02.07.2013 Views

Pengawasan Mutu Baha..

Pengawasan Mutu Baha..

Pengawasan Mutu Baha..

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kedua jenis kapang ini dapat<br />

menghasilkan aflatoksin yang<br />

merupakan secondary metabolic<br />

products dan bersifat toksik bagi<br />

manusia. Aflatoksin merupakan<br />

molekul kecil yang tidak suka terhadap<br />

air, tahan terhadap perlakuan<br />

fisik, kimia maupun biologis<br />

dan tahan terhadap suhu tinggi.<br />

Aflatoksin yang umum dijumpai<br />

adalah aflatoksin B1, B2, G1,<br />

G2, M1, dan M2. Dari enam jenis<br />

aflatoksin tersebut, yang paling<br />

berbahaya bagi kesehatan manusia<br />

adalah aflatoksin B1. Selain<br />

aflatoksin, fumonisin juga merupakan<br />

salah satu mikotoksin yang<br />

dihasilkan oleh kapang dari spesies<br />

Fusarium moniliforme.<br />

Berdasarkan keputusan Kepala<br />

Badan <strong>Pengawasan</strong> Obat dan<br />

Makanan No. HK.00.05.1.4057<br />

tanggal 9 September 2004, batas<br />

maksimum kandungan aflatoksin<br />

B1 dan aflatoksin total pada produk<br />

olahan jagung dan kacang<br />

tanah masing-masing adalah 20<br />

ppb dan 35 ppb. Sementara itu<br />

Codex Alimentarius Commission<br />

pada tahun 2003 menentukan batas<br />

maksimum kandungan aflatoksin<br />

total pada kacang tanah<br />

yang akan diproses sebesar 15<br />

ppb. Hal ini menunjukkan bahwa<br />

penerapan keamanan pangan di<br />

Indonesia masih jauh di bawah<br />

negara maju.<br />

Cemaran A. flavus pada saat budidaya<br />

dipengaruhi oleh beberapa<br />

faktor, antara lain suhu tanah,<br />

lengas tanah, kandungan unsur<br />

Manajemen Keamanan Pangan<br />

hara dalam tanah (Zn dan Ca),<br />

serta hama dan penyakit. A.<br />

flavus akan lebih kompetitif jika<br />

lengas tanah rendah, kelembaban<br />

udara tinggi (90−98%), dan<br />

suhu tanah 17−42°C.<br />

Cemaran aflatoksin pada jagung<br />

bergantung pada kondisi lingkungan<br />

dan perlakuan pascapanen.<br />

Kandungan aflatoksin total<br />

pada jagung pipil lebih tinggi dibanding<br />

jagung tongkol. Dari<br />

sampel yang diuji, semua sampel<br />

tercemar oleh aflatoksin B1 serta<br />

31% tercemar aflatoksin B2<br />

dengan total aflatoksin berkisar<br />

antara 48,10–213,80 ppb.<br />

Jagung yang tercemar aflatoksin,<br />

apabila digunakan sebagai pakan<br />

maka aflatoksin akan masuk ke<br />

dalam tubuh ternak (unggas dan<br />

ruminansia) dan terakumulasi pada<br />

daging maupun hati.<br />

Cemaran aflatoksin juga dijumpai<br />

pada kacang tanah dan produk<br />

olahannya seperti bumbu pecel.<br />

Cemaran aflatoksin pada kacang<br />

tanah di tingkat petani maupun<br />

pengecer dapat mencapai lebih<br />

dari 100 ppb. Cemaran aflatoksin<br />

pada bumbu pecel dapat mencapai<br />

rata-rata 41,60 ppb dan pada<br />

enting-enting gepuk 20,80 ppb.<br />

18.1.1.7 Cemaran Mikroba<br />

Pada Buah dan Sayur<br />

Buah dan sayur dapat tercemar<br />

oleh bakteri patogen yang berasal<br />

dari air yang tercemar limbah,<br />

tanah, atau kotoran hewan<br />

yang digunakan sebagai pupuk.<br />

426 <strong>Pengawasan</strong> <strong>Mutu</strong> <strong>Baha</strong>n / Produk Pangan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!