JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, terdapat pula pendapat meyakini nama Tungkal merupakanperubahan etimologis dari nama Kuntala, sebuah nama Kerajaan Budha yang banyak ditulisdalam sejarah. Dalam buku Dinamika Adat Masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Baratseperti telah disebutkan di atas, disebutkan bahwa sebelum kedatangan orang-orangPagaruyung ke Tungkal Ulu, beberapa dusun seperti Merlung, Tanjung Paku, dan Subansudah berpenghuni yaitu masyarakat sisa-sisa Kerajaan Kuntala yang merupakan Kerajaanyang sudah berdiri sebelum Melayu dan Sriwijaya yang waktu itu merupakan daerahtaklukan Kerajaan Singosari.Dalam makalah yang berjudul Kerajaan Malayu Kuno Pra Sriwijaya yang ditulis olehProf. Dr. Sartono yang disajikan dalam Seminar Sejarah Melayu Kuno, pada tahun 1992,disebutkan bahwa Kerajaan Kuntala terdapat di pantai timur Sumatera di abad ke 5-6.Dalam transliterasi China, Kuntala disebut Kuntal sebagaimana Sanjaya menjadi Sanjay.9Dalam makalah tersebut dinyatakan bahwa Kerajaan Kuntala, Kantoli atau Kandali telahdikenal oleh Pemerintahan Kaisar Hsiau-Wu yang hidup pada tahun 459-464. NamaKantoli juga disebut dalam masa pemerintahan Dinasti Ming pada tahun 1368-1644sebagai kerajaan dagang yang besar.Dalam makalah lain, Prof. Sukomono 10 memberi catatan pada nama Pelabuhan Dagangyang dapat saja merupakan suatu kota pelabuhan pada masa Kerajaan Melayu Kuno jikadihubungkan dengan adanya kemungkinan pendangkalan air laut. Dalam makalah lainnyalagi, Uka Tjandrasasmita 11 juga mengungkapkan:“Pelabuhan-pelabuhan lainnya yang ada di DAS Batanghari seperti di Muara Tebo,Muara tembesi, dan Pelabuhan Dagang di hulu Sungai Tungkal tidak dapat pula diabaikanpula sebagai tempat-tempat pengumpul barang hasil dari daerah pedalaman pula.”Terlepas dari soal Pelabuhan Dagang, kemungkinan terjadinya pendangkalan air lautdapat diterima. Dalam wawancara penulis dengan Syafei Maturidi, dikatakan bahwa semasabeliau menjabat Pasirah Marga Tungkal Ulu, ketika dilakukan penggalian tanah oleh PTHeeching TII di Taman Raja, didapati bekas-bekas kulit kerang dalam jumlah sangatbanyak, hal mana membawa kita pada kesimpulan bahwa Taman Raja dahulunya adalahkuala Sungai Pengabuan (Tungkal).Bukti lainnya yang hingga kini belum banyak terungkap adalah mengenai keberadaanAir Terjun Pelang, yang berbentuk seperti kapal yang kini menjadi seperti batu kapal.Jika versi terakhir ini adalah versi yang paling benar, maka kehadiran masyarakatTungkal Ulu sekarang jauh lebih tua dari apa yang digambarkan pada versi pertama dankedua di atas.8Wikipedia9Sartono, Kerajaan Malayu Kuno Pra Sriwijaya di Sumatera, Makalah dalam Seminar Sejarah Melayu Kunoyang diselenggarakan Pemda Tingkat I Jambi bekerjasama dengan Depdikbud, di Jambi pada tanggal 7-8 Desember 1982, hal. 84.10Soekmono, Rekonstruksi Sejarah Malayu Kuno sesuai Tuntutan Arkeologi, makalah dalam Seminar SejarahMelayu Kuno yang diselenggarakan Pemda Tingkat I Jambi bekerjasama dengan Depdikbud, di Jambipada tanggal 7-8 Desember 1982, hal. 48.11Uka Tjandrasasmita, Beberapa Catatan Tentang Perdagangan di DAS Batanghari, Hubungannya denganJalur Perdagangan Internasional pada Abad-abad Pertama sampai Abad XVI, makalah dalam SeminarSejarah Melayu Kuno yang diselenggarakan Pemda Tingkat I Jambi bekerjasama dengan Depdikbud, diJambi pada tanggal 7-8 Desember 1982, hal. 326.
ERDIANTOVOLUME2 No. 1 Agustus 201146B. Dalam Pemerintahan Sultan JohorSelanjutnya, terjadi perubahan dalam struktur pemerintahan di negeri Tungkal. SultanJohor mengangkat anaknya menjadi kepala Pemerintahan di Tungkal dengan gelar OrangKayo Raja Depati. Bersama Datuk Mandaliko mereka membentuk Pemerintahan Biduandonan Empat yaitu:- Pemerintahan Lubuk Petai yang dikepalai Orang Kayo Rajo Laksamana,- Pemerintahan Suku Teberau yang dikepalai Orang Kayo Depati,- Pemerintahan Suku Sungai Landui (Mandah) yang dikepalai Orang Kayo Lamsasti,- Pemerintahan Suku Buluh Munti, yang dikepalai Datuk Bandar.Pada perkembangannya, Sultan Johor melepaskan kekuasaanya kepada Tungkal,dan anak keturunannya banyak melakukan eksodus ke daerah ilir dan mendiami daerahyang kini dikenal dengan Desa Senyerang, Sungai Kayu Aro, dan Teluk Ketapang. Dengandemikian, tidaklah mengherankan jika syiar agama Islam di Senyerang lebih semarak.Menurut yang diceritakan Rajo Bujang dkk, Sultan Johor membebaskan Tungkal darikewajiban mengirimkan upeti atas kecerdasan Lamsasti, anak yang ditemukan DatukAndiko dalam perahu. Kemungkinan lain, pembebasan itu dapat pula disebabkanmenurunnya kekuasaan Sultan Johor yang tunduk di bawah pengaruh Malaka.Nama Pengabuan sendiri diberikan oleh orang-orang Minangkabau yang berartitempat membuang abu (jenazah). Jika ini benar, maka dapat disimpulkan bahwa orangorangTungkal Ulu masa dahulu beragama Hindu atau Budha. Pendapat ini tentu sajamasih menimbulkan pertanyaan yang dapat diperdebatkan.Pertanyaan itu misalnya adalah, jika memang berasal dari Minangkabau, mengapanama-nama dusun yang diyakini lebih dahulu dari nama Tungkal Ulu sendiri tidak berbahasaMinang. Nama Lubuk Kambing, Rantau Benar, Lubuk Bernai, Penyabungan, Tanjung Paku,Pulau Pauh, Taman Rajo, dan seterusnya menunjukkan nama-nama Melayu.Dalam Buku Tambo Alam Minangkabau yang ditulis oleh Datuk Tuah 12 , tidak disebutkanadanya hubungan antara Minangkabau dengan Tungkal. Yang paling mendekati adanyahubungan Tungkal dengan Minangkabau adalah diceritakannya hubungan antaraMinangkabau dengan Jambi dan hubungan Minangkabau dengan Suku Talang Mamak yangberdiam di wilayah Retih dan Kuantan Riau, dimana diakui bahwa orang-orang Minangkabaumemang pernah melakukan eksodus ke negeri orang Talang Mamak.Dalam hal ini, dapatlah ditarik suatu gambaran bahwa Orang Talang Mamak sebagaipenduduk Riau mendiami wilayah Retih Indragiri Hilir dan Cenaku Indragiri Hulu. memilikihubungan dengan orang Tungkal. Dalam batas-batas wilayah negeri Datuk Mandalikodisebutkan sebagai berikut:“ dari labing Batu Betingkap (Lubuk Kambing sekarang) sampai Tunggul nan Belepatmenuju ke Bukit Merbau sebelah utara menuju ke Bukit Bakar (Sungai Ibul, dekatLubuk Bernai, berbatasan dengan Tebo Ilir) meniti pematang Cindai Halus menujuBatu 68 melereng ke Batu 39-40, terus menuju Ulu Mendaharo Kiri mengalir sampaike Muara Mendaharo menuju Air Alas Alang Tigo Pulau Berhalo ke Barat masukKualo Sungai kerang seberang tanjung Labu menuju Pulau Kijang. Sampai di Pulau12Datuk Tuah, Tambo Alam Minangkabau, Pustaka Indonesia, Bukittinggi.
- Page 2 and 3: JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5: JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7: JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 8 and 9: JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 10 and 11: JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13: JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15: JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17: JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19: JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21: JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23: JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25: JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27: JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29: JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31: JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33: JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35: JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37: JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39: JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41: JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43: JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45: JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47: JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49: JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 52 and 53: JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55: JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57: JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59: JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61: JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63: JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65: JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67: JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69: JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90: VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93 and 94: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97 and 98: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102:
VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104:
AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106:
AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108:
AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110:
AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112:
AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114:
VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130:
VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131:
VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na