%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran
%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran
%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
This document raksasa is created sebagai with tanda trial kenabiannya. version of Berbeda CHM2PDF dengan Pilot peristiwa 2.15.74.<br />
yang dialami Nabi Muhammad dari gua<br />
dalam sebuah gunung, Malaikat meminta si buta huruf agar membaca. Mukjizatnya bukannya seekor ular<br />
naga, benda logam, kemahiran menyembuhkan penyakit, menghidupkan kembali orang yang sudah mati,<br />
melainkan kata-kata ajaib yang tak pernah terlintas di telinga siapa pun.<br />
ii. Nabi Muhammad dan Pengaruh Bacaan Al-Qur'an terhadap Orang Kafir<br />
Perjalanan waktu juga mengambil bagian penting persiapan Nabi Muhammad dalam mengenalkan<br />
ajaran Islam pada kenalan terdekat. Allah swt. membesarkan hatinya agar membaca ayat-ayat Al-Qur'an<br />
di keheningan malam.<br />
"Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali<br />
sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau<br />
lebih dari seperdua itu. Dan bacalah AI-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." 29<br />
Sekarang hendak kita telusuri efek yang begitu dalam dari bacaan Al Qur'an, seperti yang dialami<br />
para pemuja patung berhala. Ibn Ishaq menulis:<br />
Muhammad bin Muslim bin Shihab az-Zuhri bercerita bahwa Abu Sufyan bin Harb, Abu Jahl bin<br />
Hisham, dan al-Akhnas bin Shariq bin ‘Amr bin Wahb ath-Thaqafi (sekutu kaum bani Zuhra) suatu malam<br />
jalan jalan mencuri dengar bacaan AI-Qur'an an Nabi Muhammad di rumahnya. Tiap tiga orang dalam<br />
kelompok berusaha memilih tempat yang safe dan tak seorang pun di antara mereka mengetahui<br />
keberadaan yang lain. Setelah fajr mereka bubar dan satu sama lain bertemu saat kembali ke rumah.<br />
Sebagai anggota komplotan, masing-masing menceritakan pengalaman, "Jangan engkau ulangi lagi<br />
perbuatan ini, nanti akan terkesima." Mereka pulang dan malam berikutnya kembali mencuri dengar, dan<br />
bercerita pengalaman satu sama lain di waktu fajr. Pada malam ke tiga, mereka kumpul pada pagi hari<br />
sambil berkata, "Kita tak akan meninggalkan tempat kecuali setelah berikrar sungguh-sungguh tak akan<br />
mengulang lagi." Setelah berjanji mereka bubar. Beberapa saat kemudian dengan membawa tongkat, al-<br />
Akhnas pergi ke rumah Abu Sufyan dan menanyakan apa yang telah mereka dengar dari Nabi<br />
Muhammad. Abu Sufyan menjawab, "Demi Allah, aku mendengar sesuatu yang saya tidak dapat<br />
memahami artinya dan entah apa yang mereka maksudkan."<br />
Al-Akhnas berkata, "Persoalannya sama seperti yang saya alami". Kemudian ia pergi mendatangi<br />
rumah Abu Jahl menanyakan hal yang sama. la menjawab, "Apa sebenarnya yang saya dengar, kami dan<br />
suku kabilah 'Abd Manaf selalu kompetisi dalam meraih ketinggian kedudukan di tengah masyarakat.<br />
Mereka memberi makan orang miskin dan kami juga melakukan hal yang sama. Mereka terlibat<br />
menyelesaikan persoalan orang lain, demikian juga kami. Mereka menunjukkan sikap murah hati terhadap<br />
orang lain, kami juga mengikutinya. Kami berpacu seperti dua pasukan yang melangkah sama cepatnya.<br />
Tiba-tiba mereka menyatakan, 'Kami memiliki seorang nabi yang telah menerima wahyu dari langit.' Bila,<br />
kita hendak memiliki hal seperti itu? Saya bersumpah, tak mungkin pernah percaya padanya dan tak<br />
mungkin pula aku memanggilnya sebagai orang jujur."30<br />
Di samping kebencian yang luar biasa dari pihak orang kafir, Nabi Muhammad tetap meneruskan<br />
bacaan dan jumlah para pencuri dengar semakin bertambah dan herannya, setiap orang amat khawatir<br />
perbuatan mencuri dengar AI-Qur'an akan terungkap oleh orang lain.31 Nabi Muhammad dengan<br />
penentangnya pernah diminta berdebat tentang keesaan Allah karena AI-Qur'an bukan ciptaan manusia,<br />
cukup sebagai bukti secara akal tentang wujud keesaan Allah swt.. Namun demikian, karena bacaan yang<br />
awalnya dari keheningan malam clan berubah menjadi pada siang-hari dan didengar oleh orang banyak,<br />
maka rasa kekhawatiran orang Mekah semakin menjadi jadi.<br />
Melalui pendekatan yang cepat dan bijak, sekelompok orang Quraish mendatangi al-Walid bin al-<br />
Mughira, orang yang cukup bergengsi di masyarakat. Lalu ia menyampaikan pendapatnya di depan<br />
mereka, "Waktu pertunjukan telah tiba dan wakil-wakil bangsa Arab akan hadir menemui Anda. Mereka<br />
ingin mendengar tentang teman anda, setuju sajalah pada satu pendapat tanpa perselisihan di mana tak<br />
akan seorang pun di antara kita bercerita bohong pada yang lain." Mereka berkata, "Berikan pendapat<br />
anda tentang dia (Muhammad)," dan ia menjawab, "Tidak, lebih baik anda bicara dan saya mendengar."<br />
Maka berkata, "la tidak lebih dari seorang peramal." Al-Walid menjawab, "Demi Tuhan, dia bukan itu, dia<br />
bukannya seorang yang pandai membuat irama pantun, seperti juru ramal." Kalau demikian halnya, ia terpengaruh<br />
oleh seorang peramal." "Bukan, ia bukan orang seperti itu. Kami melihat sendiri tidak ada gerak-