JURNALILMU HUKUM69Ketiga, setiap individu yang berhubungan secara langsung dengan negara tidakmempunyai alternatif lain kecuali mengikuti kehendak negara, termasuk dalam halpendidikan politik. Jika kita amati, pendidikan politik di Indonesia lebih merupakan sebuahproses penanaman nilai-nilai dan keyakinan yang diyakini oleh penguasa negara. Hal ituterlihat dengan jelas, bahwa setiap individu wajib mengikuti pendidikan politik melaluiprogram-program yang diciptakan pemerintah. Setiap warga negara secara individualsejak usia dini sudah dicekoki keyakinan yang sebenarnya adalah keyakinan kalanganpenguasa. Yaitu mereka harus mengikuti sejak memasuki SLTP, kemudian ketikamemasuki SMU, memulai kuliah di PT, memasuki dunia kerja, dan lain sebagainya. Prosespendidikan politik melalui media massa, barangkali, sedikit lebih terbuka dan individuindividudapat lebih leluasa untuk menentukan pilihannya menyangkut informasi yangmana yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenaran dan ketepatannya.3. Peran sebagai Sarana Rekrutmen PolitikPeran partai politik sebagai sarana rekruitmen politik dalam rangka meningkatkanpartisipasi politik masyarakat, adalah bagaimana partai politik memiliki andil yang cukupbesar dalam hal: (1) Menyiapkan kader-kader pimpinan politik; (2) Selanjutnya melakukanseleksi terhadap kader-kader yang dipersiapkan; serta (3) Perjuangan untuk penempatankader yang berkualitas, berdedikasi, memiliki kredibilitas yang tinggi, serta mendapatdukungan dari masyarakat pada jabatan jabatan politik yang bersifat strategis. Makinbesar andil partai politik dalam memperjuangkan dan berhasil memanfaatkan posisitawarnya untuk memenangkan perjuangan dalam ketiga hal tersebut; merupakan indikasibahwa peran partai politik sebagai sarana rekrutmen politik berjalan secara efektif.Rekrutmen politik yang adil, transparan, dan demokratis pada dasarnya adalah untukmemilih orang-orang yang berkualitas dan mampu memperjuangkan nasib rakyat banyakuntuk mensejahterakan dan menjamin kenyamanan dan keamanan hidup bagi setiapwarga negara. Kesalahan dalam pemilihan kader yang duduk dalam jabatan strategis bisamenjauhkan arah perjuangan dari cita-rasa kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilanbagi masyarakat luas. Oleh karena itulah tidaklah berlebihan bilamana dikatakan bahwarekrutmen politik mengandung implikasi pada pembentukan cara berpikir, bertindak danberperilaku setiap warga negara yang taat, patuh terhadap hak dan kewajiban, namunpenuh dengan suasana demokrasi dan keterbukaan bertanggung jawab terhadap persatuandan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun biladikaji secara sekilas sampai dengan saat inipun proses rekrutmen politik belum berjalansecara terbuka, transparan, dan demokratis yang berakibat pemilihan kader menjadi tidakobyektif. Proses penyiapan kader juga terkesan tidak sistematik dan tidak berkesinambungan.Partai politik dalam melakukan pembinaan terhadap kadernya lebih intenhanya pada saat menjelang adanya event-event politik; seperti konggres partai, pemilihanumum, dan sidang MPR. Peran rekrutmen politik masih lebih didominasi oleh kekuatankekuatandi luar partai politik.Pada era reformasi seperti sekarang, sesungguhnya peran partai politik masih sangatterbatas pada penempatan kader-kader politik pada jabatan-jabatan politik tertentu.Itupun, masih belum mencerminkan kesungguhannya dalam merekrut kader politik yangberkualitas, berdedikasi, dan memiliki loyalitas serta komitmen yang tinggi bagi perjuangan
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170menegakkan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan bagi rakyat banyak. Banyak terjadifenomena yang cukup ganjil, dimana anggota DPRD di beberapa daerah tidak menjagokankadernya, tetapi justru memilih kader lain yang belum dikenal dan belum tahu kualitasprofesionalismenya, kualitas pribadinya, serta komitmennya terhadap nasib rakyat yangdiwakilinya. Proses untuk memenangkan seoramg calon pejabat politik tidak berdasarkanpada kepentingan rakyat banyak dan bahkan juga tidak berdasarkan kepentingan partai,tetapi masih lebih diwarnai dengan motivasi untuk kepentingan yang lebih bersifat pribadiatau kelompok. Meskipun tidak semua daerah mengalami hal semacam ini, namunfenomena buruk yang terjadi di era reformasi sangat memprihatinkan, Dalam kondisiseperti itu, tentu saja pembinaan, penyiapan, dan seleksi kader-kader politik sangat bolehjadi tidak berjalan secara memadai.D. Pengujian Pasal 214 UU No.10 Tahun 2008Tepat pada Selasa 23 Desember 2008 Mahkamah Konstitusi membacakanputusannya atas Perkara Nomor 22/PUU-VI/2008 dan Nomor 24/PUU-VI/2008 tentangPerkara Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang PemiluAnggota DPR, DPD dan DPRD. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkansebagian permohonan para Pemohon dengan membatalkan Pasal 214 yang amarputusannya berbunyi sebagai berikut;“...Menyatakan Pasal 214 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan PerwakilanRakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 51, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4836) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945“. 3Lebih lanjut Mahkamah berpendapat:“Ketentuan Pasal 214 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e UU 10/2008yang menentukan bahwa calon terpilih adalah calon yang mendapat di atas 30% (tigapuluh per seratus) dari BPP, atau menempati nomor urut lebih kecil, jika tidak adayang memperoleh 30% (tiga puluh per seratus) dari BPP, atau yang menempati nomorurut lebih kecil jika yang memperoleh 30% (tiga puluh per seratus) dari BPP lebihdari jumlah kursi proporsional yang diperoleh suatu partai politik peserta Pemiluadalah inkonstitusional. Inkonstitusional karena bertentangan dengan maknasubstantif kedaulatan rakyat sebagaimana telah diuraikan di atas dan dikualifisirbertentangan dengan prinsip keadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1)UUD 1945. Hal tersebut merupakan pelanggaran atas kedaulatan rakyat jikakehendak rakyat yang tergambar dari pilihan mereka tidak diindahkan dalampenetapan anggota legislatif akan benarbenar melanggar kedaulatan rakyat dankeadilan, jika ada dua orang calon yang mendapatkan suara yang jauh berbeda secaraekstrem terpaksa calon yang mendapat suara banyak dikalahkan oleh calon yangmendapat suara kecil, karena yang mendapat suara kecil nomor urutnya lebih kecil”.3Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008 tentang Pengujian Undang- Undang (PUU)UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu.
- Page 2 and 3:
JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5:
JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7:
JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 8 and 9:
JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 10 and 11:
JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13:
JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15:
JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17:
JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19:
JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21:
JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23:
JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25: JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27: JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29: JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31: JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33: JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35: JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37: JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39: JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41: JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43: JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45: JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47: JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49: JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51: JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53: JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55: JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57: JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59: JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61: JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63: JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65: JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67: JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69: JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 77 and 78: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90: VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93 and 94: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97 and 98: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102: VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104: AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106: AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108: AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110: AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112: AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114: VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130:
VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131:
VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na