11.05.2013 Views

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

This document is created with trial version of CHM2PDF Pilot 2.15.74.<br />

I . SEJARAH TEKS AL- QUR'AN<br />

.<br />

The History of The Qur'anic Text<br />

- From Revelation to Compilation -<br />

Sejarah Teks Al-<strong>Quran</strong> - Dari Wahyu Sampai Kompilasinya -<br />

Prof. Dr. M.M al A'zami<br />

< BACK<br />

.<br />

INDEX NEXT ><br />

BAB 11 :<br />

PENYEBAB MUNCULNYA RAGAM BACAAN<br />

The History of The Qur'anic Text hal 167 - 182<br />

Salah satu pintu gerbang masuknya serangan pihak Orientalis terhadap Al-Qur'an adalah<br />

membuat kekacauan terhadap naskah teks Al-Qur'an itu sendiri. Menurut perkiraan saya, terdapat lebih<br />

dari 250,000 naskah AI-Qur'an dalam bentuk manuskrip, secara lengkap maupun sebagian-sebagian,<br />

sejak abad pertama hijrah hingga hari ini. Kesalahan-kesalahan telah diklasifikasikan dalam lingkungan<br />

akademik pada dua kelompok disengaja maupun tidak, dan dalam koleksi manuskrip yang banyak ini<br />

sudah pasti dalam sekejap mata para penulis boleh melakukan kesalahan yang tidak disengaja. Ilmuwan<br />

yang membahas subjek itu tahu dan paham betul bagaimana susahnya kesalahan konsentrasi sesaat<br />

dapat membahayakan, sebagaimana dibicarakan secara gamblang dalam beberapa karya tulis berikut ini:<br />

(1) Ernst Wurthwein, The Text of the Old Testament, edisi kedua yang telah direvisi dan diperluas, William<br />

B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, Michigan, 1995; (2) Bart D. Ehrman, The Orthodox<br />

Corruption of Scripture, Oxford Univ. Press, 1993; dan (3) Bruce M. Metzger, The Text of the New<br />

Testament, Edisi ketiga, Oxford Univ. Press, 1992.<br />

Buku pertama mengupas PL (Perjanjian Lama) dan yang lainnya tentang PB (Perjanjian Baru).<br />

Semua karya tulis tersebut mengelompokkan kesalahan dengan memakai istilah seperti transposisi,<br />

haplografi, dan dittografi yang kadang-kadang ditujukan pada penulis yang sudah meninggal dunia guna<br />

mengalihkan perhatian yang ada dalam pikirannya di mana ia melakukan kesalahan sejak ribuan tahun<br />

yang silam.1 Hanya saja perlakuan seperti itu tidak mungkin dapat diterapkan terhadap Al-Qur'an, di mana<br />

terjadinya banyak kesalahan-yang jelas ada akibat keletihan dalam penulisan-dianggap sebagai variasi<br />

yang betul-betul terjadi, sebagai bukti yang dianggap dapat merusak kitab suci kaum Muslimin.<br />

Betul bahwa ini sangat susah dalam menentukan apakah kesalahan ini disengaja atau tidak;<br />

untuk marilah kita selesaikan dua kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerusakan teks Al-Qur’an.<br />

Sebagaimana kita maklumi, Mushaf ‘Uthmani betul-betul minus tanda titik. Goldziher yakin bahwa<br />

perbedaan bacaan dalam Al-Qur'an adalah akibat kekeliruan dalam penulisan bahasa Arab (palaeografi)<br />

zaman dulu, tidak ada titik dan tidak ada tanda diakritikal. Oleh karena itu, bentuk kata fil saat dibuang<br />

tanda titiknya memungkinkan lahirnya ragam bacaan seperti: ,<br />

Ini berarti: dia telah dibunuh seekor gajah sebelum mencium tubuh bagian depan seperti yang<br />

telah disebut.2 Dalam bab ini saya akan mencoba menolak anggapan tentang palaeografi Arab yang tidak<br />

mempunyai tanda titik sebagai sumber kerusakan, distorsi, dan penyelewengan terhadap Al-Qur' an.<br />

1. Sistem Bacaan (Qira'at) Sebagai Sunnah<br />

Ilmu qira'at yang benar (ilmu seni baca AI-Qur'an secara tepat) diperkenalkan oleh Nabi<br />

Muhammad saw. sendiri, suatu praktik (sunnah) yang menunjukkan tata cara bacaan setiap ayat. Aspek<br />

ini juga berkaitan erat dengan kewahyuan AI-Qur'an: Teks Al-Qur'an telah diturunkan dalam bentuk ucapan<br />

lisan dan dengan mengumumkannya secara lisan pula berarti Nabi Muhammad saw. secara otomatis<br />

menyediakan teks dan cara pengucapannya pada umatnya. Kedua-duanya haram untuk bercerai.<br />

‘Umar dan Hisham bin Hakim ketika berselisih bacaan tentang sepotong ayat dalam Surah al-<br />

Furqan walaupun pernah sama-sama belajar langsung dari Nabi Muhammad saw., ‘Umar bertanya pada<br />

Hisham siapa yang telah mengajarnya. Dia menjawab, "Nabi Muhammad 3 Kejadian serupa dialami<br />

oleh Ubayy bin Ka'b.4 Tidak ada seorang sahabat yang berani mengada-ada membuat silabus sendiri:<br />

semua bacaan sekecil apa pun merupakan warisan Nabi Muhammad .<br />

Kita juga menemukan seorang ahli tata bahasa5 yang menyatakan bahwa bacaan kata-kata<br />

tertentu, menurutnya, lebih disukai jika mengikuti tata cara aturan bahasa karena perubahan dalam tanda<br />

diakritikal tidak membawa makna yang berarti. Walau demikian, ilmuwan-ilmuwan tetap memegang teguh<br />

sistem bacaan yang diperkenalkan melalui saluran atau sumber yang sah guna menolak usaha mengadaada<br />

serta tetap mempertahankan pandangan bahwa qira'at hukumnya sunnah yang tidak ada seorang pun<br />

memiliki wewenang untuk mengubah seenaknya.<br />

Kita perlu mencatat, biasanya orang-orang tidak mau membeli Mushaf di pasar murahan setelah

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!