Menindaklanjuti Laporan 48 6,16Penjelasan 565 72,53Respon Instansi Terkait 3 0,39Selesai Menurut Pelapor 2 0,26Tembusan 156 20,03TOTAL 779 100,00Sejak pemberlakuan UU. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,yang disempurnakan dengan UU. No. 32 Tahun 2004, secara normatif mendorongterjadinya perubahan dalam organisasi dan tanggungjawab penyelenggaraanpelayanan publik secara otonomi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.Pemerintah daerah rata-rata lebih menyukai penyelenggaraan pelayanan publikyang bersifat profit atau menghasilkan uang, pelayanan dasar kepada masyarakatyang wajib dilaksanakan Pemerintah Daerah, kurang diperhatikan, bahkanterabaikan dan cenderung menimbulkan biaya tinggi, hal itu bisa dilihat darikurangnya transparansi pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publikyang langsung menyentuh pelayanan dasar kepada masyarakat, baik dilihat dariaspek pembiayaan, waktu maupun kualitas pelayanan.UU. No. 32 Tahun 2004 Pasal 11, 13 dan 14, mewajibkan PemerintahDaerah, Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakan pelayanan publik,yang kemudian diikuti oleh terbitnya Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentangPenyederhanaan Penyelenggaraan Perizinan melalui <strong>Pelayanan</strong> Terpadu SatuPintu, daerah telah memiliki dasar hukum yang kuat dan menjadi pedoman untukdengan segera melakukan reformasi sistem perizinannya. Reformasi tersebut tidaksaja mencakup penyederhanaan sistem perizinan itu sendiri, tetapi juga mencakupreformasi sikap aparatur birokrasi dari sikap “dilayani” menjadi “melayani”, sehinggapelayanan publik dapat ditingkatkan. Menurut Kausar AS (2006; 68) paling sedikitada delapan prinsip pelayanan yang lazim dipergunakan dalam prosespenyelanggaraan pelayanan publik; Pertama, kesederhanaan pelayanan, proseduratau tata cara pelayanan diselenggarakan dengan mudah, lancar, tepat, tidakberbelit-belit. Kedua, kejelasan dan kepastian, baik prosedur, tempat danpenanggungjawabnya. Ketiga, keamanan dalam pelayanan. Keempat, keterbukaandalam pelayanan, Kelima, efisiensi, Keenam, ekonomis, pengenaan biaya dalampenyelenggaraan pelayanan ditetapkan secara wajar, Ketujuh, keadilan yang84
merata, dan Kedelapan, ketepatan waktu dalam pemberian pelayan yang ditentukansecara transparan.Berdasarkan pengalaman dari Kabupaten/Kota yang telah menerapkanperizinan satu pintu ini, diperoleh dampak berupa peningkatan Pendapatan AsliDaerah (PAD). Di Kabupaten Sragen yang telah menerapkan Sistem PerizinanTerpadu Satu Pintu ini, dampak positif yang diperoleh adalah terjadinya peningkatanPAD. Pada tahun 2001 PAD Kabupaten Sragen hanya Rp 12 milyar, kemudian padatahun 2002 meningkat menjadi Rp 22,56 milyar, dan tahun 2003 ini PAD yangberhasil diperoleh adalah Rp 40,55 milyar. Sebagian PAD tersebut diperoleh darikenaikan pengurusan dokumen perijinan usaha, sebagai contoh pada tahun 2002 –2003 terdapat kenaikan perijinan 62% untuk pengurusan IMB, HO meningkat 71%,Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) meningkat 99%, Tanda Daftar Perusahaan(TDP) meningkat 41% dan izin reklame terjadi peningkatan sebesar 47%. Rupanyakemudahan dan semakin baiknya pelayanan dalam memperoleh perijinan usahajustru menggerakan masyarakat untuk mendapatkan ijin secara resmi yang padaakhirnya justru meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).<strong>Pelayanan</strong> publik yang diberikan oleh pemerintah daerah akanmempengaruhi minat para investor dalam menanamkan modalnya di suatu daerah.Excelent Service harus menjadi acuan dalam mendesain struktur organisasi dipemerintah daerah. Dunia usaha menginginkan pelayanan yang cepat, tepat, mudahdan murah serta tarif yang jelas dan pasti. Kalaupun ada penyempurnaan sistemperizinan investasi, maka bentuknya adalah sistem pelayanan satu atap, tetapidengan “pintu” yang banyak, sehingga tetap saja terjadi biaya ekonomi tinggi (highcost), waktu pengurusan izin memakan waktu lama, tidak transparan dan masihrumitnya persyaratan berkas permohonan dan administrasinya.Di beberapa daerah telah terbentuk pelayanan perizinan yang umumnyaberbentuk UPT, yang tidak memiliki kewenangan dalam penandatangan perizinandan non perizinan. Kondisi tersebut menyebabkan pelayanan perizinan masih jalanditempat serta kental dengan ketidakjelasan, dalam hal transparansi biaya, prosedurdan syarat pelayanan, waktu selesainya perizinan dan sebagainya. Lambatnyaproses pembentukan PPTSP di daerah selain karena kurangnya komitmen kepaladaerah dan DPRD, alasan lainnya yang seringkali dikemukakan oleh PemerintahDaerah adalah kurangnya sumberdaya (SDM) di tingkat lokal yang dapat membantu85
- Page 2 and 3:
KATA PENGANTAREra reformasi menghad
- Page 4 and 5:
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR ..........
- Page 6 and 7:
MANAJEMEN PENGADUAN MASYARAKATDALAM
- Page 8 and 9:
2. Tujuan (termasuk output & manfaa
- Page 10 and 11:
yang dibentuk sebagai sarana untuk
- Page 12 and 13:
fokus kajian yang telah ditetapkan.
- Page 14 and 15:
korelasi, (2) Analisis Cluster, dan
- Page 16 and 17:
Total 137 100,0Berdasarkan temuan t
- Page 18 and 19:
Penjelasan atas pengujian hipotesis
- Page 20 and 21:
a Dependent Variable: Y21berpengaru
- Page 22 and 23:
Pertimbangan yang digunakan untuk m
- Page 24 and 25:
BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGE
- Page 26 and 27:
tersebut diharapkan dapat lebih mem
- Page 28 and 29:
1.2 PERMASALAHAN UTAMAMeskipun kema
- Page 30 and 31:
mengandalkan media surat kabar (kor
- Page 32 and 33:
Era reformasi ternyata menghadirkan
- Page 34 and 35: 1.4. OUTPUT KEGIATANDalam RPJMN 201
- Page 36 and 37: pemerintah di negara lain. Pengguna
- Page 38 and 39: memperkecil lingkup sektor publik (
- Page 42 and 43: Mengutamakan keperhatianTerutama te
- Page 44 and 45: dan tidak diskriminatif) dan kuanti
- Page 46 and 47: pembangunan; (2) adanya kemampuan u
- Page 48 and 49: yang membutuhkan layanan KTP, SIM,
- Page 50 and 51: dengan baik, bahkan harus diberdaya
- Page 52 and 53: meningkatkan kualitas partisipasi p
- Page 54 and 55: e) Umpan BalikAdalah penilaian piha
- Page 56 and 57: Berdasarkan prinsip mengontrol resp
- Page 58 and 59: pengaduan wajib memberitahu si peng
- Page 60 and 61: peningkatan kualitas pelayanan publ
- Page 62 and 63: 2.6 VARIABEL KAJIANPenetapan variab
- Page 64 and 65: 13 (Y1.7) ManajemenData14 (Y1.8)Pen
- Page 66 and 67: tidak mengukur seluruh aspek iklim
- Page 68 and 69: dan biaya yang lebih mahal untuk pe
- Page 70 and 71: Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD)
- Page 72 and 73: Berdasarkan berbagai data tersebut,
- Page 74 and 75: sana (infokorupsi.com). Hal ini ten
- Page 76 and 77: Penyempurnaan ketentuan Surat Izin
- Page 78 and 79: meningkatnya aksesibilitas UMKM ter
- Page 80 and 81: pada tahun 2004. Namun pada tahun 2
- Page 82 and 83: surat dan datang langsung. Dari kes
- Page 86 and 87: pemerintah daerah melakukan percepa
- Page 88 and 89: Valid CumulativeFrequency PercentPe
- Page 90 and 91: adanya pelayanan pengaduan berasal
- Page 92 and 93: pengaduan yang mestinya dapat diman
- Page 94 and 95: Selanjutnya apabila dianalisis pada
- Page 96 and 97: Total 133 97,1 100,0Missing System
- Page 98 and 99: Berdasarkan tabel tersebut sebagian
- Page 100 and 101: Apabila alasan pengaduan dikorelasi
- Page 102 and 103: sekaligus menjadi indikator kinerja
- Page 104 and 105: Total 28 84,8 100,0Missing System 5
- Page 106 and 107: Secara umum pelanggan internal dala
- Page 108 and 109: Frekuensi PresentaseAspek Penilaian
- Page 110 and 111: melayani masyarakat, harus simultan
- Page 112 and 113: Penerimaan laporan dapat melalui, (
- Page 114 and 115: Hasil Survey pada Puskesmas Jagir K
- Page 116 and 117: Gambar 4.5 Alur penanganan keluhan
- Page 118 and 119: . Mengidentifikasi dan mengklasifik
- Page 120 and 121: d. Admin UPIK memberikan respon lan
- Page 122 and 123: MEKANISME PENANGANAN PENGADUAN PELA
- Page 124 and 125: Ketika masyarakat mengadu melalui k
- Page 126 and 127: c. Receptionist menerima pelapord.
- Page 128 and 129: kompain/pengaduan yang cukup berart
- Page 130 and 131: ditanggung oleh pemerintah. Padahal
- Page 132 and 133: Tata cara penyampaian pengaduan mas
- Page 134 and 135:
Berdasarakan hasil wawancara dengan
- Page 136 and 137:
ketidaktahuan masyarakat tentang ha
- Page 138 and 139:
petugas, dan juga mempermudah masya
- Page 140 and 141:
Dari pernyataan tersebut terlihat b
- Page 142 and 143:
Sumber: Davidow (2003).Selain apa y
- Page 144 and 145:
VariabelStandardizedCoefficientsBet
- Page 146 and 147:
VariabelY21StandardizedCoefficients
- Page 148 and 149:
Implementasi Manajemen Komplain pad
- Page 150 and 151:
Gambar 4.16. Model Pengembangan Man
- Page 152 and 153:
e. Belum ada Fasilitasi Merit syste
- Page 154 and 155:
Operasional masihterbatasKesadaran
- Page 156 and 157:
Implementasi manajemen komplain mer
- Page 158 and 159:
didukung dengan SDM, infrastruktur,
- Page 160 and 161:
CrosstabAdanya saluranTotaltidak ta
- Page 162 and 163:
CrosstabPernah sampaikankomplainTot
- Page 164 and 165:
CrosstabAlasanRibet tak ada gunanya
- Page 166 and 167:
Lampiran 5. Kuesioner MasyarakatKui
- Page 168 and 169:
III. PEMAHAMAN SALURAN PENGADUANNOP
- Page 170 and 171:
Lampiran 6. Kuesioner untuk Petugas
- Page 172 and 173:
MOHON DICERMATI DAN BERIKAN TANGGAP
- Page 174:
Pertanyaan Terbuka:1. Apakah unit p