02.07.2013 Views

download

download

download

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

mengutip pandangan John Gray, Liliweri menegaskan bahwa pada<br />

dasarnya plurarisme mendorong perubahan cara berpikir dari cara<br />

berpikir monokultur ke arah cara berpikir multikultur.<br />

Dengan demikian, multi kultur bukan hanya sekedar bermakna<br />

keberagaman budaya, tetapi lebih kepada cara berpikir, cara bertindak,<br />

dan berperilaku terhadap keberagaman budaya yang ada dalam<br />

masyarakat.<br />

Multikulturalisme lebih bermakna sebagai cara berpikir, cara<br />

bertindak, dan berperilaku manusia dalam memandang kebudayaan lain<br />

yang berbeda atau beragam denga kebudayaan kita adalah sebagai<br />

suatu hal yang wajar. Oleh karena itu menghargai dan menghormati<br />

kebudayaan lain serta memandang kebudayaan masyarakat lain secara<br />

sama adalah suatu keharusan. Multikulturalisme memandang bahwa manusia<br />

mempunyai kebebasan untuk mengembangkan kebudayaannya.<br />

Berbeda dengan pemikiran di atas, Mohammad Ali (2003) lebih<br />

memusatkan konsep pluralisme pada keberagaman agama. Menurutnya,<br />

mengakui pluralisme agama sama sekali tidak berarti menghancurleburkan<br />

bangunan dasar teologis agama mana pun yang telah terbukti eksis<br />

dalam sejarah peradaban umat manusia.<br />

Lebih tegas lagi, bahwa memasyarakatkan pluralisme agama dan<br />

praktik politik pluralis yang demokratis, menjadi sebuah keharusan bagi<br />

masyarakat pluralis Indonesia. Pluralisme agama tidak sekadar persoalan<br />

mengakomodasi klaim-klaim kebenaran agama dalam wilayah pribadi,<br />

tetapi juga persoalan kebijakan publik di mana pemimpin agama harus<br />

mengakui dan melindungi kebebasan beragama.<br />

Menurut Al Hakim (2006) esensi masyarakat pluralis-multikultural<br />

dapat digambarkan sebagai idealisasi masyarakat dimana kelompok<br />

dalam masyarakat mampu melakukan ko-eksistensi secara harmonis,<br />

bebas memelihara keyakinan mereka, bahasa dan kebiasaan serta tradisi<br />

yang dikembangkan, dilaksanakan dan dijunjung tinggi (Dufty, 1996).<br />

Dalam perspektif Indonesia, konsep masyarakat multikultural bersifat<br />

inhern dalam masyarakat sejak dahulu kala. Hanya saja, karena<br />

dinamika politik ketatanegaraan di masa lalu, praktik multikultural<br />

Indonesia sempat tenggelam dari kajian pendidikan sosial. Dengan dalih<br />

membicarakan multikulturalisme berarti akan membuka lahan konflik di<br />

dalam kehidupan masyarakat.<br />

Multikulturalisme menjadi bahan kajian kembali ketika terjadi<br />

reformasi politik di Indonesia, gema multikultural mulai terdengar kembali.<br />

327

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!