Daftar Isi
HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB
HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
14<br />
Filep Karma ditahan karena kasus pengibaran<br />
bendera Bintang Kejora saat unjuk rasa pada<br />
tahun 2004. Karma didiagnosa menderita<br />
penyakit jantung, dan direkomendasikan untuk<br />
mendapatkan perawatan spesialis di rumah sakit.<br />
Kepala Penjara Abepura mengabaikan tiga surat<br />
rujukan dari tim medis. Walaupun ijin kemudian<br />
diberikan setelah melalui proses negosiasi.<br />
Di akhir masa jabatan President Susilo Bambang<br />
Yudhoyono, ada tanda-tanda bahwa perlahanlahan<br />
kondisi makin siap untuk perubahan<br />
kebijakan. Pada tahun 2012, pemerintah bersikeras<br />
menantang isu tahanan politik dan<br />
menyangkal adanya tahanan politik, pada<br />
tahun 2013, Gubernur Papua dan Menteri<br />
Hukum dan HAM secara terbuka mengakui<br />
adanya tahanan politik di Papua. 4 Pada bulan<br />
Agustus 2013, Gubernur mengunjungi Lembaga<br />
Pemasyarakatan Abepura, di mana banyak<br />
tahanan politik Papua berada. Sekelompok<br />
tahanan politik mengeluarkan pernyataan<br />
antisipasi (pre-emptive) yang menolak tawaran<br />
pengampunan hukuman dari pemerintah.<br />
Mereka menganggap bila mereka menerima<br />
tawaran tersebut, berarti mereka sama saja<br />
mengakui kesalahan atas aksi damai sesuai<br />
dengan kesadaran mereka.<br />
Meskipun usaha untuk memfasilitasi pembebasan<br />
tahanan politik tidak berjalan, pengakuan<br />
adanya tahanan politik bisa dianggap sebagai<br />
sebuah kemajuan. Walaupun demikian,<br />
semenjak pelantikan Presiden Joko Widodo<br />
pada bulan Oktober 2014, harapan perubahan<br />
sikap nasional terhadap Papua yang semula<br />
muncul, kini mulai kandas. Selama enam bulan<br />
pertama masa pemerintahan Presiden Jokowi,<br />
tidak ada indikasi perubahan kebijakan tentang<br />
kebebasan berekspresi dan pembukaan ruang<br />
demokrasi di Papua.<br />
Pengawasan internasional terhadap situasi<br />
kebebasan berkekspresi di Papua juga masih<br />
sangat terbatas. Meskipun Pelapor Khusus PBB<br />
untuk Kebebasan Berpendapat dijadwalkan<br />
mengunjungi Indonesia pada tanggal 14 Januari<br />
2013, Pemerintah Indonesia membatalkan<br />
secara sepihak dan menunda sampai waktu yang<br />
belum ditentukan. Hal ini terjadi karena Pelapor<br />
Khusus tersebut berniat melakukan kunjungan<br />
ke Papua atau Maluku. Sampai sekarang,<br />
permintaan lanjutan Pelapor Khusus seperti<br />
yang diutarakannya pada Sesi ke-23 Sidang<br />
Dewan HAM PBB belum mendapat tanggapan<br />
dari Pemerintah Indonesia. Dibandingkan<br />
dengan kunjungan Pelapor Khusus anti<br />
Penyiksaan dan Pelapor Khusus untuk Pejuang<br />
HAM pada tahun 2007, penolakan kunjungan<br />
Pelapor Khusus untuk Kebebasan Berpendapat<br />
pada tahun 2013 menunjukkan kemunduran<br />
posisi Indonesia dalam hal pengawasan HAM<br />
di Papua. Sikap Indonesia di PBB terhadap<br />
masalah ini tetap tegas. Pada bulan Juli 2013,<br />
saat Komite Hak Asasi Manusia PBB mengajukan<br />
pertanyaan tentang kebebasan mengeluarkan<br />
pendapat terkait implementasi Kovenan Hak<br />
Sipil dan Politik di Indonesia, pejabat pemerintah<br />
Bambang Darmono menjawab bahwa<br />
“kebebasan mengeluarkan pendapat tidaklah<br />
mutlak,” dalam kaitan upaya untuk melindungi<br />
kedaulatan negara. 5<br />
Bendera Bintang Kejora<br />
merupakan simbol identitas<br />
masyarakat Papua. Meskipun<br />
diper boleh kan dalam UU<br />
Otonomi Khusus tahun 2001<br />
terkait pemerintahan di<br />
Papua, penggunaan bendera<br />
Bintang Kejora kemudian<br />
dilarang dalam Peraturan<br />
Presiden No. 77 tahun 2007.<br />
4 hukum.kompasiana.com/2013/06/05/otsus-plus-beranak-grasiuntuk-tapol-napol-papua-566220.html<br />
5 http://pacific.scoop.co.nz/2013/07/indonesia-affirms-restrictionsto-freedom-of-expression-2/<br />
Hak Asasi Manusia di Papua 2015