11.07.2015 Views

Jalan Sufi

Jalan Sufi

Jalan Sufi

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Hal. 41 of 215Imam al-Ghazali tentang TarekatSeorang manusia bukanlah manusia jika tendensinya meliputi kesenangan diri,ketamakan, amarah dan menyerang orang lain.Seorang murid harus mengurangi sampai batas minimun, perhatiannya terhadap hal-halbiasa seperti masyarakat dan lingkungannya, karena kapasitas perhatian (sangatlah)terbatas.Seorang murid haruslah menghargai guru seperti seorang dokter yang tahu caramengobati pasien. Ia akan melayani gurunya. Kaum <strong>Sufi</strong> mengajar dengan cara yangtidak diharapkan. Seorang dokter berpengalaman akan menentukan sebuah perlakuanperlakuantertentu dengan benar. Kendati pengamat luar mungkin saja sangat terpesonaterhadap apa yang ia katakan dan lakukan; ia akan gagal melihat pentingnya ataurelevansi prosedur yang diikuti.Inilah mengapa, tidak mungkin bagi murid dapat mengajukan pertanyaan yang benarpada waktu yang tepat. Tetapi guru tahu apa dan kapan seseorang dapat mengerti.Perbedaan antara Sosial dan Pemrakarsa AktikitasImam al-Ghazali menekankan pada hubungan dan juga perbedaan antara kontak sosialatau kontak yang bersifat pengalihan dari orang-orang, dan kontak yang lebih tinggi.Apa yang menghalangi kemajuan individu dan sebuah kelompok orang-orang, daripermulaan yang patut dipuji, adalah proses stabilisasi mereka sendiri terhadappengulangan (repetisi) dan basis sosial apa yang tersembunyi.Jika seorang anak, katanya, meminta kita untuk menjelaskan kesenangan yang ada saatmemegang kedaulatan tertinggi, kita mungkin mengatakan hal itu seperti kesenanganyang ia rasakan saat olah raga; kendati, kenyataannya keduanya tidak sama, kecualibahwa keduanya memiliki kategori kesenangan (yang sama).Perumpamaan Manusia dengan Tujuan Lebih TinggiImam al-Ghazali menghubungkan tradisi dari kehidupan Isa, Ibnu Maryam; Yesus, PutraMaryam.Suatu ketika Isa melihat orang-orang duduk dengan sedih di dinding pinggir jalan. Iabertanya, "Apa yang kalian susahkan?" Mereka menjawab, "Kami begini karena rasatakut kami terhadap Neraka."Isa pun berlalu, kemudian melihat sejumlah orang berkelompok berdiri sedih di sisi jalan.Ia bertanya, "Apa kesusahan kalian?" Mereka menjawab, "Rindu akan Surga yangmembuat kami begini."

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!