JURNALILMU HUKUM93bertentangan dengan peraturan yang berlaku 46 . Suhubungan dengan itu maka,menurut Pasal 55 ayat (2) UU Penataan Ruang guna menjaga penyelenggaraan tataruang tetap berjalan pada treknya maka dilakukan tindakan pemantauan, evaluasidan pelaporan. Bila kemudian ditemukan penyimpangan terhadap peraturan yangtelah digariskan maka dikenakan sanksi baik administratif, perdata maupun pidana. 47b. Prinsip TransparansiMenurut Pasal 2 butir e UU Penataan Ruang, prinsip transparansi atauketerbukaan merupakan salah satu asas dalam penyelenggaraan penataan ruang.Menurut penjelasan Pasal 2 yang dimaksud dengan “keterbukaan” adalah bahwapenataan ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-luasnyakepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataanruang. Bahkan menurut Pasal 13 ayat (2) dalam melakukan pembinaan penataanruang pemerintah melakukannya melalui penyebarluasan informasi penataanruang kepada masyarakat 48Mengetahui rencana tata ruang adalah hak dari setiap orang 49 , masyarakatdapat mengetahui rencana tata ruang melalui Lembaran Negara atau LembaranDaerah, pengumuman, dan/atau penyebarluasan oleh pemerintah 50 . Selanjutnya,pengumuman atau penyebarluasan tersebut dapat diketahui masyarakat, antaralain, adalah dari pemasangan peta rencana tata ruang wilayah yang bersangkutanpada tempat umum, kantor kelurahan, dan/atau kantor yang secara fungsionalmenangani rencana tata ruang tersebut.c. Prinsip PartisipasiKonsepsi peran serta masyarakat, walaupun berbagai pihak telah berkeinginanmenetapkannya sejak tahun 80-an, tetapi secara formal baru terwujud konsepsinyadi tahun 1992 melalui pengundangan UU No. 24 Tahun 1992 tentang PenataanRuang yang di sahkan pada tanggal 13 Oktober 1992. Hal ini juga sebagai upayamengantisipasi dan menjaga kesinambungan pembangunan. Dengan bergantinyaregulasi, maka secara normatif setiap kegiatan yang berkenaan dengan penataanruang menuntut adanya partisipasi masyarakat sebagaimana tercermin pada Pasal65 UU Penataan Ruang 51 .Perlu juga dikemukakan bahwa bentuk peran masyarakat sebagai pelaksanapemanfaatan ruang sebagai mana dimaksud ole Pasal 65 ayat (2) butir b di atas,baik orang perseorangan maupun korporasi, antara lain mencakup kegiatanpemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. Bahkan Pemerintah46Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Russel & Russel, New York, 1971, hlm. 95.47Lihat Pasal 57, dan Pasal 69 – 75 UU Penataan Ruang.48Pasal 13 ayat (2) butir g UU Penataan Ruang.49Pasal 60 butira UU Penataan Ruang.50Penjelasan Pasal 60 huruf a UU Penataan Ruang.51Pasal 65 UU Penataan Ruang.berbunyi: (1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintahdengan melibatkan peran masyarakat. (2) Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan, antara lain, melalui: a.partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang; b. partisipasidalam pemanfaatan ruang; dan c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang. (3)Ketentuan lebihlanjut mengenai tata cara dan bentuk peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dalam melakukan pembinaan penataan ruang juga turut melibatkan masyarakat 52 .Di samping itu, peran serta masyarakat juga terlihat dalam pengawasan penataanruang 53 .Mengingat peraturan pelaksana dari UU Penataan Ruang tahun 2007 belumada, merujuk pada ketentuan Pasal 76 UU Penataan Ruang, maka peraturanpelaksana sebelumnya masih tetap berlaku selama tidak bertentangan dan diganti.Peraturan pelaksana yang dimaksud tidak lain adalah Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan TataCara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang, yang disahkan pada tanggal3 Desember 1996.Pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9Tahun 1998 tentang Tatacara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses PerencanaanTata Ruang di Daerah. Dalam perundangan tersebut di amanatkan bahwa untukpenyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan oleh Pemerintah denganmengikutsertakan peran serta masyarakat. Peran dan keikutsertaan masyarakatdalam melaksanakan dan mengamankan aturan tersebut amat sangat pentingartinya karena hasilnya akan dinikmati kembali oleh masyarakat di wilayahnya.d. Prinsip Kepastian HukumMenurut Pasal 2 butir h UU Penataan Ruang, prinsip kepastian <strong>hukum</strong> ataukeadilan merupakan salah satu asas dalam penyelenggaraan penataan ruang.Menurut penjelasan Pasal 2 butir h yang dimaksud dengan “kepastian <strong>hukum</strong> ataukeadilan” adalah adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan<strong>hukum</strong>/ketentuan peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruangdilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat sertamelindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian<strong>hukum</strong>. Pernyataan di atas mengandung pengertian bahwa selama penataan ruangdilakukan bertentangan dengan <strong>hukum</strong> atau bertentangan dengan rasa keadilanmaka siapapun memiliki kesempatan untuk mengajukan tuntutan pembatalanmaupun gugatan ganti kerugian kepada pemerintah atau pemegang izin 54 .C. PenutupBerdasarkan pada uraian yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkanbahwa implementasi perizinan pemanfaaatan ruang, hingga saat ini belum dapatdilaksanakan secara maksimal karena Perda RTRW sebagai instrumen utama acuanpenerbitan perizinan pemanfaatan ruang di daerah belum diterbitkan oleh sebagian besarpemerintah provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia. Sementara itu, terhadapakomodasri prinsip-prinsip good governance dalam pemanfaatan ruang, UU PenataanRuang telah mengimplementasikan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi, partispasidan kepastian <strong>hukum</strong>.52Pasal 13 ayat (1) butir g UU Penataan Ruang.53Pasal 55 ayat (4) UU Penataan Ruang. berbunyi: “Pengawasan Pemerintah dan pemerintah daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat.”54Pasal 60 butir e dan f UU Penataan Ruang.
- Page 2 and 3:
JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5:
JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7:
JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 8 and 9:
JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 10 and 11:
JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13:
JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15:
JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17:
JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19:
JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21:
JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23:
JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25:
JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27:
JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29:
JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31:
JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33:
JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35:
JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37:
JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39:
JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41:
JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43:
JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45:
JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47:
JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49: JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51: JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53: JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55: JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57: JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59: JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61: JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63: JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65: JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67: JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69: JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90: VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93 and 94: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 101 and 102: VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104: AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106: AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108: AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110: AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112: AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114: VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130: VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131: VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na