JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN DARI NEGERI DANMARGA MENJADI DESA DI KECAMATAN TUNGKAL ULUKABUPATEN TANJAB BARAT PROVINSI JAMBIERDIANTOPerumahan Nuansa Griya Flamboyan Blok I No. 15 Kel. DelimaKec. Tampan PekanbaruAbstrakMengungkapkan sejarah perkembangan desa daribernama negeri atau marga berarti juga membicarakansejarah <strong>hukum</strong> tentang pengaturandaerah otonom terkecil dalam struktur ketatanegaraanIndonesia. Tulisan ini menyimpulkanbeberapa hal tentang tumbuh dan berkembangnyadesa di Kecamatan Tungkal Ulu Tanjab BaratProvinsi Jambi. Penyesuaian bentuk desa menurutsistem yang hidup di Pulau Jawa senyatanya mengerdilkankemampuan desa untuk otonom.AbstractReveals the historical development of the village or clannamed country means also discuss the history of thelaw on setting up an autonomous region in the smallestadministrative structure Indonesia. This paper concludeda few things about the growth and developmentof villages in the District of West Tanjab TungkalUlu Jambi Province. Adjustment system according tothe form of the village who live in actual Java stuntcapability for autonomous villages.Kata kunci : Otonomi, desa, marga, dan negeri.A. PendahuluanSejarah merupakan suatu <strong>ilmu</strong> yang mempelajari masa lalu. Adapun kata ‘sejarah’yang dikenal dalam Bahasa Indonesia itu berasal dari kata Arab syajaratun yang berartipohon. Penggunaan kata Arab itu sendiri dalam konteks masa lalu mengacu sebagaisyajarah an-anasab, atau pohon silsilah. 1 Dalam perkembangannya di Indonesia, katasejarah berkembang menjadi istilah untuk menyebut kejadian atau peristiwa masa lalu.Adapun istilah Arab untuk menyebut sejarah seperti yang kita pahami adalah tarikh.Mencoba menyusun sejarah suatu masyarakat itu berarti berusaha kembali ke masalalu. Disinilah sesungguhnya kesulitan besar bagi penulis sejarah. Banyak peristiwa yangtidak terekam, tercatat apalagi terdokumentasikan dengan baik. Lebih-lebih lagi jikasejarah yang ingin ditulis berasal dari zaman sebelum adanya tulis baca, atau objek sejarahadalah masyarakat dimana tidak ditemukan tradisi menulis.Seperti yang dikatakan oleh Rajo Bujang dan kawan-kawan 2 dalam buku DinamikaMasyarakat Adat Tanjung Jabung Barat, mengupas dan melihat kembali sejarah ibaratmembangkitkan batang terendam, menghidupkan ranting nan mati, menjemput barangnan tetinggal, mengumpulkan barang nan beserak, bak emas pulang ke tambang, bakbelut pulang ke lumpur, tanah pulang ke jati, pendek tangan dak tejangkau, singkat kakidak telangkah, nak betanyo kawan lah pegi, nak belajar guru lah mati, nak mengaji kitablah ilang.Nama Tungkal Ulu yang kini menjadi nama salah satu kecamatan dalam KabupatenTanjung Jabung Barat yang akan digunakan dalam tulisan ini adalah istilah yang lebih1M. Iskandar, dkk, Indonesia dalam Perkembangan Zaman, Ganeca Exact, Bandung, 2004, hal. 2.2Rajo Bujang dkk, Dinamika Adat Masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Lembaga Adat KabupatenTanjung Jabung Barat, Kuala Tungkal, 2003, hal. 21-22.
ERDIANTOVOLUME2 No. 1 Agustus 201142luas yaitu meliputi pengertian Tungkal Ulu secara etnik dan kultural yang terdiri dariKecamatan Tungkal Ulu (yang kini dipecah pula menjadi Kecamatan Batang Asam danKecamatan Tebing Tinggi), Kecamatan Merlung (kini dipecah menjadi Kecamatan MuaraPapalik dan Kecamatan Renah mendaluh) dan sebagian Kecamatan Senyerang.Kapan pertama sekali istilah Tungkal Ulu, sulit dicari referensi yang dapatmendukungnya secara ilmiah. Namun, banyak pihak yang meyakini bahwa Tungkal padamasa lalu tidaklah terbagi antara Tungkal Ulu dan Tungkal Ilir sekarang. Istilah Tungkalpada masa lalu adalah juga untuk menyebut Tungkal Ulu sekarang, mengingat sejarahkedatangan orang ke Tungkal Ilir dapat diketahui dengan jelas. Jika kedatangan pendudukdi Tungkal Ilir sekarang, dapat diketahui, maka kapan datangnya penduduk di TungkalUlu sulit dicari kebenarannya secara ilmiah. Suku-suku yang kini mendiami wilayahTungkal Ilir seperti suku Melayu Timur, Palembang, Banjar, Jawa, dan Bugis dapat dengantegas menyebutkan dari mana mereka berasal. Tidak demikian halnya dengan masyarakatMelayu yang mendiami wilayah Kecamatan Merlung, Tungkal Ulu dan sebagian kecilKecamatan Pengabuan.Oleh karena itu diyakini pula bahwa orang-orang pertama yang datang di daerahyang kini bernama Tungkal Ulu jauh lebih dahulu dari ketika daerah ini bernama TungkalUlu. Banyak pendapat dan versi yang berkembang tentang nama Tungkal Ulu.Versi pertama adalah bahwa istilah Tungkal Ulu digunakan sebagai padanan TungkalIlir yaitu nama Marga yang beribukota di Kuala Tungkal. Dusun-dusun yang berada disekitar Kuala Tungkal dimasukkan dalam wilayah Marga Tungkal Ilir yaitu dusun-dusunyang berada di ilir Sungai Pengabuan. Sedangkan dusun-dusun yang berada di ulu SungaiPengabuan dimasukkan dalam satu Marga yang bernama marga Tungkal Ulu denganibukota di Merlung.Dalam istilah geografis, istilah Kuala atau Muara digunakan untuk nama daerah yangberada di kuala atau muara sungai yang yang mengalirinya. Misalnya Muara Bulian, adalahmuaranya Sungai Batang Bulian, Muara Tembesi adalah muaranya Sungai BatangTembesi. Kuala Dasal adalah muaranya Sungai Dasal. Meski demikian, terdapat jugapenamaan yang tidak ada kaitan dengan nama sungai yang mengalirinya sebut saja KualaLumpur, Kuala Simpang, Muara Jambi dan lain-lain.Menurut sebuah sumber seperti yang diceritakan Syafei Maturidi 3 , mantan PasirahMarga Tungkal Ulu dan Ketua Lembaga Adat Melayu Kabupaten Tanjung Jabung Baratistilah Kuala Tungkal tidak menunjukkan bahwa Sungai yang mengalirinya bernama sungaiTungkal. Nama sungainya tetaplah Sungai Pengabuan, adapun mengapa nama kuala SungaiPengabuan dinamakan Kuala Tungkal tidak Kuala Pengabuan karena muara atau kualasungai Pengabuan hanya satu atau tunggal. Muara atau Kuala sungai-sungai besar yangmengalir di Pulau Sumatera yang bermuara di pantai timur Sumatera pada umumnyabercabang.Karena itu, Kuala Sungai Pengabuan disebut Kuala Tunggal, atau kuala yang satu.Istilah Tunggal berubah Tungkal oleh perubahan dialek. Jika pendapat tersebut benar3Wawancara dengan Syafei Maturidi, Mantan Pasirah Marga Tungkal Ulu,Ketua Lembaga Adat Kec.Tungkal Ulu, tanggal 9 Februari 2005.
- Page 2 and 3: JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5: JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7: JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 8 and 9: JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 10 and 11: JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13: JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15: JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17: JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19: JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21: JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23: JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25: JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27: JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29: JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31: JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33: JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35: JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37: JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39: JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41: JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43: JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45: JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 48 and 49: JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51: JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53: JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55: JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57: JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59: JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61: JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63: JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65: JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67: JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69: JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90: VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93 and 94: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97 and 98:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102:
VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104:
AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106:
AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108:
AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110:
AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112:
AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114:
VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130:
VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131:
VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na