau busuk tidak sedap.<br />
(4). Aerasi: Dalam proses<br />
pengomposan, mikroorganisme dalam<br />
bahan organik sangat memerlukan<br />
jumlah udara yang cukup, karena prosesnya<br />
ber-langsung secara aerob.<br />
Aerasi dapat diperoleh melalui gerakan<br />
udara dari alam masuk ke dalam<br />
tumpukan dengan membulak-balik<br />
bahan secara berkala, baik<br />
menggunakan mesin maupun dengan<br />
tangan/cangkul. (5). Keasaman<br />
(pH): Pada tahap awal pengomposan,<br />
akan terjadi perubahan pH yaitu bahan<br />
agak asam, karena terbentuk asam<br />
organik sederhana, selanjutnya pH<br />
berangsur naik, karena terlepasnya<br />
ammonia (bersifat basa) dari hasil<br />
penguraian protein. Keadaan basa yang<br />
terlalu tinggi, menyebabkan selama<br />
proses pengomposan kehilangan<br />
nitrogen secara berlebihan. (6). Suhu:<br />
Dalam proses pengomposan, sebagian<br />
energi dibebaskan se-bagai panas.<br />
Pada tahap awal suhu tumpukan bahan<br />
sekitar 40 0 C, mikro-organisme yang<br />
terlibat adalah bakteri <strong>dan</strong> fungi<br />
mesofilik. Selanjutnya suhu bahan naik<br />
hingga di atas 40 0 C, mikroorganisme<br />
yang berperan adalah mikroorganisme<br />
termofilik, actinomycetes <strong>dan</strong> fungi<br />
172