JURNALILMU HUKUM101jangka panjang telah berperan terhadap terjadinya degradasi kepercarcayaan masyarakatkepada sistem <strong>hukum</strong> maupun hilangnya kepastian <strong>hukum</strong>Akuntabilitas kelembagaan <strong>hukum</strong>. independensi dan akuntabilitas merupakanmerupakan dua sisi uang logam. Oleh karena itu independensi lembaga <strong>hukum</strong> harusdisertai dengan akuntabilitas. Namun dalam praktek pengaturan tentang akuntabilitaslembaga <strong>hukum</strong> tidak dilakukan dengan jelas, baik kepada siapa atau lembaga mana iaharus bertanggung jawab maupun tata cara bagaimana yang harus dilakukan untukmemberikan pertanggung jawabannya. Hal ini memberikan kesan tiada transparansi didalam semua proses <strong>hukum</strong>. Disamping itu faktor sumber daya manusia di bidang <strong>hukum</strong>,secara umum mulai dari peneliti <strong>hukum</strong>, perancang perundang-undangan sampai padatingkat pelaksana dan penegak <strong>hukum</strong> masih perlu peningkatan, termasuk dalam halmemahami dan berperilaku responsife gender.Sistem Peradilan yang tidak transparan dan terbuka juga mengakibat <strong>hukum</strong> belumsepenuhnya memihak kepada kebenaran dan keadilan karena tiadanya akses masyarakatuntuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan peradilan. Kondisi tersebut jugadiperlemah dengan profesionalisme dan kualitas sistem peradilan yang masih belummemadai sehingga membuka kesempatan terjadinya penyimpangan kolektif di dalamproses peradilan atau lebih dikenal dengan mafia peradilan.Melakukan pembenahan struktur <strong>hukum</strong> melalui penguatan kelembagaan denganmeningkatkan profesionalisme hakim dan staf peradilan serta kualitas sistem peradilanyang terbuka dan transparan, menyederhanakan sistem peradilan, meningkatkantransparansi agar peradilan dapat diakses oleh masyarakat dan memastikan bahwa<strong>hukum</strong> diterapkan dengan adil dan memihak kepada kebenaran dengan selalumemperhatikan kemajemukan budaya yang ber-Bhineka Tunggal Ika.Perubahan keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945membawa perubahan mendasar di bidang kekuasaan kehakiman dengan dibentuknyaMahkamah Konstitusi yang mempunyai hak menguji terhadapUndang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Komisi Yudisial yang akan melakukanpengawasan terhadap sikap tindak dan perilaku hakim. Terbentuknya MahkamahKonstitusi merupakan upaya pemerintah dalam menata semua peraturan perundangundanganbaik di pusat maupun di daerah. Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan(Judicial Review) untuk menentukan apakah suatu produk perundang-undangan itu sahatau tidak. Sayogyanya <strong>hukum</strong> yang lebih rendah harus berdasar, bersumber dan tidakboleh bertentangan dengan <strong>hukum</strong> yang lebih tinggi sebagaimana teori “Stufenbautheory”,dari Hans Kelsen.Peningkatan kemandirian hakim berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004tentang kekuasaan kehakiman membawa perubahan bagi terselenggaranya check andbalances dalam penyelenggaraan Negara dengan beralihnya kewenangan administratif,organisasi, dan keuangan lembaga peradilan kepada Mahkamah Agung. Pembinaan satuatap oleh Mahkamah Agung secara politik <strong>hukum</strong> agar penegakan <strong>hukum</strong> (lawinforcement) tidak diintervensi oleh kekuatan eksekutif. Sebagai benteng terakhir orangmencari keadilan. Mahkamah Agung harus steril dari segala macam tawar-menawar yangdilakukan oleh orang-orang yang ingin membeli <strong>hukum</strong>. Untuk itu pembentukan lembaga
AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustus 2011Komisi Yudisial untuk mengawasi perilaku para hakim perlu kita apresiasikan sebagailangkah positif kearah pembangunan struktur <strong>hukum</strong> yang independen disertai denganakuntabilitas lembaga <strong>hukum</strong>.Peningkatan profesionalisme hakim dan aparat peradilan perlu dilakukan, sehinggaputusan-putusan yang dihasilkan tidak semata-mata dari apa yang telah diatur dalamundang-undang, tetapi lebih jauh dari pada itu hakim harus bisa menemukan <strong>hukum</strong>(rechtvainding) terhadap suatu peristiwa yang tidak ada pengaturannya dalam undangundang.Karena <strong>hukum</strong> akan menjadi bermakna hanya dengan cara penafsiran yangbergantung kepada norma dasar yang didalilkan. Sebagai negara yang menganut sistem<strong>hukum</strong> civil law yang tidak murni seperti terlihat dari keputusan-keputusan hakim yangdijadikan sebagai sumber <strong>hukum</strong> (yurisprudensi). Fenomena ini tentu menuntut seoranghakim pada saat menjatuhkan <strong>hukum</strong>an harus dibekali dengan penguasaan <strong>ilmu</strong> <strong>hukum</strong>,disamping fenomena-fenomena krusial yang berkembang di masyarakat.Di samping itu dengan melibakan peran serta masyarakat (publik) dalam mengawasipenyelenggaraan peradilan sebetulnya bukanlah merupakan hal yang baru. Memangsetelah kejatuhan rezim Orde Baru digantikan dengan Orde Reformasi, peran serta publikmelalui lembaga pengawasan seperti ICW (Indonesian Coruption Watch), MTI(Masyarakat Transparansi Indonesia), Judicial Watch, Parliament Watch, Police Watchmemberikan warna lain dalam penegakan <strong>hukum</strong> di Indonesia. Tentu dalam melakukanpengawasan mereka bekerja dengan jujur ,berani, serta independen tidak partisan.Menurut Satjipto Rahardjo 10 , peran publik dalam <strong>hukum</strong> guna menyumbang usahakeluar dari keterpurukan <strong>hukum</strong> saat ini, pertama, disadari kemampuan <strong>hukum</strong> ituterbatas. Mempercayakan segala sesuatu kepada <strong>hukum</strong> adalah suatu sikap yang tidakrealistis. Kita menyerahkan nasib kepada institusi yang tidak absolut untuk menuntaskantugasnya sendiri. Secara empirik terbukti untuk melakukan tugasnya ia selalumembutuhkan bantuan, dukungan, tambahan kekuatan publik. Kedua, masyarakatternyata tetap menyimpan kekuatan otonom untuk melindungi dan menata dari sendiri.Kekuatan itu untuk sementara waktu tenggelam di bawah dominasi <strong>hukum</strong> modern yangnota bena adalah <strong>hukum</strong> Negara.E. Budaya Hukum.Begitu pula dengan komponen budaya <strong>hukum</strong>, di mana komponen ini sangatmenentukan sekali dalam upaya penegakan <strong>hukum</strong> (law enforcement). Ada kalanyapenegakan <strong>hukum</strong> pada suatu komunitas masyarakat sangat baik, karena didukung olehkultur yang baik melalui partisipasi masyarakat (public participation). Pada masyarakatseperti ini, meskipun komponen struktur dan substansinya tidak begitu baik <strong>hukum</strong>nyaakan tetap jalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika tidak ada dukungan darimasyarakat, sebaik apapun struktur dan substansi aturan tersebut, hasilnya tetap tidakakan baik dalam penegakan <strong>hukum</strong>. Makanya Ross menyatakan bahwa <strong>hukum</strong> tidak lebihdan tidak kurang hanyalah salah satu saja dari sekian banyak sarana kontrol sosial dengan10Satjipto Rahardjo, Mengajarkan Keteraturan, Menemukan Ketidakteraturan, Pidato Mengakhiri JabatanSebagai Guru Besar Tetap Pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
- Page 2 and 3:
JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5:
JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7:
JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 8 and 9:
JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 10 and 11:
JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13:
JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15:
JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17:
JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19:
JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21:
JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23:
JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25:
JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27:
JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29:
JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31:
JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33:
JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35:
JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37:
JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39:
JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41:
JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43:
JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45:
JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47:
JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49:
JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51:
JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53:
JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55:
JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57: JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59: JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61: JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63: JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65: JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67: JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69: JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90: VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93 and 94: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97 and 98: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102: VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104: AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105: AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110: AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112: AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114: VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130: VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131: VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na