02.07.2013 Views

download

download

download

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sosial, maka dapat dikatakan konflik sosial merupakan sebuah<br />

keniscayaan yang tidak dapat ditawar. Dahrendorf (1986), membuat 4<br />

postulat yang menunjukkan keniscayaan itu, yaitu: (1) setiap masyarakat<br />

tunduk pada proses perubahan, perubahan sosial terdapat di manamana;<br />

(2) setiap masyarakat memperlihatkan konflik dan pertentangan,<br />

konflik terdapat di mana-mana; (3) setiap unsur dalam masyarakat<br />

memeberikan kontribusi terhadap desintegrasi dan perubahan; (4) setiap<br />

masyarakat dicirikan oleh adanya penguasaan sejumlah kecil orang<br />

terhadap sejumlah besar lainnya.<br />

Coser (1956) mengutip hasil pengamatan Simmel, menunjukkan<br />

bahwa konflik mungkin positif sebab dapat meredakan ketegangan yang<br />

terjadi dalam suatu kelompok dengan memantapkan keutuhan dan<br />

keseimbangan. Coser menyatakan bahwa masyarakat yang terbuka dan<br />

berstruktur longgar membangun benteng untuk membendung tipe konflik<br />

yang akan membahayakan konsensus dasar kelompok itu dari serangan<br />

terhadap nilai intinya dengan membiarkan konflik itu berkembang di<br />

sekitar masalah-masalah yang tidak mendasar (Poloma, 1994). Dengan<br />

demikian berarti, konflik yang menyentuh nilai-nilai inti akan dapat mengubah<br />

struktur sosial sedangkan konflik yang mempertentangkan nilai-nilai<br />

yang berada di daerah pinggiran tidak akan sampai menimbulkan perpecahan<br />

yang dapat membahayakan struktur sosial.<br />

Cobb dan Elder (1972) mengungkapkan adanya tiga dimensi<br />

penting dalam konflik politik: (1) luas konflik; (2) intensitas konflik; dan (3)<br />

ketampakan konflik. Luas konflik, menunjuk pada jumlah perorangan atau<br />

kelompok yang terlibat dalam konflik, dan menunjuk pula pada skala<br />

konflik yang terjadi (misalnya: konflik lokal, konflik etnis, konflik nasional,<br />

konflik internasional, konflik agama dan sebagainya). Intensitas konflik<br />

adalah luas-sempitnya komitmen sosial yang bisa terbangun akibat<br />

sebuah konflik.<br />

Konflik yang intensitasnya tinggi adalah konflik yang bisa membangun<br />

komitmen sosial yang luas, sehingga luas konflikpun mengembang.<br />

Adapun ketampakan konflik adalah tingkatan kesadaran dan pengetahuan<br />

masyarakat di luar pihak-pihak yang berkonflik tentang<br />

peristiwa konflik yang terjadi. Sebuah konflik dikatakan memiliki ketampakan<br />

yang tinggi manakala peristiwa konflik itu disadari dan diketahui<br />

detail keberadaannya oleh masyarakat secara luas. Sebaliknya, sebuah<br />

konflik memiliki ketampakan rendah manakala konflik itu terselimuti oleh<br />

290

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!