JURNALILMU HUKUM5lingkungan diatur dalam PP (No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air),namun tidak mempunyai landasan <strong>hukum</strong>.Jadi, berdasarkan Pasal 123 dan penjelasannya, ruang lingkup izin lingkungan yakniizin pengelolaan limbah, izin pembuangan air limbah ke laut, izin pembuangan air limbahke sumber air. Hendra Budiman, dkk, 12 menyatakan izin lingkungan terdiri dari studikelayakan usaha, izin pembuangan air limbag dan izin pengelolaan limbah BahanBerbahaya dan Beracun (B3).Sistem izin lingkungan, baik pada saat mendapat izin maupun pelaksanaan izin sampaisaat ini masih “rancu”. Terutama mengenai ruang lingkup. Kementerian Lingkungan Hidupsendiri masih belum mempertegas jenis izin lingkungan. Berikut pernyataan MenteriLingkungan, “Selain itu, UPT (Unit Pelayan Terpadu) akan memberikan pelayanan dibidang perizinan yang pada tahap meliputi, izin lingkungan, izin pengumpulan, izinpemanfaatan, pengolahan, penimbunan limbah B3, dan dumping, izin pembuangan airlimbah ke laut, dan izin pembuangan air limbah melalui injeksi”. 13Pernyataan Menteri Lingkungan di atas, mengisyaratkan bahwa izin lingkungan terpisahdari izin pemanfaatan limbah, pengolahan limbah, izin pembuangan air limbah kelaut, dan izin pembuangan air limbah melalui injeksi. Padahal Pasal 123 UU-PPLH telahmemberikan contoh jenis-jenis izin lingkungan yang diintegrasikan yakni diantaranya izinpengelolaan limbah B3, izin pembuangan air limbah ke laut, dan izin pembuangan air limbahke sumber air”.Sementara pada beberapa tulisan mengenai izin lingkungan, menyatakan bahwa studikelayakan lingkungan juga termasuk izin lingkungan. Kemudian Siti Sundari Rangkutimenyatakan, 14 perizinan lingkungan antara lain sebagai berikut:1. Izin HO (Hinder Ordonnantie, Stb. 1926 No. 226, Pasal 1)2. Izin Usaha Industri3. Izin Pembuangan Limbah4. Izin operasi penyimpanan, pengumpulan, pamantauan, pengolahan dan ataupenimbunan limbah B35. Izin pengangkutan limbah B36. Izin pemanfaatan limbah B37. Izin operasi alat pengolahan limbah B38. Izin lokasi pengolahan dan penimbunan limbah B39. Izin melakukan dumping10.Izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dan/atau gangguan11.Izin lokasi.“Perizinan lingkungan” yang dimaksudkan oleh Siti Sundari Rangkuti di atas, menurutpenulis adalah izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada UU-PPLH. 15 Jika demikian,ruang lingkup izin lingkungan paling tidak jenis-jenis yang dikemukakan di atas.12Perizinan Sebagai Perangkat Pengendalian Pembangunan.13Pada saat peresmian Unit Pelayanan Terpadu di Kementerian Lingkungan Hidup, Rabu 24 Januari 2012.14Siti Sundari Rangkuti, ibid, hlm. 120.15Lihat, Helmi, Hukum Lingkungan dan Perizinan Bidang Lingkungan Hidup Dalam Negara HukumKesejahteraan, Unpad Press, Bandung, 2010, hlm. 83.
HELMIVOLUME2 No. 1 Agustus 20116Terhadap izin-izin di atas, pada UU-PPLH disatukan menjadi izin lingkungan. JadiUU-PPLH satu sisi menyederhanakan sistem izin lingkungan dengan cara mengintegrasikanizin-izin lingkungan. Seseorang atau badan <strong>hukum</strong> yang akan melakukanizin usaha atau kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan, wajib memiliki izinlingkungan. 16 Di sisi lain, integrasi dalam satu izin lingkungan merupakan upaya untukperlindungan lingkungan. Hal ini disebabkan, satu izin sebenarnya terkait dengan izinlainnya. Jika pengalaman masa lalu tingkat ketaatan terhadap izin-izin lingkungan rendah,berdasarkan UU-PPLH pengusaha “wajib” melaksanakan izin lingkungan.Hal yang menarik berkaitan dengan integrasi izin lingkungan ini yakni penyederhanaanmerupakan instrumen pengendalian dan pengawasan risiko lingkungan dari berbagaikegaitan. Jika sebelumnya, orang harus mengurus berbagai izin, justru berdasarkan UU-PPLH pengusaha terhindari dari ekonomi biaya tinggi karena cukup mengurus izinlingkungan saja. Artinya, izin lingkungan bukan beban, justeru meringankan bebanmendapatkan izin usaha atau kegiatan.Berdasarkan uraian di atas, di satu sisi penyelenggaraan izin lingkungan merupakanupaya untuk pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengelolaan sumber daya lingkunganhidup memperhitungkan kemampuan daya tampung dan daya dukung lingkungan hidup.Di sisi lain, penyelenggaraan izin lingkungan justeru menjadi dianggap mempersulitaktivitas investasi di Indonesia. Adanya izin lingkungan merupakan hambatan bagipengusaha melakukan aktivitas.Sementara oleh beberapa instansi pemerintah, izin lingkungan merupakan wujudpenyelenggaraan kewenangan untuk mendapatkan pemasukan pendapat bagi keuangannegara. Jadi, wajar jika pemberlakuan UU-PPLH yang mengintegrasikan berbagai izinlingkungan menjadi satu sistem izin lingkungan terpadu akan memunculkan pertentanganbagai kalangan birokrat sektoral di pemerintahan.D. Hubungan HukumJika dicermati baik UULH maupun UUPLH tidak mengatur secara tegas adanyaberbagai jenis izin lingkungan yang harus dipenuhi oleh pemohon izin usaha atau kegiatanpengelolaan sumber lingkungan hidup. Hubungan <strong>hukum</strong> antara izin lingkungan denganizin usaha atau kegiatan juga tidak tegas diatur. Sehingga, walaupun banyak terjadipelanggaraan izin lingkungan, namun sulit dilakukan penegakan <strong>hukum</strong>. Pemerintah hanyamemberikan teguran kepada pemegang izin untuk memperhatikan kelestarian lingkungan.Jika pemegang tetap tidak mengindahkan teguran tersebut, pemerintah tidak berdayamemberikan sanksi yang lebih berat. Misalnya mencabut izin usaha atau kegiatan.Sistem perizinan di Indonesia sebelum terbitnya UU-PPLH, lebih bersifat fragmentedscheme, yakni izin yang satu seolah tidak terkait dengan izin lainnya. Misalnya, jika salahsatu izin sudah dilanggar oleh suatu perusahaan maka izin lainnya masih dapat dijadikanalat untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Suatu perusahaan pertambangan yangdinyatakan oleh pejabat yang berwenang telah melanggar izin pengelolaan limbah, namunmasih tetap melakukan aktivitas berdasarkan izin atau kuasa pertambangan yang dimiliki.16Ibid, hlm. 82.
- Page 2 and 3: JURNALILMU HUKUMIJurnalILMUHUKUMJUR
- Page 4 and 5: JURNALILMU HUKUMIIIPENGANTAR REDAKS
- Page 6 and 7: JURNALILMU HUKUM1KEDUDUKAN IZIN LIN
- Page 8 and 9: JURNALILMU HUKUM3Berdasarkan hal di
- Page 12 and 13: JURNALILMU HUKUM7Pola perizinan di
- Page 14 and 15: JURNALILMU HUKUM9F. Daftar PustakaB
- Page 16 and 17: JURNALILMU HUKUM11dan pembangunan y
- Page 18 and 19: JURNALILMU HUKUM13disebut dengan Pe
- Page 20 and 21: JURNALILMU HUKUM15undang ini maka s
- Page 22 and 23: JURNALILMU HUKUM17Dalam Undang-Unda
- Page 24 and 25: JURNALILMU HUKUM19bertanggung jawab
- Page 26 and 27: JURNALILMU HUKUM21Handajaningrat, S
- Page 28 and 29: JURNALILMU HUKUM23menambah beban po
- Page 30 and 31: JURNALILMU HUKUM25yang sangat besar
- Page 32 and 33: JURNALILMU HUKUM27Terkait kebijakan
- Page 34 and 35: JURNALILMU HUKUM29MakalahAbdul Bari
- Page 36 and 37: JURNALILMU HUKUM31pemerintahan naga
- Page 38 and 39: JURNALILMU HUKUM33Tabel. 1Nagari da
- Page 40 and 41: JURNALILMU HUKUM354. Hilangnya jaba
- Page 42 and 43: JURNALILMU HUKUM37Kepala DesaKepala
- Page 44 and 45: JURNALILMU HUKUM39i. Tanah, hutan,
- Page 46 and 47: JURNALILMU HUKUM41PERKEMBANGAN KELE
- Page 48 and 49: JURNALILMU HUKUM43adanya, dapat dis
- Page 50 and 51: JURNALILMU HUKUM45Versi keempat, te
- Page 52 and 53: JURNALILMU HUKUM47Kijang bertemu ki
- Page 54 and 55: JURNALILMU HUKUM49Dalam buku Sejara
- Page 56 and 57: JURNALILMU HUKUM51Setelah ditetapka
- Page 58 and 59: JURNALILMU HUKUM53hubungan darat an
- Page 60 and 61:
JURNALILMU HUKUM55Kewedanaan Muara
- Page 62 and 63:
JURNALILMU HUKUM57menggunakan kapal
- Page 64 and 65:
JURNALILMU HUKUM59ternyata Kabupate
- Page 66 and 67:
JURNALILMU HUKUM61PERGESERAN PERAN
- Page 68 and 69:
JURNALILMU HUKUM63sesuai dengan cit
- Page 71 and 72:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201166
- Page 73 and 74:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201168
- Page 75 and 76:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201170
- Page 77 and 78:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201172
- Page 79 and 80:
JUNAIDIVOLUME2 No. 1 Agustus 201174
- Page 81 and 82:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 83 and 84:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 85 and 86:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 87 and 88:
MEXSASAI INDRAVOLUME2 No. 1 Agustus
- Page 89 and 90:
VOLUME2 No. 1 Agustus 201184IMPLEME
- Page 91 and 92:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201186Sel
- Page 93 and 94:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201188ren
- Page 95 and 96:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201190Ist
- Page 97 and 98:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201192yan
- Page 99 and 100:
ROMIVOLUME2 No. 1 Agustus 201194dal
- Page 101 and 102:
VOLUME2 No. 1 Agustus 201196PERBAIK
- Page 103 and 104:
AZMI FENDRIVOLUME2 No. 1 Agustus 20
- Page 105 and 106:
AZMI FENDRIVOLUME 1002 No. 1 Agustu
- Page 107 and 108:
AZMI FENDRIVOLUME 1022 No. 1 Agustu
- Page 109 and 110:
AZMI FENDRIVOLUME 1042 No. 1 Agustu
- Page 111 and 112:
AZMI FENDRIVOLUME 1062 No. 1 Agustu
- Page 113 and 114:
VOLUME 1082 No. 1 Agustus 2011KONTR
- Page 115 and 116:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1102
- Page 117 and 118:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1122
- Page 119 and 120:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1142
- Page 121 and 122:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1162
- Page 123 and 124:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1182
- Page 125 and 126:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1202
- Page 127 and 128:
FRENADIN ADEGUSTARA, DKKVOLUME 1222
- Page 129 and 130:
VOLUME 1242 No. 1 Agustus 20115. Er
- Page 131:
VOLUME 1262 No. 1 Agustus 20116. Na