11.05.2013 Views

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

This document is created with trial version of CHM2PDF Pilot 2.15.74.<br />

hubungan yang lebih jauh dari yang lain dan, akhirnya, mencapai kedudukan lebih hebat.<br />

a. Sama'. Dengan cara ini seorang guru membaca di depan muridnya, yang mencakup cabang<br />

bentuk berikut ini: bacaan lisan (hafalan), bacaan teks, tanya jawab, dan diktean.<br />

b. ‘ard. Dalam sistem ini seorang murid membaca teks di depan maha guru.<br />

c. Munawalah. Menyerahkan teks pada seseorang termasuk memberi izin menyampaikan isi<br />

riwayat tanpa melalui cara bacaan.<br />

d. Kitabah. Suatu bentuk korespondensi: guru mengirim hadith dalam bentuk tertulis pada<br />

ilmuwan lain.<br />

e. Wasiyyah. Mengamanahkan seseorang dengan buku hadith, kemudian yang diberi amanah<br />

dapat disampaikan pada pihak lain atas wewenang pemilik asli.<br />

Selama tiga abad pertama, metode pertama dan ke dua sangat umum dipakai, kemudian<br />

disusul dengan sistem munawalah, kitabah, dan akhirnya wasiyyah. Periode selanjutnya<br />

menyaksikan munculnya tiga kreasil ain;<br />

f. Ijazah. Meriwayatkan sebuah hadith atau buku atas wewenang ilmuwan yang memberi izin<br />

khusus yang diutarakan untuk tujuan ini tanpa membacakan buku itu.<br />

g. I'lam. Memberi tahu seseorang mengenai buku tertentu dan isi kandungannya. (Kebanyakan<br />

pakar hadith tidak mengakui sebagai cara yang sah untuk meriwayatkan hadith).<br />

h. Wijadah. Cara ini menyangkut penemuan teks (misalnya manuskrip kuno) tanpa<br />

membacanya di depan pengarang atau mendapat izin untuk meriwayatkannya. Dalam<br />

penggunaan metode ini sangat penting untuk dinyatakan secara jelas bahwa buku itu telah<br />

ditemukan, dan juga untuk menulis daftar isi kandungannya.<br />

Masing-masing cara memiliki istilah tersendiri yang berfungsi untuk menjelaskan bentuk<br />

penyampaian riwayat untuk para ilmuwan di masa yang akan datang. Isi kandungan buku-buku hadith<br />

sampai tingkatan tertentu dirancang melalui pendekatan ini, karena nama perawi merupakan bagian dari<br />

teks, dan setiap cacat negatif yang pada sifat seorang perawi itu akan berimbas pada keutuhan<br />

dokumen.33 Seperti halnya tiap hadith yang memasukkan jaringan perawi yang akan bermuara pada Nabi<br />

Muhammad atau Sahabat, begitu juga setiap buku memiliki jaringan riwayat akan berakhir pada<br />

pengarang yang sejak semula menyusun buku itu. Urutan-urutan mata rantai ini bisa jadi ditulis pada<br />

batang tubuh judul naskah, bab pendahuluan, keduaduanya, atau dapat juga sebagai perubahan kecil pada<br />

setiap hadith. Perhatikanlah contoh pada gambar 12.3.34<br />

Beberapa baris pertama berbunyi sebagai berikut:35<br />

Terjemahannya:<br />

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Muhammad bin Bahr Abu Talhah<br />

telah membacakan kepada kami, menyatakan bahwa 'Abdul-Mun'im bin Idris telah membacakan<br />

kepada kami atas wewenang ayahnya, dari Abu Ilyas, yang meriwayatkan dari Wahb bin Munabbih,<br />

di mana ia mengatakan, "Apabila delegasi mulai masuk mendekati Nabi Muhammad menyatakan<br />

hasrat memeluk Islam, As'ad bin Zurarah pergi menemui ayahnya Zurarah bin As'ad..."

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!