JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan yang merata di daerah sesuai dengan yang dicita-citakan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk melaksanakan ketentuan yang diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 itu, maka dibentuklah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah sebagai garis dan haluan untuk terlaksananya program tersebut.Seiring perjalanan reformasi ketatanegaraan di Indonesia, undang-undang tentangPemerintahan Daerah direvisi lagi dan diganti dengan undang-undang no 32 tahun 2004.Suatu otonomi bukanlah final tapi merupakan langkah awal, sehingga isi dan realisasi dariotonomi sangatlah penting.Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerahmembawa sebuah asa baru yang menggembirakan, karena kebijakan sebelumnya sangatbersifat sentralistik sehingga membawa dampak multi krisis pada bangsa ini.Selanjutnya konsep ini diperjelas dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 menegaskanbahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerahprovinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undangundang”.Jadi secara implisit menurut kententuan ini sebenarnya pemerintahan desaadalah bagian dari pemerintahan daerah. Oleh karenanya pemerintahan desa saat inidiatur dalam perundang-undangan tentang pemerintahan daerah yaitu Undang-UndangNo. 32 Tahun 2004. Menurut ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Desa diberipengertian sebagai :“Desa adalah suatu masyarakat <strong>hukum</strong> yang memiliki batas-batas wilayah yangberwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalamsistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.” 2Secara historis Desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik danpemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara bangsa ini terbentuk. Struktur sosialsejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yangmempunyai posisi yang sangat penting. Desa merupakan institusi yang otonom dengantradisi adat istiadat dan <strong>hukum</strong>nya sendiri serta relatif mandiri. Hal ini antara lainditunjukkan dengan tingkat keragaman yang tinggi membuat desa mungkin merupakanwujud bangsa yang kongkrit. Aturan yang mengatur tentang Pemerintahan Desa sangatdibutuhkan karena besar pengaruhnya bagi perkembangan desa itu. Peraturan tentangPemerintahan Desa terbentuk seiring dengan peraturan yang mengatur tentangPemerintahan Negara Indonesia. Peraturan mengenai Pemerintahan Desa tertuang didalam undang-undang yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah atau Otonomi Daerahyaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan pada masa Orde Barudi atur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979. 3Peraturan tentang desa tidak hanya diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun2Wasistiono Sadu, Irwan Tahir, Prospek Pengembangan Desa, Fokusmedia, Bandung, 2007, hlm. 25.3HW.Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Bulat dan Utuh, PT Grafindo Persada, Jakarta,2005, hlm. 4.
EMILDA FIRDAUSVOLUME2 No. 1 Agustus 2011121999 tentang Pemerintahan Daerah tapi juga diatur dalam beberapa peraturanpelaksanaan seperti Peraturan Pemerintah RI (PPRI) Nomor 76 Tahun 2001 tentangPedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa. Peraturan ini mengatur beberapa hal pokokyang berkaitan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa. Dimana PenyelenggaraanPemerintahan Desa dilakukan oleh Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD).BPD berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung aspirasimasyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintah Desa.Anggota BPD dipilih dari dan oleh penduduk desa yang berjumlah ganjil dan sekurangkurangnya5 (lima) orang. 4Dalam mencapai tujuan mensejahterakan masyarakat desa, masing-masing unsurpemerintahan desa, Pemerintah Desa dan BPD dapat menjalankan fungsinya denganmendapat dukungan dari unsur yang lain. Oleh karena itu hubungan yang bersifatkemitraan antara BPD dengan Pemerintah Desa harus didasari pada filosofi antara lain:1. Adanya kedudukan yang sejajar diantara yang bermitra,2. Adanya kepentingan bersama yang ingin dicapai,3. Adanya perinsip saling menghormati,4. Adanya niat baik untuk saling membantu dan saling mengingatkan. 5BPD merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desasebagai unsur penyelenggara desa. Keberadaan BPD dalam pemerintahan desa adalahbukti keterlibatan masyarakat dalam bidang penyelengaaraan pemerintahan. Hal iniditegaskan dalam Undang-Undang No. 32 Tahu 2004 dan diatur lebih rinci lagi dalamPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 72 Tahun 2005. Dalam Peraturanundang-undangan yang berlaku ini disebutkan dan dijelaskan bahwa BadanPermusyawaratan Desa berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,menampung dan menyalur aspirasi masyarakat dan disamping itu BPD berfungsimengawasi pelaksanaan peraturan desa dalam rangka menetapkan pelaksanaan kinerjapemerintahan desa.Keanggotaan BPD terdiri dari wakil penduduk desa bersangkutan yang ditetapkandengan cara musyawarah dan mufakat. Yang dimaksud dengan wakil masyarakat dalamhal ini seperti ketua Rukun Warga, Pemanggu adat dan tokoh masyarakat. masa jabatanBPD 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil paling sedikit 5 (lima) orang danyang paling banyak 11 (sebelas) orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlahpenduduk dan kemampuan keuangan desa. 6Dalam rangka untuk mewujudkan otonomi dan demokrasi pada pemerintahan desatersebut, maka perlu ada pengaturan yang jelas dan khusus terhadap keberadan BPD inipada setiap kabupaten di Indonesia. Agar peraturan ini dapat dilaksanakan dengan baikdi setiap Daerah, Maka disetiap Daerah Kabupaten diperlukan Peraturan lebih lanjut yang4"Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum PengaturanMengenai Desa,” Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 142, Pasal 30-32.5Wasistiono Sadu dan Irwan Tahir, Prospek pengembangan Desa, op. cit., hlm.35-36.6Pasal 13, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 Tahun 2005 tentang Desa.
- Page 2 and 3: JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5: JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7: JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 8 and 9: JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 10 and 11: JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur
- Page 12 and 13: JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15: JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 18 and 19: JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21: JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23: JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25: JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27: JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29: JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31: JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33: JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35: JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37: JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39: JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41: JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43: JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45: JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47: JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49: JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51: JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53: JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55: JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57: JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59: JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61: JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63: JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65: JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67:
JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69:
JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90:
VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93 and 94:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97 and 98:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102:
VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104:
AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106:
AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108:
AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110:
AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112:
AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114:
VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130:
VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131:
VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na