11.07.2015 Views

Jalan Sufi

Jalan Sufi

Jalan Sufi

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Hal. 154 of 215melihat sikap mengancam dari kedua orang tersebut, ia berkata, "Benar saudara, aku telahmencuri kuda. Aku mengakui, tetapi aku tidak tahu kalau itu milik kalian. Maafkan aku,karena aku cepat tergoda dan telah bertindak tanpa berpikir!""Aku tidak tahu apa-apa terhadap pincangnya domba ini!" teriak pemotong rumput."Suruh ia mengatakan kepadaku, mengapa menolak pemberianku," desak si pengembala,"aku hanya ingin memberikannya sebagai penghargaan!""Aku mengaku mengambil kuda," ujar pencuri "tetapi aku tuli, dan aku tidak tahu siapadiantara kalian pemilik kuda ini."Pada saat itu, dari kejauhan, tampak seorang darwis tua, berjalan sepanjang jalan berdebuke arah menuju desa. Si pemotong rumput lari menghampirinya, menarik jubahnya danberkata:"Darwis yang mulia, aku orang tuli yang tidak dapat mengerti ujung pangkal dari apayang dibicarakan dua orang ini. Aku mohon dengan kebijaksanaan Anda, adili danjelaskan apa yang mereka teriakkan masing-masing."Namun si darwis itu bisu dan tidak dapat menjawab, tetapi ia mendatangi mereka danmemandangi ketiga orang tuli tersebut dengan penuh selidik, yang sekarang telahmenghentikan pembicaraan mereka.Ia memandangi demikian lama dan dengan tajam, satu per satu, hingga mereka mulaimerasa tidak enak. Mata hitamnya yang berkilau menusuk ke dalam mata mereka,mencari kebenaran tentang persoalan tersebut, mencoba mendapatkan petunjuk padasituasi itu. Tetapi masing-masing mulai merasa takut kalau-kalau ia akan menyihirmereka, atau mengendalikan kemauan mereka. Tiba-tiba si pencuri meloncat ke atas kudadan melarikannya dengan kencang sekali. Begitu pula dengan si penggembala, segeramengumpulkan ternaknya dan menggiring jauh ke atas bukit. Si pemotong rumput, tidakberani menatap mata si darwis, mengemasi rumputnya ke dalam kantong danmengangkatnya di atas bahu, berjalan menuruni bukit menuju rumahnya.Darwis itu melanjutkan perjalanannya, berpikir sendiri bahwa kata-kata kadangmerupakan bentuk komunikasi yang tidak berguna, bahwa orang mungkin lebih baiktidak pernah mengucapkannya!SITI FATIMAH DAN BINATANGTerdapatlah seorang gadis kecil yang tumbuh berkembang bersama orangtuanya, semuadi dalam hutan. Suatu hari ia menemukan ayah dan ibunya meninggal, dan dia harusmenjaga dirinya sendiri. Orangtuanya meninggalkan Mihrab, sebuah ornamen ukiranyang aneh seperti kusen jendela, yang terus tergantung di dinding pondok.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!