11.07.2015 Views

Jalan Sufi

Jalan Sufi

Jalan Sufi

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Hal. 49 of 215DONGENG FAZL-RABBISuatu hari seorang tua yang kikir pergi menjeguk Fazl-Rabbi, untuk membahas beberapahal.Karena lemah dan gelisah, orang tua ini menusukkan tongkat besinya ke luka di kakiFazl-Rabbi.Mendengar dengan sopan, apa pun yang dikatakan oleh si orang tua, Fazl-Rabbi tidakberkata-kata, kendati ia menjadi pucat dan kemudian memerah, karena lukanya terasasakit dan besi tersebut tetap menancap di kakinya.Kemudian, ketika yang lainnya telah menyelesaikan urusannya, ia mengambil selembarkertas darinya dan menandatanganinya.Ketika orang tua itu sudah pergi, ia senang karena berhasil dalam ketekunannya, Fazl-Rabbi membiarkan dirinya roboh.Salah seorang bangsawan yang hadir mengatakan:"Tuanku, Anda duduk di sana dengan darah mengucur dari kaki Anda, dan orang tua itumenusuknya dengan tongkat besinya, dan Anda sama sekali tidak berkata apa pun."Fazl-Rabbi menjawab:"Aku sama sekali tidak memberi tanda kesakitan, karena Aku takut kalau ketakutannyamungkin menyebabkan ia bingung, dan bahwa ia mungkin menyerahkan ketekunannyakarena bantuanku. Kasihan sekali dia, bagaimana aku dapat menambah masalahnyadengan cara demikian?"Jadilah manusia sejati: mempelajari kebangsawanan dari pemikiran dan tindakan, sepertiFazl-Rabbi.BUDAK TANPA MAJIKANBerkelana dengan jubah tambalan, wajahnya menghitam karena matahari, seorang darwistiba di Kufah, di mana ia berjumpa dengan seorang pedagang.Si pedagang berbicara kepadanya, dan memutuskan bahwa ia pasti seorang budak yangtersesat."Karena tindak-tandukmu halus, Aku akan memanggilmu Khair (bagus)." Katanya,"Engkau bukan budak?""Itulah saya," jawab Khair."Akan kuantar engkau pulang, dan engkau dapat bekerja untukku sampai berjumpatuanmu.""Saya senang sekali," ujar Khair, "Karena sudah sangat lama saya mencari tuan saya."Ia bekerja beberapa tahun pada orang tersebut, yang mengajarinya menjadi penenun; olehsebab itu nama keduanya adalah Nassaj (penenun).Setelah layanannya yang lama, merasa bersalah karena terlalu mengeksploitasinya,pedagang tersebut mengatakan, "Aku tidak tahu siapa dirimu, tetapi sekarang engkaubebas untuk pergi."Khair Nassaj, Guru Agung Tarekat (<strong>Sufi</strong>), melanjutkan perjalanannya ke Mekkah tanpapenyesalan karena ia telah menemukan bagaimana melanjutkan perkembangannya,daripada tanpa memiliki nama dan diperlakukan seperti budak.Ia adalah guru asy-Syibli, Ibrahim Khawwas dan juga Guru Agung kaum <strong>Sufi</strong>. Iameninggal lebih dari seribu tahun yang lalu, di usia seratus duapuluh.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!