JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di atas, izin usaha atau kegiatan tidak dapat diterbitkan jika tidakdilengkapi dengan izin lingkungan. Selain itu, untuk mendapatkan izin lingkungan harusmenempuh prosedur dan memenuhi persyaratan tertentu. Pasal 123 UU-PPLHmenyatakan, “Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang telah dikeluarkanoleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajibdiintegrasikan ke dalam izin lingkungan paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-Undangini ditetapkan”. Penjelasan Pasal ini, “Izin dalam ketentuan ini, misalnya, izin pengelolaanlimbah B3, izin pembuangan air limbah ke laut, dan izin pembuangan air limbah ke sumberair”.Sebelum berlakunya UU No. 32 Tahun 2009, izin lingkungan tidak disebut sebagaisuatu sistem. Pada peraturan pelaksana UU No. 4 Tahun 1982 dan UU No. 23 Tahun1997 terdapat izin pengelolaan limbah B3, izin pembuangan air limbah ke laut, dan izinpembuangan air limbah ke sumber air, termasuk izin HO. Walaupun izin-izin berkaitandengan izin usaha atau kegiatan, namun mekanisme perizinannya terpisah dengan izinusaha atau kegiatan.Saat ini, berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009, selain penyatuan dalam bentuk izinlingkungan, juga ditegaskan bahwa izin lingkungan merupakan syarat mendapatkan izinusaha atau kegiatan.Pengaturan izin lingkungan dan pentaatannya merupakan upaya menuju pembangunanberkelanjutan atau dalam <strong>ilmu</strong> ekonomi lingkungan dinamakan “greening businessmanagement”. Greening business management adalah strategi pengelolaan lingkunganyang terpadu yang meliputi pengembangan struktur organisasi, sistem dan budidayadalam suatu kompetensi hijau dengan cara menerapkan dan mentaati seluruh peraturantentang pengelolaan lingkungan, termasuk pengelolaan bahan baku, pengolahan limbah,penggunaan sumberdaya alam yang efektif, penggunaan teknologi produksi yangmenghasilkan limbah minimal serta menerapkan komitmen kesadaran lingkungan bagiseluruh karyawan dalam organisasinya.Meskipun “law enforcement” pemerintah masih lemah, namun apabila terjadi pelanggarandalam pengelolaan lingkungan atau ada pengaduan masyarakat akibat dampaknegaritf suatu aktivitas izin usaha atau kegiatan, akan berdampak negatif pula pada reputasiindustri tersebut. Selain itu organisasi lingkungan lokal dan internasional akan bereaksikeras apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan lingkungan. Hal ini terjadi padakasus PT, Freeport Indonesia, PT. Newmont, dan lain-lain. Oleh sebab itu ketaatanterhadap setiap peraturan lingkungan secara proaktif sangat dianjurkan agar peluanguntuk memperluas pasar dan sasaran dari bidang usaha tidak terganggu.B. PermasalahanUraian mengenai izin lingkungan di atas, memuncul permasalahan yang akan dianalisislebih mendalam ada tulisan ini:1. Bagaimana ruang lingkup izin lingkungan sebagai syarat memperoleh izin usahaatau kegiatan?2. Bagaimana hubungan <strong>hukum</strong> antara izin lingkungan dengan izin usaha atau kegiatan?
HELMIVOLUME2 No. 1 Agustus 20114C. Ruang Lingkup Izin LingkunganUsaha atau kegiatan tertentu tidak dapat dilakukan tanpa izin dari organ pemerintahyang berwenang. Kenyataan tersebut dapat dimengerti karena berbagai halsering kali terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemohon izin. Izin menjadialas hak dan kewajiban pemohon untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan tertentu.Seperti dikatakan pada latar belakang, izin lingkungan merupakan salah satusyarat memperoleh izin usaha atau kegiatan. Izin usaha atau kegiatan yang wajib izinlingkungan tersebut adalah aktivitas atau kegiatan usaha yang wajib Amdal ataupunwaji UKL dan UPL. Pasal 1 angka 35, “Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepadasetiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyaratuntuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan”. Untuk izin usaha atau kegiatan, Pasal1 angka 36, “Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansiteknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan”.Izin lingkungan yang termuat dalam UU-PPLH menggabungkan proses pengurusankeputusan kelayakan lingkungan hidup, izin pembuangan limbah cair, dan izin limbahbahan beracun berbahaya (B3). Pada saat berlakunya UU No. 23 Tahun 1997, keputusankelayakan lingkungan hidup diurus diawal kegiatan usaha. Bidang pertambangan, misalnya,diurus sebelum pembangunan konstruksi tambang. Setelah konstruksi selesai, pengusahaharus mengurus izin pembuangan limbah cair dan B3. Sekarang ketiga perizinan itudigabungkan, diurus satu kali menjadi izin lingkungan. Syaratnya jelas, yaitu analisismengenai dampak lingkungan (Amdal) atau upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL)dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL). Tanpa ketiga dokumen, izin lingkungantak akan diberikan.Berdasarkan Pasal 123 UU-PPLH, “Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan hidupyang telah dikeluarkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengankewenangannya wajib diintegrasikan ke dalam izin lingkungan paling lama 1 (satu) tahunsejak Undang-Undang ini ditetapkan”. Penjelasan pasal 123, “Izin dalam ketentuan ini,misalnya, izin pengelolaan limbah B3, izin pembuangan air limbah ke laut, dan izinpembuangan air limbah ke sumber air”.Kententuan Pasal ini kemudian dipersoalkan oleh pengusaha bidang lingkungan hidup,terutama para pengusaha pertambangan. 10 Sebetulnya, ketentuan adanya izin lingkunganpada masa UU No. 23 Tahun 1997 sudah ada, namun belum disatukan seperti Pasal 123UU-PPLH. Izin lingkungan pada masa UU No. 23 Tahun 1997 diberikan secara terpisahdan “seolah” tidak mengikat pengusaha untuk melaksanakan. Hal ini disebabkan tidakjelasnya hubungan <strong>hukum</strong> antara izin-izin lingkungan dengan izin usaha atau kegiatan.Siti Sundari Rangkuti 11 bahkan menyatakan pada saat itu, walaupun jenis-jenis izin10Direktur Eksekutif Indonesian Center For Environmental Law (ICEL) Rino Subagyo menilai, penolakanlebih karena perubahan tata urutan pemberian izin kegiatan atau usaha. Izin lingkungan menjadiprasyarat izin usaha. Jika ada pejabat publik memberikan izin usaha kepada pemohon yang tidakmemiliki izin lingkungan, maka pejabat publik itu bisa dipidana. Itu yang membuat sejumlah pihakmempertanyakan.11Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Airlangga UniversityPress, Surabaya, 2005, hlm. 119.
- Page 2 and 3: JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5: JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7: JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 10 and 11: JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13: JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15: JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17: JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19: JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21: JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23: JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25: JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27: JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29: JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31: JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33: JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35: JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37: JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39: JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41: JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43: JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45: JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47: JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49: JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51: JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53: JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55: JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57: JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59:
JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61:
JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63:
JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65:
JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67:
JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69:
JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90:
VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93 and 94:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97 and 98:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102:
VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104:
AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106:
AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108:
AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110:
AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112:
AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114:
VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130:
VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131:
VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na