11.07.2015 Views

ilmu hukum - perpustakaan universitas riau

ilmu hukum - perpustakaan universitas riau

ilmu hukum - perpustakaan universitas riau

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201164Pertama, manajemen internal parpol. Selama ini hampir semua parpol peserta pemilumenggunakan manajerial top-down. Kemauan elit (pimpinan parpol) telah menjadi sebuahkemutlakan untuk dilaksanakan oleh segenap jajaran pengurus parpol. Dominasi pimpinanparpol (one men show) dalam mengatur setiap ritme kebijakan parpol mengondisikanmacetnya roda koordinasi organisasi. Sehingga ia telah menyebabkan sumber daya partaihanya beredar dari oligoi yang satu ke oligoi yang lainnya. Penyelesaian konflik hanyadidasarkan pada aspek kedekatan dengan pimpinan parpol, ketimbang mekanismeorganisasi. Itulah yang kini tampak dari penentuan nomor urut caleg.Kedua, Pola rekrutmen. Besarnya otoritas elit parpol menjadi aspek utama tidaksehatnya pola rekrutmen, karena masing-masing pihak tak lagi menonjolkan kualitas dankapabilitas politik. Sebaliknya hanya melakukan pendekatan personal dan emosional. Takjarang bahkan dengan pendekatan finansial. Fakta ini muncul dengan hadirnya calegcalegbaru tak dikenal yang tiba-tiba mendapatkan jatah nomor urut dasi. Dengandemikian, Antrean menuju jenjang karier pun menjadi panjang dan rapat. Koncoismemenggantikan pola rekrutmen berdasarkan prestasi. Demokrasi internal partai lalu matisuri dan hanya menyediakan pilihan abaikan atau tinggalkan.Pada titik ini, oligarki telah mensimplifikasi peran partai hanya sebatas political broker.Ia pada gilirannya akan mereduksi fungsi partai, sekaligus menguras energi partai hanyauntuk mengalkulasi peluang. Padahal, banyak urusan strategis secara konstitusionaldiserahkan atau paling tidak melibatkan partai politik. Kewenangan partai politikmengusung calon kepala daerah, misalnya, bukan hanya telah memberinya hak istimewa,namun menuntut setiap kader mengembangkan kompetensinya.B. Batasan MasalahDari uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan pokok yaituBagaimanakah Peran Partai Politik Sebelum dan sesudah adanya Putusan MahkamahKonstitusi No.22-24/PUU-VI/2008 ?C. Peran dan Fungsi Partai Politik di IndonesiaSejarah Ketatanegaraan kita, terjadi pasang surut dalam membangun Sistem Pemerintahan.Pada dasarnya, Negara yang kuat dan didukung oleh Pemerintah yang kuattanpa memberi ruang terhadap peran serta (Partisipasi) segenap komponen masyarakatserta tidak memberi peran Lembaga Negara baik Legislatif maupun Yudikatif dalam prosespembangunan dan demokrasi, maka Negara tersebut tidak bisa dikatakan sebagai NegaraDemokrasi. Negara tersebut cenderung Otoriter dan berorientasi pada kekuasaan,bahkan membentuk Hegemoni/ dominasi kekuasaan/kekuatan negara terhadapmasyarakat, sehingga ruang Demokrasi tertutup. Akibatnya adalah Pembangunan yangdijalankan pemerintah tidak secara signifikan mendatangkan “Kemakmuran danKeadilan”. Lihat sebagai contoh pemerintahan Marcos di Philipina, Reza Pahlevi di Iransebagian besar negara Amerika Latin dengan pemerintahan otoriter sekitar tahun 1960-1980, dan Indonesia era Soekarno dan Soeharto, telah mengalami pasang surut kehidupanpolitik dan demokrasi.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!