JURNALILMU HUKUM105f. Mengutamakan harmonisasi <strong>hukum</strong> daripada unifikasi dan kodifikasi <strong>hukum</strong>;g. Menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan <strong>hukum</strong> dan pengawasanpublik atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan pemerintahanguna menciptakan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pemerintahan;h. Menciptakan pemerintahan berdasarkan prinsip “check and balance”;i. Memberikan kebebasan pada hakim untuk menemukan dan menciptakan <strong>hukum</strong> (judgemade law) dalam memutus perkara atas dasar upaya untuk mencapai kebenaransubstansial, bukan kebenaran formil, sebagaimana yang diajarkan oleh faham positivistis,dan bila perlu halim dapat menyatakan tidak berlakunya suatu peraturan perundangundanganapabila peraturan tersebut akan menimbulkan malapetaka <strong>hukum</strong>;j. Melakukan evaluasi terhadap substansi <strong>hukum</strong> yang tertuang dalam berbagai peraturanperundang-undangan, dan melakukan penyempurnaan atau pencabutan jika dirasakanmerugikan kepentingan masyarakat;k. Mengembangkan pola pemerintahan atas dasar pendekatan yang bersifat sinergi antarakepentingan pusat dan daerah.Dalam konteks pembangunan <strong>hukum</strong> di Indonesia, pembentukan produk <strong>hukum</strong>harus jelas ke mana tujuan pembangunan <strong>hukum</strong> tersebut. Tujuan ini amat urgen sebagaiarah pembangunan <strong>hukum</strong> yang diinginkan sebagai upaya mengatasi berbagai krisis yangdihadapi, terutama krisis <strong>hukum</strong>. Dalam pembangunan <strong>hukum</strong> ini tujuan yang ingin dicapaiadalah dilakukannya pembaharuan peraturan perundang-undangan dan sekaliguspenegakan <strong>hukum</strong>, sehingga jelas bagaimana <strong>hukum</strong> kita kedepan. Pembaharuan <strong>hukum</strong>ini sendiri bukan hanya sekedar pembaharuan begitu saja, tetapi harus ada pembangunanmoralitas <strong>hukum</strong>, sebagai arah dari pembangunan <strong>hukum</strong> yang “benar-benar” <strong>hukum</strong>dan tidak kepada <strong>hukum</strong> yang “bukan <strong>hukum</strong>”. Hal ini sejalan dengan pandangan positivisseperti Hart dan Kalsen yang membedakan antara <strong>hukum</strong> dan moral, karena <strong>hukum</strong>merupakan suatu sistem yang tertutup dan <strong>hukum</strong> harus bebas dari anasir-anasir non<strong>hukum</strong>. 14Mengingat <strong>hukum</strong> sebagai suatu produk yang akan dijadikan pedoman dalam bersikapdan bertindak serta sarana untuk melakukan perubahan, maka elemen pembentukan<strong>hukum</strong> itu harus dilihat secara komprehensif yang melibatkan multi disipliner. MenurutBurkhardt Krems sebagai mana dikutip oleh Hamid Attamimi, menegaskan bahwa elemenpembentukan peraturan perundang-undangan meliputi kegiatan yang berkaitan denganisi atau substansi, metode pembentukan, serta proses dan prosedur pembentukan suatuperaturan. 15 Namun dalam kenyataannya bicara mengenai elemen pembentukan <strong>hukum</strong>ini, para pakar <strong>hukum</strong> Indonesia justru merujuk pada pandangan Lawrence M. Friedmanyang menegaskan adanya 3 (tiga) komponen dalam pembentukan <strong>hukum</strong> yaitu struktur,14Dalam kajian filsafat tidak semua <strong>hukum</strong> adalah <strong>hukum</strong>, karena terdapat <strong>hukum</strong> yang bukan <strong>hukum</strong>,yaitu yang bentuknya saja berupa <strong>hukum</strong> seperti Tap MPR, Undang-undang, Putusan Presiden, PutusanMenteri dan lain-lain. Disebut bukan <strong>hukum</strong> karena isinya tidak memuat asas-asas <strong>hukum</strong>. Lebih lajutlihat Roger Contterrell, The Politics of Jurisprudence. A Critical Introduction to Legal Philoshophy, Universityof Pennsylvania Perss, US, 1992, hlm. 118-119.15Dalam Esmi Warasih, Lot., cit.,, halaman 37.
AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustus 2011substansi dan kultur 16 seperti telah dijelaskan diawal tulisan ini. Berdasarkan ketigakomponen ini Badan Pembina Hukum Nasional (BPHN) lalu mengembangkannya menjadi5 (lima) komponen yaitu sebagai berikut: 171. Materi <strong>hukum</strong> (tatanan <strong>hukum</strong>) amat tergantung dengan politik <strong>hukum</strong> yang dikembangkan,sehingga berbeda dari suatu periode dengan periode berikutnya yangmeliputi:a. Perencanaan <strong>hukum</strong>;b. Pembentukan <strong>hukum</strong>;c. Penelitian <strong>hukum</strong>, dand. Pengembangan <strong>hukum</strong>.2. Aparatur <strong>hukum</strong> yaitu mereka yang mempunyai tugas dan fungsi :a. Penyuluhan Hukum;b. Penerapan <strong>hukum</strong>;c. Penegakan <strong>hukum</strong>, dand. Pelayanan <strong>hukum</strong>.3. Sarana dan prasarana <strong>hukum</strong> yang meliputi hal-hal yang bersifat fisik;4. Budaya <strong>hukum</strong> yang dianut oleh warga masyarakat, termasuk para pejabatnya; dan5. Pendidikan <strong>hukum</strong>.Berdasarkan ketiga komponen dasar dalam pembentukan <strong>hukum</strong> tersebut, agar<strong>hukum</strong> itu jadi fungsional dan bahkan sebagai sara perubahan sosial ditengah-tengahkehidupan masyarakat, untuk itu dibutuhkan bantuan dari berbagai disiplin <strong>ilmu</strong> sebagaipendukung. Sehingga <strong>hukum</strong> itu betul-betul bisa dijadikan sebagai sandaran dalambersikap, berbuat dan bertindak dalam berbagai lapangan kehidupan, baik olehmasyarakat maupun bagi pemerintah sendiri. Hal ini sejalan dengan amanat konstitusi,di mana dalam penjelasannya ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang didasarkanatas <strong>hukum</strong> (eine rechtstaat, a state on law, a state governed by law). Hukum manamerupakan pengejawantahan dari cita <strong>hukum</strong> sebagaimana diamanatkan dalampembukaan konstitusi.G. KesimpulanMencermati uraian-uraian tentang pembaharuan/pembangunan di bidang <strong>hukum</strong>itu sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru. Sejak pernyataan kemerdekaan Indonesiadari penjajahan kolonial Belanda, telah dilakukan berbagai upaya kearah pembaharuan<strong>hukum</strong>, baik dari segi sistem, teori, asas, fungsi dan tujuan, peraturan perundangundangan,sampai dengan penerapan dan penegakannya.Pembaharuan itu didasarkan pada hakekat dari <strong>hukum</strong> itu sendiri sebagai suatuperaturan yang berlakunya harus memenuhi persyaratan filosofis, politis, yuridis, dansosiologis. Secara filosofis <strong>hukum</strong> itu harus sesuai dengan sistem, teori, asas-asas, fungsidan tujuan <strong>hukum</strong>. Dari segi politis <strong>hukum</strong> itu harus merupakan buatan dari pemerintah16Lebih lanjut lihat Lawrence F. Friedman, American Law, Introduction, W.W. Norton & company, NewYork, 1984, hlm. 5-7.17BPHN, Sejarah Badan Pembina Hukum Nasional, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta,2005.
- Page 2 and 3:
JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5:
JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7:
JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 8 and 9:
JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 10 and 11:
JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13:
JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15:
JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17:
JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19:
JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21:
JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23:
JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25:
JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27:
JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29:
JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31:
JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33:
JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35:
JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37:
JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39:
JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41:
JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43:
JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45:
JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47:
JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49:
JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51:
JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53:
JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55:
JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57:
JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59:
JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61: JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63: JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65: JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67: JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69: JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90: VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93 and 94: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97 and 98: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102: VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104: AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106: AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108: AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109: AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114: VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130: VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131: VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na