26.08.2016 Views

Daftar Isi

HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB

HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

4.2 Hak Menentukan Nasib Sendiri<br />

Penentuan nasib sendiri adalah hak yang melekat pada masyarakat adat, terutama<br />

di Papua. Implementasi dari hak tersebut adalah tanggung jawab negara. Sebagai<br />

negara anggota Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia memiliki kewajiban untuk<br />

menjamin hak menentukan nasib sendiri bagi bangsa Papua, dan terutama untuk<br />

memfasilitasi penentuan nasib sendiri secara internal. Indonesia sudah menetapkan<br />

Undang-undang (UU) yang dapat digunakan untuk menjamin hak menentukan<br />

nasib sendiri secara internal. Contohnya, UU No. 9/1998 tentang Kemerdekaan<br />

Menyampaikan Pendapat di Muka Umum dan UU 21/2001 tentang Otonomi Khusus<br />

Papua. Meskipun sudah ada hukum yang mengatur di Indonesia, kurangnya<br />

implementasi menunjukkan bahwa kebijakan dan aksi pemerintah berlawanan<br />

dengan UU ini.<br />

82<br />

Salah satu contoh dari kebijakan dan tindakan<br />

pemerintah yang berlawanan dengan UU<br />

adalah penangkapan Buchtar Tabuni pada<br />

tanggal 3 Desember 2008 di rumahnya di<br />

Sentani, Kabupaten Jayapura. Buchtar ditangkap<br />

karena mengorganisir aksi unjuk rasa damai<br />

pada tanggal 16 Oktober. Buchtar juga dituduh<br />

terlibat dalam pembukaan kantor perwakilan<br />

parlemen Papua Barat di Inggris. Pada saat<br />

penangkapannya, 50 orang berunjuk rasa di<br />

depan Polsek Jayapura, menuntut pembebasan<br />

Buchtar.<br />

Jaksa penuntut mengajukan tuntutan 10 tahun<br />

penjara kepada Buchtar, atas tiga tuduhan<br />

pelanggaran KUHP: tindakan pengkhianatan<br />

terhadap negara (pasal 106), provokasi (pasal<br />

160), dan tindakan melawan negara (pasal<br />

212). Pengacara Buchtar berpendapat bahwa<br />

kasus ini merupakan upaya untuk meredam<br />

kebebasan berbicara di Papua. “Jika di luar<br />

Papua, orang dapat dengan bebas berpendapat<br />

– kenapa kebebasan berpendapat dikekang dan<br />

dianggap sebagai sebuah tindakan pidana?” dia<br />

bertanya. Amnesty International menilai Buchtar<br />

Tabuni sebagai salah seorang tahanan karena<br />

hati nurani, “dipenjara karena semata-mata<br />

mengekspresikan pikirannya dengan damai”.<br />

Human Rights Watch juga melobi pembebasan<br />

Buchtar, beserta beberapa tahanan politik Papua<br />

lainnya.<br />

Pada tanggal 8 Juni 2012, Buchtar ditangkap<br />

lagi di Jayapura dengan tuduhan mengorganisir<br />

unjuk rasa dengan kekerasan. Pada tanggal<br />

23 Juli, seorang aktivis lainnya, Yusak Pakage,<br />

ditangkap saat persidangan Buchtar karena<br />

membawa pisau lipat di tasnya. Pakage dituntut<br />

atas “kepemilikan senjata”, dengan hukuman<br />

maksimal 10 tahun penjara.<br />

Kasus serupa juga terjadi di hampir seluruh<br />

daerah di Papua. Banyak orang muda, aktivis<br />

HAM, wartawan, perempuan, dan pemimpin<br />

disiksa, dipenjara, dan/atau dibunuh hanya<br />

karena perjuangan mereka untuk mewujudkan<br />

hak menentukan nasib sendiri. Oleh karena itu,<br />

Gambar 4.2-1: Jalan yang baru dibangun di dataran tinggi Papua.<br />

Hak Asasi Manusia di Papua 2015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!