Daftar Isi
HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB
HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
20<br />
Pada tanggal 21 Mei 2013, sekitar pukul 22:00<br />
WIT, satu truk yang membawa kurang lebih 15<br />
anggota Brimob berseragam dan bersenjata<br />
lengkap mendatangi kantor Papua Pos. Mereka<br />
langsung masuk dan mengambil foto dan<br />
peralatan kantor Papua Pos.<br />
Polisi menghalangi penerbitan berita<br />
Pada tanggal 3 Juli 2013, Polres Jayapura menghalangi<br />
Majalah Pelita Papua mengambil 2.000<br />
kopi cetakan edisi perdana dari penerbit, atas<br />
dasar bahwa kepolisian perlu mempelajari isi<br />
dari majalah terebut. Polisi meminta penerbit<br />
untuk tidak menerbitkan edisi itu lagi.<br />
Perampasan kamera di Bandara<br />
Pada tanggal 14 Agustus 2013, pihak keamanan<br />
Bandara Sentani mencegat wartawan Cenderawasih<br />
Pos, Marthen Boseren. Petugas keamanan<br />
bandara, Laurens Ohee, kemudian menyita<br />
kamera milik Boseren yang saat itu sedang<br />
meliput arus mudik menjelang hari raya Idul Fitri.<br />
Pemukulan wartawan di daerah<br />
perbatasan<br />
Pada tanggal 15 Agustus 2013, Polres Paniai<br />
mengadakan operasi penyisiran di daerah perbatasan<br />
Paniai Timur-Enaro. Dalam operasi<br />
tersebut, tiga aparat kepolisian dilaporkan<br />
menyerang Andreas Badii, wartawan untuk<br />
harian Bintang Papua.<br />
Pengusiran reporter yang bertugas<br />
meliput kasus penebangan kayu ilegal<br />
Pada tanggal 9 September 2013, polisi mengusir<br />
Ricardo Hutahaean, kontributor untuk Metro<br />
TV, karena mengambil gambar Labora Sitorus,<br />
tersangka kasus penebangan kayu ilegal.<br />
Tuduhan penyuapan tanpa dasar<br />
Pada tanggal 5 Oktober 2013, dalam sebuah<br />
wawancara pada saat peringatan HUT TNI di<br />
Makodam XVII, Kapolda Papua menyampaikan<br />
bahwa Labora Sitorus telah menyuap wartawan.<br />
Namun Kapolda tidak menjelaskan apa maksud<br />
pernyataannya itu.<br />
Pada tangal 29 Oktober 2013, anggota Dewan<br />
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Papua yang<br />
dituduh mengorupsi dana Bantuan Sosial<br />
(Bansos), balik menduding organisasi media<br />
juga menerima dana Bansos. Polda Papua juga<br />
mengulang tuduhan serupa kepada organisasi<br />
kewartawanan.<br />
Apakah Kebebasan Pers itu?<br />
Kebebasan pers adalah hak untuk mengkomunikasikan informasi dan opini melalui publikasi cetak,<br />
online, atau melalui media elektronik tanpa adanya campur tangan negara. Pernyataan Umum tentang<br />
Hak-Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa ‘Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan<br />
mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan<br />
untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dan<br />
dengan tidak memandang batas-batas (wilayah)’. Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik menjamin<br />
hak pers untuk mempublikasikan tanpa sensor atau batasan untuk memberi informasi atas opini<br />
masyarakat dan hak-hak masyarakat dalam menerima berita.<br />
Kebebasan pers juga tercermin pada UUD 1945 ayat 28 dan 28F dan UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers<br />
yang menyatakan ‘pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi, dan pembentuk<br />
opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya<br />
berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan<br />
hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun’. Undang-undang ini menjelaskan<br />
bahwa pers harus bebas dari hambatan, larangan, dan/atau pembatasan sehingga hak masyarakat<br />
dalam memperoleh informasi terjamin.<br />
Hak Asasi Manusia di Papua 2015