02.07.2013 Views

download

download

download

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau<br />

tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen<br />

untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut<br />

(Prijosaksono dan Sembel, 2002).<br />

Berbeda dengan pendapat diatas, Hendricks (2001) mengemukaan<br />

lima gaya pengelolaan konflik yang diorientasikan dalam organisasi<br />

maupun perusahaan. Lima gaya yang dimaksud adalah:<br />

1. Integrating (menyatukan, menggabungkan)<br />

Individu yang memilih gaya ini melakukan tukar-menukar<br />

informasi. Disini ada keinginan untuk mengamati perbedaan dan<br />

mencari solusi yang dapat diterima semua kelompok. Cara ini<br />

mendorong berpikir kreatif serta mengembangkan alternatif<br />

pemecahan masalah.<br />

2. Obliging (saling membantu)<br />

Disebut juga dengan kerelaan membantu. Cara ini menempatkan<br />

nilai yang tinggi untuk orang lain sementara dirinya sendiri dinilai<br />

rendah. Kekuasaan diberikan pada orang lain. Perhatian tinggi<br />

pada orang lain menyebabkan seorang individu merasa puas dan<br />

merasa keinginannya terpenuhi oleh pihak lain, kadang<br />

mengorbankan sesuatu yang penting untuk dirinya sendiri.<br />

3. Dominating (menguasai)<br />

Tekanan gaya ini adalah pada diri sendiri. Kewajiban bisa saja<br />

diabaikan demi kepentingan pribadi. Gaya ini meremehkan kepentingan<br />

orang lain. Biasanya berorientasi pada kekuasaan dan<br />

penyelesaiannya cenderung dengan menggunakan kekuasaan.<br />

4. Avoiding (menghindar)<br />

Individu yang menggunakan gaya ini tidak menempatkan suatu<br />

nilai pada diri sendiri atau orang lain. Ini adalah gaya menghindar<br />

dari persoalan, termasuk di dalamnya menghindar dari tanggung<br />

jawab atau mengelak dari suatu isu.<br />

5. Compromising (kompromi)<br />

Perhatian pada diri sendiri maupun orang lain berada dalam<br />

tingkat sedang.<br />

Berbeda dengan yang dikemukakan Johnson & Johnson (1991)<br />

bahwa strategi pengelolaan konflik ada karena dipelajari, biasanya sejak<br />

masa kanak-kanak sehingga berfungsi secara otomatis dalam level<br />

bawah sadar (preconscious). Tapi karena dipelajari, maka seseorangpun<br />

dapat mengubah strateginya dengan mempelajari cara baru dan lebih<br />

306

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!