26.08.2016 Views

Daftar Isi

HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB

HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dengan gubernur dan tokoh Provinsi Papua<br />

dan Papua Barat. Ia berjanji untuk mengadakan<br />

dialog dengan semua pihak, termasuk TNI, Polri,<br />

dan Organisasi Papua Merdeka (OPM), untuk<br />

membahas cara mengakhiri kekerasan politik<br />

dan membangun Papua. Presiden telah berjanji<br />

untuk membubarkan UP4B dan mengumumkan<br />

program dan strategi politik untuk mengatasi<br />

berbagai permasalahan di Papua.<br />

Namun, ada perbedaan antara niat Presiden<br />

dan para Menteri serta kebijakannya. Misalnya,<br />

rencana pemerintah untuk mendirikan<br />

Kodam di Papua Barat kemungkinan besar<br />

akan meningkatkan kekerasan politik, dan hal<br />

ini menunjukkan bahwa pemerintah belum<br />

mengubah pendekatan keamanannya dalam<br />

mengatasi konflik di Papua. Keragu-raguan<br />

pemerintah untuk membentuk KPP HAM<br />

menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi-<br />

JK belum memiliki komitmen kuat untuk<br />

mengakhiri pelanggaran HAM.<br />

Bersama dengan berbagai lembaga dan<br />

kementerian, LIPI membantu pemerintah<br />

dalam membuat kebijakan dan program untuk<br />

Papua. Pada tahun 2009, Pusat Penelitian Politik<br />

LIPI dan Sekretariat Wakil Presiden membantu<br />

mengadakan dialog antara masyarakat adat<br />

Papua dan pemerintah pusat. LIPI melaksanakan<br />

beberapa program, termasuk mendirikan model<br />

Jaringan Damai Papua (JDP), yang awalnya<br />

merupakan upaya bersama dengan Sekretariat<br />

Keuskupan Jayapura (SKP). SKP mengadakan<br />

konferensi damai pada tahun 2010. LIPI juga<br />

telah mengadakan pelatihan dialog untuk<br />

rakyat Papua di tujuh wilayah. Beberapa orang<br />

yang terlibat dalam pelatihan dialog tersebut<br />

sekarang menjadi anggota JDP sebagai relawan<br />

untuk mempromosikan dialog dan memfasilitasi<br />

langkah awal menuju dialog antara pemerintah<br />

dan masyarakat asli Papua. Ketiga, LIPI telah<br />

menyelenggarakan lima pertemuan eksploratif<br />

antara delegasi suku-suku asli Papua dan<br />

pemerintah di Denpasar, Manado, Mataram,<br />

Yogyakarta dan Semarang.<br />

Dalam pertemuan terakhir di Semarang, para<br />

delegasi mencapai kesepakatan mengenai<br />

aspek-aspek indikator budaya, sosial dan ekonomi,<br />

namun tidak dapat mencapai kese pakatan<br />

mengenai indikator politik, hukum dan<br />

keamanan. Selain itu, tim tersebut mengeluarkan<br />

rekomendasi kebijakan untuk perdamaian<br />

di Papua, yang ditujukan langsung kepada<br />

presiden dalam sebuah acara di LIPI pada<br />

tanggal 25 September 2014. Tim tersebut<br />

meminta pemerintah untuk mengidentifikasi<br />

akar konflik Papua dan menangani prioritas<br />

utama seperti menghapus stigma separatis yang<br />

diberikan kepada warga asli Papua, memberikan<br />

amnesti kepada tahanan politik sebagai<br />

perwujudan niat baik pemerintah, menerapkan<br />

penegakan hukum yang efektif untuk<br />

mencegah dan mengusut kasus pelanggaran<br />

HAM, menetapkan moratorium pembentukan<br />

provinsi atau kabupaten baru di Papua, dan<br />

mempertimbangkan kembali pembatasan<br />

akses bagi jurnalis asing, peneliti dan organisasi<br />

internasional di Papua.<br />

Integrasi politik Papua ke Indonesia telah<br />

berlangsung sejak 1963, namun pertanyaan<br />

tentang bagaimana perlakuan terhadap<br />

masyarakat asli Papua di Indonesia tetap<br />

belum terjawab. Setelah Pilpres 2014, Jokowi<br />

dapat menulis sejarah integrasi baru jika ia<br />

dapat merebut hati warga Papua, membangun<br />

rasa kebangsaan dan mengakhiri kekerasan<br />

politik. Selama pemerintah tidak menghormati<br />

identitas masyarakat adat Papua, warga asli<br />

Papua akan tetap terpinggirkan. Upaya untuk<br />

menghancurkan identitas etnik, seperti Peraturan<br />

Pemerintah No. 77 Tahun 2007 mengenai<br />

larangan simbol separatis, telah memperuncing<br />

konflik dan mendorong pendukung OPM dan<br />

masyarakat asli Papua untuk meneriakkan<br />

kemerdekaan. Penyelesaian konflik hanya dapat<br />

dicapai melalui dialog.<br />

105<br />

Hak Transformasi Sipil dan Konflik Politik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!