Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
MEMAHAMI MUHAMMAD<br />
Kesalahan asuh orang tua menjadi penyebab terbesar adanya penyakit narsisistik ini<br />
dalam seorang anak. Contohnya, orang tua yang serba membolehkan yang memberi<br />
pujian berlebih-lebihan pada sang anak, terlalu menuruntukan dan memanjakan sang<br />
anak, gagal menerapkan disiplin, dan mengide<strong>ali</strong>sasi si anak menjadi faktor²nya.<br />
Hasilnya, sang narsisis secara umum merasa tidak siap untuk masa dewasa, setelah<br />
dibesarkan dalam pandangan hidup yang tidak re<strong>ali</strong>stik. Seb<strong>ali</strong>knya, seorang anak yang<br />
tidak menerima dukungan dan dorongan yang cukup bisa juga mengidap penyakit<br />
narsisistik.<br />
Kita tahu bahwa Muhammad ketika bayi diberikan dan dibesarkan oleh orang lain.<br />
Apakah ibunya tidak tertarik padanya? Kenapa dia tidak pernah berdoa dikubur ibunya<br />
sampai dia sudah berumur 60 tahun lebih juga? Apakah dia masih benci pada ibunya?<br />
H<strong>ali</strong>ma tidak mau mengurus bayi Muhammad karena dia adalah anak yatim dari<br />
seorang janda miskin dan penghasilan dia kecil. Apa ini mempengaruhi cara dia atau<br />
keluarga memperlakukan Muhammad? Anak² bisa sangat kejam. Menjadi anak yatim<br />
dijaman itu adalah sebuah aib, seperti juga sekarang masih menjadi aib dinegara² Islam.<br />
Kondisi masa kecil Muhammad tidak kondusif untuk membentuk rasa menghargai diri<br />
sendiri yang sehat.<br />
Jon Mardi Horowitz, penulis dari “Stress Response Syndromes”, menjelaskan:<br />
“Ketika kepuasan narsisistik yang jadi kebiasaan karena seringnya dipuji, diberikan<br />
perlakuan khusus dan mengagumi diri sendiri terancam, hasilnya mungkin adalah depresi,<br />
sedih tanpa alasan, gelisah, malu, merusak diri sendiri atau kemarahan yang diarahkan pada<br />
orang yang bisa jadi sasaran kesalahan atas situasi tersebut. Anak² bisa belajar untuk<br />
menghindari kondisi emosi menyakitkan ini dengan belajar memproses informasi narsisistik<br />
ini.” 89<br />
Muhammad, tentunya, punya masa kecil yang sulit. Dalam Surat 93 atau 3-8,<br />
(dikutip pada awal bab satu buku ini) dia dengan halus mengingat masa yatimnya yang<br />
penuh kesepian dan meyakinkan dirinya bahwa Allâh akan baik padanya dan tidak akan<br />
meninggalkan dia. Ini menunjukkan betapa ingatan akan masa kecil yang banyak itu<br />
menyakitkannya. Fakta bahwa Muhammad menciptakan dunia khayalan untuk lepas<br />
dari kenyataan, begitu hidup khayalan itu hingga menakuti orang tua angkatnya, adalah<br />
petunjuk lain bahwa masa kecilnya tidaklah menyenangkan sama sek<strong>ali</strong>. Muhammad<br />
mungkin tidak ingat rincian apa yang terjadi pada tahun pertama kehidupannya, tapi<br />
jelas dia mendapat luka psikologis sepanjang hidupnya. Bagi dia, dunia khayalan yang<br />
dia ciptakan itu nyata. Menjadi pengungsian yang aman baginya, sebuah tempat<br />
menyenangkan untuk mengundurkan diri dan lepas dari kenyataan. Dalam dunia<br />
khayalannya, dia bisa dicintai, dihormati, dikagumi, berkuasa, penting dan bahkan<br />
ditakuti. Dia bisa menjadi apapun yang dia inginkan dan mengimbangi kekurang<br />
perhatian yang dia dapatkan dari dunia diluarnya.<br />
89 Jon Mardi Horowitz – “Stress Response Syndromes: PTSD, Grief, and Adjustment Disorders”, Third Edition<br />
73