11.05.2013 Views

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

This document is created with trial version of CHM2PDF Pilot 2.15.74.<br />

x. Muhammad di Madinah<br />

Menghindari upaya pembunuhan, berkat rahmat dan izin Allah, Nabi Muhammad berhijrah ditemani<br />

sahabat setianya, Abu Bakr, bersembunyi selama tiga hari di Gua at-Thur yang gelap.69 Madinah diwarnai<br />

upacara kebesaran saat beliau tiba pada bulan rabi 'al-awwal, di mana seluruh jalan penuh dengan luapan<br />

ekspresi kegembiraan pantun dan syair. Dengan berakhirnya segala penindasan, Nabi Muhammad tidak<br />

lama kemudian mulai membangun sebuah masjid sederhana yang cukup luas dan mampu menampung<br />

banyak para penuntut ilmu, tamu-tamu, dan para pelaku ibadah tiap hari dan shalat Jumat. Jauh<br />

sebelumnya, sistem perundang-undangan telah dirancang yang mengatur hubungan tanggung jawab kaum<br />

pendatang dari Mekah dan penduduk Madinah terhadap orang lain, negara Islam yang baru lahir, sesama<br />

orang Yahudi, dan kedudukan serta tanggung jawab mereka terhadap masyarakat dan negara. Ini<br />

merupakan sistem perundang-undangan pertama yang tertulis dalam sejarah dunia:70<br />

Madinah terdiri dari sebagian beberapa suku orang Yahudi. Aus dan Khazraj adalah suku terbesar<br />

di antara yang ada. Kedua suku itu terikat tali hubungan darah, kendati tak serasi dan sering kali terlibat<br />

dalam konflik bersenjata. Orang-orang Yahudi selalu berubah sikap yang mengakibatkan keretakan di<br />

antara mereka. Kedatangan Nabi Muhammad telah mengobarkan minat pemeluk agama baru ke setiap<br />

rumah suku Aus dan Khazraj, seperti halnya situasi politik yang semakin jelas dengan terciptanya<br />

perundangundangan baru di mana Nabi Muhammad sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan sekaligus<br />

sebagai pemimpin umat Islam dan juga bangsa Yahudi. Bagi mereka yang tidak suka memihak pada Nabi<br />

Muhammad dianggap kurang bijak untuk melakukan oposisi terbuka, dan bagi mereka sikap bermuka dua<br />

menjadi hal yang rutin. Orang-orang munafik berupaya menyakiti Nabi Muhammad dan pengikutnya<br />

melalui berbagai cara dan dengan penuh semangat yang tak terpatahkan sepanjang kehidupan beliau.<br />

Permusuhan secara terang-terangan antara umat Islam dan orang kafir Arab dan keberadaan orang<br />

Yahudi, telah menyulut terjadinya beberapa pertempuran besar dan kecil. Peperangan yang besar, antara<br />

lain, seperti Perang Badardi bulan Ramadan dua tahun setelah hijrah,71 Perang Uhud yang terjadi pada<br />

bulan Shawwal, tahun ke-3 setelah hijrah; Perang Khandaq di bulan Shawwal, tahun ke-5 setelah hijrah;<br />

Perang Ban! Quraiza, tahun ke-5 setelah hijrah; Perang Khaebar, Rabi al-Awwal tahun ke-7 setelah hijrah,<br />

Perang Mu'ta, Jumad al-Awwal tahun ke-8 setelah hijrah, penaklukan kota Mekah (Fathu Makkah), pada<br />

bulan Ramadan tahun ke-8 setelah hijrah, Perang Hunain dan Ta'if, pada bulan Shawwal tahun ke-8<br />

setelah hijrah, tahun pendelegasian72, dan Perang Tabuk pada bulan Rajab tahun ke-9 setelah hijrah.<br />

Kendati musuh-musuh Nabi Muhammad dalam peperangan pada umumnya terdiri dari para<br />

penyembah berhala, pada hakikatnya termasuk juga orangorang Yahudi dan Kristen yang beraliansi<br />

dengan kekuatan kafir Quraish dalam melakukan oposisi terhadap orang Islam. Saya sebut beberapa<br />

kejadian dari peperangan ini bukan hendak memperpanjang pembahasan melainkan sekadar perbandingan<br />

merebaknya agama Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad dan sikap kacau bangsa Israel dalam<br />

pengembaraan di masa Nabi Musa dan perjuangan dua belas utusan peserta Nabi Isa.73<br />

xi. Awal Pecahnya Perang Badar<br />

Nabi Muhammad mendengar berita bahwa kafilah besar melewati rule dekat kota Madinah di bawah<br />

komando kepemimpinan Abu Sufyan. Nabi Muhammad berusaha menghadangnya namun sempat Abu<br />

Sufyan mencium jejak itu dan akhirnya mengubah rute perjalanan dengan mengirim seorang utusan ke<br />

Mekah agar menambah jumlah personal. Pasukan tempur dengan seribu tentara dan tujuh ratus unta serta<br />

pasukan kuda dipersiapkan atas saran Abu Jahl, suatu pertunjukan kekuatan raksasa yang hendak<br />

menggempur kota Madinah. Setelah menerima mata-mata tentang kafilah serta perubahan rule perjalanan<br />

dan pasukan militer Abu Jahl, Nabi Muhammad membuat pengumuman minta saran sahabafiya. Abu Bakr<br />

berdiri secara terhormat sikap terhormat yang kemudian diikuti oleh Umar. Kemudian al-Miqdad bin 'Amr<br />

berkata, "Wahai Nabi Allah, pergilah ke mana Allah memberitahukan anda dan kita akan bersamamu.<br />

Demi Tuhan, saya tidak akan berkata seperti ban! Israil74 kepada Nabi Musa, pergi bersama tuhanmu dan<br />

perangilah sedang kami akan duduk melihatnya,"75 Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan<br />

kebenaran, jika sekiranya engkau hendak membawa saya pada suatu tempat bernama Bark al-Ghimad76<br />

saya akan berperang sampai mati bersamamu melawan mereka sehingga engkau dapat menguasainya."<br />

Kata-katanya terdengar oleh Nabi Muhammad dan ia berterima kasih dan berdoa kepadanya.<br />

Lalu ia mengatakan, "Berilah aku nasihat wahai manusia sekalian," yang dimaksud adalah kaum<br />

Ansar. Ada dua alasan di belakang ini: (a). Mereka sebagai anggota masyarakat mayoritas; dan (b).<br />

Ketika kaum Ansar memberi janji setia di 'Aqaba, mereka menjelaskan bahwa mereka tidak berhak<br />

mendapat keselamatan sehingga ia memasuki daerah mereka. Saat itu mereka berjanji akan memberi<br />

proteksi sebagaimana mereka proteksi pada para keluarganya. Oleh karena itu, Nabi memberi perhatian<br />

jangan jangan mereka meliliatnya dengan sikap setengah hati terhadap penyerangan tentara Abu Jahl<br />

yang begitu kuat saat masih ada di luar perbatasan kota Madinah. Saat Nabi Muhammad mengutarakan<br />

kata-kata seperti itu, Sa'd bin Mu'adh berkata, "Demi Allah, mungkin yang dimaksud adalah kami?". Nabi<br />

menjawab, "Tentu, tanpa diragukan lagi." Kami percaya pada engkau, kami teguh terhadap kebenaranmu,<br />

kami bersaksi bahwa apa yang engkau dakwahkan adalah benar dan kami telah memberi sumpah setia<br />

untuk mendengar dan menaatinya. Oleh karena itu, pergilah ke tempat mana pun yang engkau kehendaki

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!