JURNALILMU HUKUM85tekanan dari masyarakat maka pemerintah kemudian melaksanakan reformasi padaseluruh aspek kehidupan.Salah satu langkah reformasi yang ditempuh guna mengatasi krisis tersebut menurutM. Fajrul Falaakh 2 adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahanyang baik (good governance) karena krisis tersebut telah mendorong arus balikyang luas yang menuntut perbaikan ekonomi negara dan perbaikan pemerintahan negara.Namun jika dikontemplasi dan dielaborasi secara lebih lanjut, di samping didorong olehkeinginan untuk menanggulangi krisis terjadi dan dalam rangka pencapaian tujuan nasional,penerapan prinsip-prinsip good governance juga dilatarbelakangi oleh faktor globalisasi.Menurut Sedarmayanti 3 globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan diseluruh wilayah pemerintahan negara akan memungkinkan terselenggaranya interaksiperekonomian antar daerah dan antar bangsa berlangsung secara lebih efisien. Alasannyaadalah karena globalisasi akan mendorong terlaksananya reformasi sistem pemerintahandan perekonomian termasuk lingkungan birokrasinya. Bahkan menurut BintoroTjokroaminoto 4 mengutip pidato Presiden RI pada tanggal 16 Agustus 2000, pemerintahIndonesia juga menganggap good governance sebagai salah satu kecenderungan global.Berdasarkan uraian di atas, setidaknya dapat diketahui bahwa penerapan prinsipprinsipgood governance merupakan salah satu solusi dalam rangka penanggulangan krisisyang telah terjadi dan merupakan suatu keniscayaan dalam upaya pencapaian tujuannasional yang telah digariskan oleh konstitusi .Menurut Rustini Wiriaatmadja 5 good governance mencakup aspek kehidupan yangluas mulai dari aspek <strong>hukum</strong>, politik, ekonomi dan sosial serta terkait erat dengan tugaspokok fugsi penyelenggaraan kekuasaan negara baik eksekutif, legislatif dan yudikatif.Dengan demikian dapat dimaklumi, penerapan prinsip-prinsip good governance yangdiwujudkan pada sistem pemerintahan dalam praktiknya harus menjadi inspirasi dantercermin pada mekanisme perencanaan, penetapan dan pelaksananaan kegiatan-kegiatanyang dilakukan oleh pemerintah.Penataan ruang sebagai salah satu bidang yang dikelola oleh pemerintah seharusnyajuga mengaplikasikan prinsip-prinsip good governance baik dalam kegiatan perencanaan,penetapan maupun dalam pelaksanaannya. Alasan utamanya tentu saja karena penataanruang berkenaan dengan hajat hidup orang banyak sebagaimana dimaksud oleh Pasal 33ayat (3) UUD 1945 6 karena merupakan salah satu faktor determinan dalam peningkataniklim investasi secara nasional.2M. Fajrul Falaakh, Strategi Menuju Clean and Good Government, dalam Bulletin Solusi Hukum, tanggal 8Juni 2007.3Sedarmayanti, Good Governance (Kepemrintahan Yang Baik), Bagian Kedua: Membangun Manajemen KinerjaGuna Meningkatkan Produktivitas Menuju Good Governance, Mandar Maju, Bandung, 2004, hlm. 1.4Bintoro Tjokroaminoto, Good Governance (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan), FH-UI Press,Jakarta, 2000, hlm. 19.5Rustini Wiriaatmadja, Dimensi Hukum Pengawasan terhadap BUMN yang Menjual Sahamnya di PasarModal (Go Public) dalam Rangka Menunjang Perekonomian Nasional. Disertasi, Program PascasarjanaUniveristas Padjajaran, Bandung, 2004, hlm. 129.6Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 berbunyi: “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnyadikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat“.
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Selama ini penataan ruang telah diatur di dalam UU No. 24 Tahun 1992 TentangPenataan Ruang. Undang-undang ini pada dasarnya telah memberikan andil yang cukupbesar dalam mewujudkan tertib tata ruang sehingga hampir semua pemerintah daerahtelah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).Namun sejalan dengan perkembangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraUU No. 24 Tahun 1992 dinilai memiliki kekurangan-kekurangan substansial di antaranyaatribusi pembentukan undang-undang yang masih bersumber pada UU No. 4 Tahun 1982tentang Lingkungan Hidup padahal Undang-undang tersebut telah dicabut oleh UU No.23 Tahun 1997 7 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, kelemahan juga terlihat padakemungkinan perubahan alokasi ruang atau konversi lahan kawasan lindung menjadikawasan produksi yang dibuka oleh Pasal 9 UU No. 24 Tahun 1992 dalam kenyataannyatelah menimbulkan ketidakpastian <strong>hukum</strong> terhadap rencana tata ruang yang telah disusunoleh pemerintah maupun pemerintah daerah.Kekurangan lain yang dapat dikemukakan di sini adalah adanya perkembangan baruberupa 8 : pertama, situasi nasional dan internasional yang menuntut penegakan prinsipketerpaduan, keberlanjutan, demokrasi, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraanpenataan ruang yang baik; kedua, pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yang memberikanwewenang yang semakin besar kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataanruang sehingga pelaksanaan kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga keserasiandan keterpaduan antar daerah, serta tidak menimbulkan kesenjangan antar daerah; danketiga, kesadaran dan pemahaman masyarakat yang semakin tinggi terhadap penataanruang yang memerlukan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataanruang agar sesuai dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat.Menyikapi kekurangan tersebut pemerintah bersama-sama dengan DPR kemudianmenyetujui RUU Penataan Ruang menjadi UU No. 26 Tahun 2007 Tentang PenataanRuang (selanjutnya disingkat UU Penataan Ruang) yang menggantikan UU No. 24 Tahun1992. Undang-Undang Penataan Ruang yang baru ini kemudian disahkan pada tanggal26 April 2007 dan dan dinyatakan efektif berlaku sejak tanggal pengundangannya.Persoalannya, mengingat undang-undang ini masih relatif baru diterbitkan akanmenarik sekali kiranya dilakukan eksaminasi dan pengkajian terutama yang berkenaanimplementasi perizinan pemanfaatan ruang dan penyerapan prinsip-prinsip goodgovernance dalam undang-undang tersebut dari berbagai aspek dalam rangka pencapaiantujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan.Asumsi di atas dipertegas karena konflik horizontal dalam praktik pemanfaatan ruangkerap terjadi. Sengketa tanah antara PT Portanigra dan warga Meruya Selatan, sengketatanah yang berujung pada penembakan warga Desa Alas Tlogo oleh oknum Marinir TNI-AL serta sengketa kepemilikan lahan yang terjadi antara PT Sumber Wangi Alam denganwarga Mesuji di Provinsi Sumatera Selatan yang menjadi topik hangat baru-baru inisetidaknya menggambarkan tingginya intensitas konflik pada pemanfaatan ruang.7Dalam perkembangannya, UU No. 23 Tahun 1997 kemudian digantikan oleh UU No. 32 Tahun 2009tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.8Penjelasan Umum UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Selanjutnya disingkat UU PenataanRuang).
- Page 2 and 3:
JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5:
JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7:
JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 8 and 9:
JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 10 and 11:
JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13:
JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15:
JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17:
JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19:
JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21:
JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23:
JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25:
JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27:
JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29:
JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31:
JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33:
JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35:
JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37:
JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39:
JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41: JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43: JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45: JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47: JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49: JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51: JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53: JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55: JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57: JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59: JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61: JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63: JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65: JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67: JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69: JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89: VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 93 and 94: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97 and 98: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102: VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104: AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106: AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108: AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110: AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112: AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114: VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130: VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131: VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na