%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran
%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran
%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
This document is created with trial version of CHM2PDF Pilot 2.15.74.<br />
Gambar 12.3: Halaman pertama Maghazf Rasulillah oleh Wahb bin Munabbih (44-<br />
I14 Hijrah) disalin pada tahun 227 H./841 M. Sumber: R.G. Khoury, Wahb bin<br />
Munabbih, Plate PBI. Dicetak ulang melalui izin penerbit.<br />
Di sini nama-nama perawi telah jadi tambahan permanen pada pembukaan teks. Bentuk umum<br />
seperti ini dapat juga dilihat pada Sahih al-Bukhari dan Sunan an-Nasa'i sebagai contoh kendati bukan<br />
satu-satunya. Karya-karya tertentu melangkah lebih jauh memasukkan nama pengarang asli pada permulaan<br />
setiap hadith, seperti Musannaf 'Abdur-Razzaq, Musannaf Ibn Abi Shaibah, dan (kebanyakan<br />
bagian) Sunan at-Tirmidhi. Bentuk variasi yang ke tiga bahkan menjelaskan keseluruhan urutan mata<br />
rantai perawi buku pada awal tiap-tiap hadith. Tampak jelas dengan habisnya beberapa generasi,<br />
penyertaan seluruh jaringan mata rantai ini akan menjadi panjang, dan biasanya hanya pengarang dan<br />
beberapa perawi yang menduduki urutan terdepan yang disertakan. Sekarang hendak kita selidiki Muwatta'<br />
Malik bin Anas menurut resensi Suwaid bin Sa'id al-Hadathani (w. 240 H.). Jaringan mata rantai riwayat<br />
seperti tertera pada permulaan Muwatta' urutannya adalah: (1) Thabit bin Bundar al-Baqqal, dari (2) `Umar<br />
bin Ibrahim az-Zuhri, dari (3) Muhammad bin Gharib, dari (4) Aimad bin Muhammad al-Washsha', dari (5)<br />
Suwaid bin Sa'id al-Hadathani, dari (6) Anas bin Malik, pengarang pertama.<br />
Pada permulaan setiap hadith terdapat satu versi kependekan mata rantai riwayat seperti ini:<br />
Muhammad telah membacakan kepada kami bahwa Ahmad meriwayatkan atas wewenang<br />
Suwaid, yang meriwayatkan dari. Malik...36<br />
Kelanjutan dari mata rantai di atas adalah isnad yang tetap untuk hadith tersebut, yang puncaknya<br />
adalah inti teks hadith itu sendiri. Walaupun bentuk seperti itu tidak secara seragam mendapat perhatian<br />
dalam semua manuskrip yang ada, namun nama-nama perawi selalu dimasukkan ke dalam teks.<br />
i. Syarat-syarat Penggunaan Buku<br />
Guna mengajar atau memanfaatkan sebuah teks, di antara syarat yang paling ketat, seorang<br />
ilmuwan hendaknya berpegang hanya pada naskah yang namanya tertulis dalam sertifikat bacaan. Ijazah<br />
ini merupakan surat izin dan bukti bahwa ia telah menghadiri kelas berkenaan di mana guru<br />
menyampaikan manuskrip tersebut.37 Dengan kebebasan yang diberikan untuk membuat salinan buku<br />
gurunya atau menggunakan buku yang memiliki wewenang lebih tinggi dengan jaringan mata rantai riwayat<br />
yang sama, ia dilarang secara ketat menggunakan naskah-naskah orang lain. Anggaplah A adalah<br />
pengarang pertama, lalu bukunya meluas ke berbagai di kalangan murid-murid seperti di bawah ini:<br />
Gambar 12.4: A, pengarang pertama dengan murid L, H, dan G.<br />
Walaupun semua naskah-naskah berasal dari A, kita temukan bahwa M tidak berhak menggunakan<br />
naskah R atau N, atau H dan L. Sebaliknya ia mesti membatasi diri hanya menggunakan naskah G, M<br />
atau A. Main coba-coba hendak keluar dari batasan ini, berarti suatu penghinaan baginya. Selain itu,<br />
setelah menyalin naskah untuk dirinya ia mesti meneliti teks asli serta mengoreksi jika dirasa perlu dan<br />
sekiranya ia memutuskan untuk menggunakannya tanpa merasa perlu merevisi secara cermat, ia harus<br />
menyatakan dengan jelas, kalau tidak akan berisiko mencemarkan namanya.<br />
ii. Keterangan Tambahan: Penambahan Materi dari Luar<br />
Para murid yang mempunyai naskah pribadi bisa jadi sewaktu-waktu menambah materi terhadap teks