You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
MEMAHAMI MUHAMMAD<br />
dunia Islam dan Muslim… Aku harap dia cepat² memperbaiki kesalahannya agar tidak<br />
menghalangi usaha tukar pikiran antar budaya dan agama.”<br />
Para Muslim tidak bersikap terbuka akan kritik dan mereka mudah mengancam<br />
melakukan kekerasan jika kau menyebut agamanya penuh kekerasan. Pada saat yang<br />
sama mereka berkata ingin bertukar pikiran. Tukar pikiran seperti apa yang bisa<br />
dilakukan jika mempertanyakan Islam saja sudah bisa mengakibatkan kekerasan dan<br />
menyebabkan kematian bagi sang penanya? Jika Islam itu “salah dimengerti, “ seperti<br />
yang dikatakan oleh Muslim, bukankah mereka seharusnya mengijinkan orang bertanya<br />
jawab dengan mereka untuk menghapus salah pengertian tersebut?<br />
Banyak ayat² Qur’an yang memerlukan penjelasan yang jelas. “Bunuh kafir di mana<br />
pun kau menemukanya.” (2:191); “Perangi mereka, sampai tidak ada fitnah lagi dan<br />
ketaatan adalah semata-mata bagi Allâh saja. (2:193); “Sesungguhnya binatang<br />
(makhluk) yang p<strong>ali</strong>ng buruk di sisi Allâh ialah orang² yang kafir, karena mereka itu<br />
tidak beriman.” (8:55); “Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang²<br />
kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap² ujung jari mereka.”<br />
(8:12); “Sesungguhnya orang² yang musyrik itu najis.” (9:28)<br />
Bagaimana para Muslim menerangkan ayat² ini? Bukankah ayat² ini, dan ayat²<br />
serupa lainnya dalam Qur’an, yang bertanggung jawab atas terjadinya kekerasan di<br />
dalam dunia Islam? Kebanyakan agama, termasuk Kristen, punya sejarah masa lalu yang<br />
penuh kekerasan. Tapi Islam adalah satu²nya agama yang mengajarkan tindakan<br />
kekerasan dalam buku sucinya. Mengapa? Ini adalah pertanyaan sah yang membutuhkan<br />
jawaban.<br />
Pertanyaan Kaisar Manuel II Paleologus tetap tidak terjawab. Jawaban seperti “Kau<br />
telah menyakiti hati kami yang peka, kau harus minta maaf, kau bodoh, kau membuat<br />
kami melakukan kekerasan,” dll, bukanlah jawaban yang logis. Ini hanyalah jawaban<br />
untuk mengelak memberi keterangan yang sebenarnya. Jika kaum Muslim memang<br />
ingin bertukar pikiran, mereka harus mampu menjawab pertanyaan² sulit, terutama<br />
tentang perbuatan nabi mereka.<br />
Dalam pidatonya, sang Paus mengajak masyarakat Barat untuk beriman teguh pada<br />
Tuhan berdasarkan pengertian akal sehat. Lalu dia berkata: “Berdasarkan pengertian<br />
logos yang agung ini, berdasarkan adanya akal sehat inilah, maka kita mengajak rekan²<br />
kita untuk bertukar pikiran tentang budaya.”<br />
Bagi kebanyakan Muslim, tukar pikiran (dialog) hanya bisa terjadi satu arah saja<br />
(monolog). Yang sebenarnya ingin mereka katakan: kau dengar baik² apa yang ingin<br />
kami katakan padamu dan kau harus setuju. Jika kau mengajukan pertanyaan² sulit yang<br />
tidak bisa kami jawab, kami akan sakit hati dan kau akan menyesal karenanya.<br />
Bagaimana bisa terjadi dialog dari dua pendekatan yang s<strong>ali</strong>ng bertentangan seperti ini?<br />
Bukankah masuk akal untuk mempertanyakan bahwa jika memang tidak ada<br />
pemaksaan untuk memeluk Islam, seperti yang dinyatakan dalam sebuah ayat Qur’an,<br />
mengapa lalu begitu banyak ayat lainnya memerintahkan Muslim untuk melakukan<br />
jihad? Mengapa begitu banyak ayat² Qur’an yang tidak bertoleran terhadap kebebasan<br />
menganut kepercayaan lain di luar Islam? Mengapa meninggalkan Islam diganjar<br />
dengan hukuman mati?<br />
223