JURNALILMU HUKUM89daerah. Persoalannya, Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang menjadi dasarpenerbitan izin pemanfaatan ruang hingga kini belum semuanya bisa dipenuhi oleh daerah.Saat ini dari 33 Provinsi, baru terdapat sembilan propinsi yang menyelesaikan danmemiliki raperda RTRW sesuai dengan RTRW nasional. Sementara itu, dari jumlah 491Kabupaten/Kota, baru 62 Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan Perda RTRW-nya 21 .Padahal jika mengacu pada amanat Pasal 78 UU Penataan Ruang, semua daerah tingkatI atau provinsi, wajib memiliki Peraturan Daerah Provinsi tentang RTRW paling lambatdalam kurun waktu dua tahun setelah UU tersebut disahkan atau paling lambat April2009. Sementara, untuk daerah tingkat II atau kabupaten/kota, wajib menyelesaikanPeraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten/Kota paling lambat tiga tahun terhitungsejak Undang-undang ini diberlakukan atau sekira April 2010.Pada dasarnya, RTRW daerah merupakan acuan penting dalam melaksanakanpembangunan, karena berfungsi sebagai arahan dan batasan dalam pembangunan denganmengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan. Selain sebagai arahan danbatasan dalam pembangunan, RTRW daerah juga memiliki peran penting dalam kerangkainvestasi di daerah. Pentingnya RTRW sebagai acuan dalam pembangunan daerah daninvenstasi tergambar dalam UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus(KEK). KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah <strong>hukum</strong> NegaraKesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsiperekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu . UU ini mengamanatkan bahwa lokasiyang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria sesuai dengan RTRWdan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung.Dengan tidak terselesaikannya Perda RTRW tentunya perizinan pemanfaatan ruangdi Indonesia belum bisa diimplementasikan secara maksimal. Selaras dengan itu, tentunyasecara makro pembangunan dan investasi di daerah juga akan terhambat.2. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam PengaturanPerizinan Pemanfaatan Ruang di IndonesiaIstilah good governance kini semakin sering dipakai sebagai ukuran bagi penyelenggaraanpemerintahan dengan sejumlah indikator untuk mengukur keberhasilannya.Ada beberapa terjemahan yang diberikan oleh para teoritisi maupun praktisi terhadapperistilahan good governance ini, di antaranya adalah penyelenggaraan pemerintahanyang amanah (Bintoro Tjokroaminoto 22 ), tata pemerintahan yang baik (UNDP 23 ),pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab (LAN 24 ), kepemerintahanyang baik atau penyelenggaraan yang baik (Bondan Gunawan 25 ) dan ada juga yangmengartikan secara sempit sebagai pemerintahan yang bersih 26 .21http://economy.okezone.com/read/2011/11/30/320/536113/penuntasan-tata-ruang-rtrw-daerah-molor,diakses tanggal 1 Desember 2011.22Bintoro Tjokroaminoto, 2000, Good Governance …op.cit, hlm. 2423Sofian Effendi, Membangun Good Governance: Tugas Kita Bersama, Makalah yang disampaikan padatanggal 25 Desember 2005, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, hlm. 124Sedarmayanti, 2004, Good Governance..op.cit., hlm. 43.25Bintoro Tjokroaminoto, 2000, Good Governance … op.cit., hlm. 19.26Sofian Effendi, 2005, Membangun Good …loc.cit.
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Istilah “governance” sebenarnya sudah dikenal sejak lama di dalam literatur, tepatnyasejak Wodrow Wilson, yang kemudian menjadi Presiden AS ke-27, memperkenalkanbidang studi ini kira-kira 125 tahun yang lalu. 27Istilah government dan istilah governance memiliki pengertian yang berbeda. Istilahgovernment mengandung pengertian sebagai pengarahan dan administrasi yangberwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah negara, negara bagian, kota dansebagainya 28 . Sedangkan istilah governance mengandung pengertian tindakan, fakta poladan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan 29 . Menurut Syafuan Rozi 30 , governancelebih menggambarkan pada pola hubungan yang sebaik-baiknya antar elemen yang ada.Namun menurut Sedarmayanti 31 , perlu juga ditegaskan bahwa istilah governance tidakhanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan belaka, tetapi juga mengandung artipengurusan, pengelolaan, pengarahan, pembinaaan, penyelenggaraan dan bisa juga diartikanpemerintahan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sofian Effendi 32 .Berkenaan dengan definisi good governance sendiri ada beberapa pandangan yangperlu dikemukakan. Menurut Bagir Manan 33 , good governance berkaitan dengan tatapenyelenggaraan yang baik. Bagi rakyat banyak, penyelenggaraan pemerintahan yangbaik adalah pemerintahan yang memberikan berbagai kemudahan, kepastian dan bersihdalam menyediakan pelayanan dan perlindungan dari berbagai tindakan sewenangwenangbaik atas diri, hak maupun harta bendanya. 34 Pelayanan yang dipanjangpanjangkanatau bertele-tele (birokratisasi), bukan hanya memperlambat, tetapi menjadisuatu fungsi “komersial”, karena melahirkan sistem “uang pelicin”, “hadiah” yang tidaklain dari suatu bentuk suap.Menurut Bank Dunia sebagaimana dikutip oleh Rustini Wiriaatmadja 35 , goodgovernance adalah pelayanan publik yang efisien, sistem yang handal serta pemerintahanyang akuntabel terhadap publik. Adapun Koeshandajani 36 , mendefinisikan goodgovernance sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai dan yangbersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi masalah publik untukmewujudkan nilai-nilai itu di dalam tindakan dan kehidupan keseharian.Sementara itu menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) 37 good governanceadalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggungjawab, sertaefisien dan efektif, dengan menjaga “kesinergisan” intraksi yang konstruktif diantaradomain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat.27Ibid.28Sedarmayanti, 2004, Good Governance..op.cit, hlm. 2.29Ibid.30Syofuan Rozi, 2000, Model Reformasi Birokrasi, Jakarta: PPW-LIPI, hlm. 6.31Sedarmayanti, 2004, Good Governance..op.cit., hlm. 2.32Sofian Effendi, 2005, Membangun Good …loc.cit.33Bagir Manan, 1999, Good Governance Hindarkan Rakyat dari Tindakan Negara yang Merugikan dalamMajalah Transparansi Indoneis Edisi14 Tanggal 30 Mei 2007.34Ibid.35Rustini Wiriatmadja, 2004, Dimensi Hukum …loc.cit.36Koeshandajani, 2001, Manajemen Otonomi Daerah, Jakarta: LAN-RI, hlm. 25.37LAN-BPKP, 2000, Akuntabilitas dan Good Governance, Jakarta: LAN-RI, hlm. 7.
- Page 2 and 3:
JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5:
JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7:
JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 8 and 9:
JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 10 and 11:
JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13:
JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15:
JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17:
JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19:
JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21:
JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23:
JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25:
JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27:
JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29:
JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31:
JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33:
JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35:
JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37:
JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39:
JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41:
JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43:
JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45: JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47: JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49: JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51: JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53: JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55: JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57: JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59: JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61: JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63: JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65: JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67: JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69: JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80: JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88: MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90: VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 97 and 98: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100: ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102: VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104: AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106: AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108: AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110: AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112: AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114: VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128: FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130: VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131: VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na