You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Pembunuhan<br />
MEMAHAMI MUHAMMAD<br />
Dunia modern kaget ketika mengetahui beberapa Muslim merasa satu²nya cara<br />
menghadapi kritik Islam adalah membunuh pengkritiknya. Di tahun 1989, Khomeini<br />
mengeluarkan fatwa untuk membunuh Salman Rushdie karena Rushdie menulis buku<br />
berjudul Ayat² Setan (The Satanic Verses) yang dianggap menghina Islam. Beberapa<br />
orang mencela Khomeini dan menuduhnya sebagai ekstrimis. Herannya, banyak yang<br />
menyalahkan Rushdie yang “tidak peka” terhadap orang Muslim yang mudah<br />
tersinggung. Di tanggal 14 Februari, 2006, kantor berita Pemerintah Iran melaporkan<br />
fatwa itu tetap berlaku selamanya.<br />
Sejak berkuasa, rezim Islam Iran telah mengenyahkan secara sistematis para<br />
penentangnya dengan cara membunuhi mereka, baik yang tinggal di dalam maupun di<br />
luar Iran. Ratusan penentang sudah dibunuh dengan cara ini, termasuk Dr. Shapoor<br />
Bakhtiar, seorang demokrat dan Perdana Menteri terakhir yang ditunjuk oleh Shah Iran.<br />
Yang tidak diketahui khalayak umum adalah pembunuhan adalah cara Muhammad<br />
menghadapi orang² yang menentangnya. Saat ini, Muslim yang membunuhi pengkritik<br />
Islam hanyalah mengikuti contoh perbuatan nabinya.<br />
Ka’b bin Ashraf adalah salah satu korban Muhammad. Seperti yang ditulis para<br />
sejarawan Muslim, Ka’b adalah pria muda yang rupawan, penulis sajak berbakat, dan<br />
ketua Banu Nadir, yang adalah salah satu suku² Yahudi di Medina. Setelah Muhammad<br />
mengusir Banu Qainuqa, yang adalah suku Yahudi lain di Medina, Ka’b jadi khawatir<br />
akan nasib masyarakatnya terhadap ancaman Muslim. Jadi dia mengunjungi Mekah<br />
untuk mencari perlindungan. Dia menyusun puisi dan memuji orang² Mekah atas<br />
keberanian dan martabatnya. Ketika Muhammad mendengar hal ini, dia pergi ke mesjid,<br />
dan setelah sembahyang, dia berkata:<br />
“Siapakah yang mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allâh dan<br />
RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata, “O Rasul Allâh! Maukah kamu agar<br />
aku membunuhnya?” Sang Nabi berkata, “Ya”. Maslama berkata, “Maka izinkan<br />
saya untuk berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).” Sang Nabi berkata, “Silakan<br />
katakan.”<br />
Maslama mengunjungi Ka`b dan berkata, “Orang itu (Muhammad) menuntut<br />
Sadaqa (zakat) dari kami, dan dia telah menyusahkan kami, dan aku datang untuk<br />
meminjam sesuatu dari kamu.” Ka`b menjawab, “Demi Allâh, engkau akan merasa<br />
lelah berhubungan dengan dia!” Maslama menjawab, “Sekarang karena kami sudah<br />
mengikuti dia, kami tidak mau meninggalkan dia kecu<strong>ali</strong> dan sampai kami melihat<br />
bagaimana nasibnya akhirnya. Sekarang kami mau engkau meminjamkan dua ekor<br />
unta dengan satu atau dua buah bekal makanan…<br />
Maslama dan kawannya berjanji pada Ka`b bahwa Maslama akan kemb<strong>ali</strong> padanya.<br />
Dia kemb<strong>ali</strong> pada Ka`b pada malam harinya bersama saudara angkat Ka`b, yakni<br />
Abu Na'ila. Ka`b mengajak mereka ke bentengnya dan dia pergi bersama mereka.<br />
Istrinya bertanya, “Hendak ke manakah kau selarut ini?” Ka`b menjawab, “Maslama<br />
dan saudara (angkat) ku Abu Na'ila telah datang.” Istrinya menjawab, “Aku<br />
mendengar suara seperti darah mengucur dari dirinya.” Ka`b menjawab, “Mereka<br />
46