Daftar Isi
HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB
HAM%20DI%20PAPUA%202015_EPUB
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
3.3 Hak Pangan dan Hak Budaya<br />
Proyek investasi skala besar dapat membawa dampak buruk terhadap lingkungan<br />
hidup dan hak masyarakat adat Papua atas tanah mereka, yang akan dijabarkan<br />
lebih lanjut di bagian lain pada laporan ini. Pengalihan wilayah hutan menjadi<br />
perkebunan kelapa sawit atau area penebangan kayu dapat berujung pada kasuskasus<br />
penggusuran, pemiskinan, dan kekurangan gizi, seperti yang ditunjukan dalam<br />
kasus yang menimpa Suku Yerisiam di Distrik Yaur, Nabire.<br />
70<br />
PT Nabire Baru dan Suku Yerisiam 1<br />
Kronologi<br />
2008:<br />
17.000 hektar hutan dan tanah ulayat diambilalih<br />
perusahaan berdasarkan persetujuan antara<br />
Imam Basrowi, perwakilan perusahaan, dengan<br />
seorang anggota suku Yerisiam. Akhirnya,<br />
Pemda Nabire mengeluarkan ijin pembentukan<br />
perkebunan kelapa sawit.<br />
2008-2010:<br />
Perijinan perkebunan PT. Nabire Baru (PT NB)<br />
diberikan di Desa Sima, Distrik Yaur.<br />
2010-2011:<br />
Perijinan diberikan kepada PT. NB untuk<br />
penebangan hutan.<br />
2011:<br />
Perijinan diberikan kepada PT. Sariwarna Unggul<br />
Mandiri (PT SUM) untuk penebangan hutan.<br />
2013:<br />
Sebagian besar lahan yang dikuasai oleh PT. NB<br />
dialihkan kepada PT. Sariwarna Adi Perkas (PT<br />
SAP). Awalnya, lahan untuk perkebunan kelapa<br />
sawit diberikan kepada PT. Jati Dharma Indah,<br />
yang mengelola sebagian besar produkis hutan<br />
di Nabire.<br />
Analisis Studi Kasus<br />
Suku Besar Yerisiam terdiri dari empat sub-suku<br />
dan 15 suku terkait yang tinggal di wilayah<br />
tersebut. Kehidupan mereka bergantung pada<br />
pertanian, perikanan, dan komoditas hutan.<br />
Pengambilalihan hutan dan tanah ulayat dilaku-<br />
kan tanpa adanya konsultasi dengan Kepala<br />
Suku Yerisiam. Perjanjian tersebut menyatakan<br />
bahwa PT NB akan mengelola lahan tersebut.<br />
Pada kenyatannya, lahan dikelola oleh PT SAP,<br />
untuk perkebunan kelapa sawit, sedangkan PT<br />
SUM mengelola penebangan kayu.<br />
Ketiga perusahaan tersebut mengabaikan peraturan<br />
dan hukum yang terkait pengelolaan<br />
hutan, terutama dalam pelaksanaan prinsip<br />
Free, Prior, and Informed Consent (FPIC) bagi<br />
masyarakat adat. Investor telah merusak<br />
hutan tanpa memberikan ganti rugi terhadap<br />
warga yang kehilangan pencahariaan mereka.<br />
Perusahaan juga telah merusak beberapa<br />
tempat yang dianggap suci, serta beberapa<br />
ladang sagu yang telah digunakan masyarakat<br />
Yerisiam selama beberapa generasi.<br />
Dari tahun 2011 sampai tahun 2014, kepala<br />
Suku Besar Yerisiam terlibat aktif dalam upaya<br />
memastikan bahwa situasi yang dialami sukunya<br />
masuk dalam agenda pihak yang berwenang.<br />
Pada bulan November 2014, beliau memberikan<br />
kesaksian saat pertemuan untuk membahas<br />
permasalahan kelapa sawit yang dihadiri oleh<br />
pemerintah setempat, Polsek Nabirem Komnas<br />
HAM, DPRD Nabire, Kemnehut, LSM, dan media.<br />
Sayangnya, pertemuan itu tidak memberi hasil<br />
apapun bagi masyarakat Yerisiam. Sangatlah<br />
sulit bagi masyarakat untuk dapat bertemu<br />
dengan manajemen PT karena area tersebut<br />
dijaga ketat oleh aparat keamanan yang bekerja<br />
untuk perusahaan.<br />
1 Source: SPH / YM / fjtiki<br />
Hak Asasi Manusia di Papua 2015