26.08.2016 Views

Daftar Isi

HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB

HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

• Keadilan untuk perampasan tanah di masa<br />

lalu di Papua dan hukuman untuk perusahaan<br />

yang tidak menghormati FPIC: Perampasan<br />

tanah di masa lalu harus dihukum dan<br />

korban harus diberi kompensasi. Jika memungkinkan,<br />

tanah tersebut harus dikembalikan<br />

kepada pemilik sebelumnya<br />

dengan memberikan kompensasi finansial<br />

tambahan, sesuai keinginan korban. Pemerintah<br />

harus menerapkan sistem yang<br />

efektif untuk mengontrol dan mengawasi<br />

aktivitas perusahaan pemegang izin konsesi.<br />

Pencabutan izin konsesi harus dilakukan<br />

sebagai hukuman atas pelanggaran HAM<br />

dan peraturan pemerintah.<br />

• Menghentikan Megaproyek: MIFEE dan<br />

mega proyek lainnya sangat berpengaruh<br />

ter hadap struktur sosial Papua. Dengan<br />

deras nya arus masuk karyawan, penduduk<br />

Kabupaten Merauke akan berubah, sehingga<br />

lebih dari setengah penduduk di Papua<br />

terdiri dari pendatang yang akan menggerus<br />

keberadaan dan wewenang masyarakat adat.<br />

Selain itu, megaproyek pertanian di Papua<br />

menyebabkan perubahan lingkungan, seperti<br />

banjir dan penurunan kualitas air dan<br />

udara. Infrastruktur yang diperlukan untuk<br />

proyek akan mengakibatkan ekspansi proyek<br />

konstruksi yang tidak terkontrol di<br />

daerah sekitar aktivitas dan karyawan.<br />

Rekomendasi Umum:<br />

• Kriminalisasi aksi perlawanan: Pemerintah<br />

Indo nesia harus menghentikan huku man<br />

yang dikenakan terhadap mereka yang<br />

melakukan aksi perlawanan damai terhadap<br />

perusahaan perkebunan yang melanggar<br />

hak mereka.<br />

• Fungsi ganda pasukan keamanan: Pemerintah<br />

Indonesia harus menerapkan peraturan<br />

untuk mencegah polisi, militer dan<br />

pejabat pemerintah menduduki jabatan<br />

keamanan di perusahaan perkebunan;<br />

• Kebijakan HAM wajib bagi perusahaan:<br />

Pimpinan perusahaan perlu mengembangkan<br />

kebijakan perusahaan terperinci<br />

terkait HAM dan hak atas tanah yang<br />

sesuai dengan standar internasional.<br />

Pem berian pelatihan bagi semua karyawan<br />

perusahaan, anak perusahaan dan<br />

perusahaan kontrak. Pimpinan harus meminta<br />

pertanggungjawaban dari karyawan,<br />

anak perusahaan dan kontraktor<br />

atas kinerja mereka terkait kebijakan baru<br />

ini.<br />

• Pengakuan hak tanah Adat: Perusahaan dan<br />

LSM lingkungan inter nasional yang terlibat<br />

harus berkomitmen terhadap dan memprioritaskan<br />

implementasi program untuk<br />

mengakui hak masyarakat atas tanah adat.<br />

Mereka harus mengembalikan tanah yang<br />

disita atau melakukan negosiasi ulang, jika<br />

hal itu diinginkan oleh masyarakat setempat.<br />

Panduan Kesu karelaan Mengenai Tata Kelola<br />

yang Bertanggung Jawab atas Tanah,<br />

Perikanan dan Hutan, yang ditandatangani<br />

oleh Indonesia, adalah kerangka yang tepat<br />

untuk diadopsi.<br />

• Audit kiner ja perusahaan yang transparan:<br />

Perusahaan harus berkomitmen untuk<br />

melaksanakan audit kinerja perusahaan<br />

yang independen dan transparan terkait<br />

permasalahan HAM dan hak atas tanah oleh<br />

organisasi HAM internasional. Perusahaan<br />

terkemuka yang bergerak dalam bidang<br />

kehutanan, makanan dan pertanian telah<br />

melaksanakan audit tersebut di cabangcabang<br />

multinasional mereka beberapa<br />

tahun belakangan ini. Hal ini membuktikan<br />

bahwa audit yang transparan sangat<br />

mungkin dilakukan dan dapat bermanfaat<br />

bagi perusahaan yang melaksanakannya.<br />

95<br />

Hak Masyarakat Adat

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!