%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran
%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran
%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
This document selesai is created belanja with waktu trial pagi version dari penjual of CHM2PDF ikan dan Pilot sayuran 2.15.74.<br />
lalu pulang menghafal surah secara pribadi.6<br />
Belajar secara lisan melalui seorang instruktur yang memiliki otoritas keilmuan sangat diperlukan, biasanya<br />
rata-rata lima ayat per hari. Tradisi ini terjadi di akhir seperempat pertama abad pertama hijrah ketika<br />
Abu Bakr bin 'Ayyash (w. 193 H.) belajar AlQur an dari Ibn Abi an-Najud (w. 127 H.) sewaktu masih<br />
muda.7 Artinya, tidak ada bacaan bermula dari kevakuman atau hasil tebakan seorang penggubah yang<br />
dilakukan secara pribadi di mana ketika mulai muncul lebih banyak bacaan orang-orang yang memiliki<br />
otoritas, semua sumber dapat dilacak sampai kepada Nabi Muhammad Pada zaman sahabat muncul<br />
sebuah buku tentang subjek ragam bacaan yang dibuat untuk kepentingan masa depan dalam skala<br />
kecil. 8 Dengan waktu yang telah menyaksikan perkembangan buku yang semakin banyak untuk<br />
membandingkan bacaan ilmuwan yang terkenal dari beberapa pusat keilmuan, ujung tombak terdapat<br />
dalam buku Ibn Mujahid.<br />
2. Perlu Banyak Ragam Sistem Bacaan:<br />
Penyederhanaan Bacaan bagi Mereka yang tak Biasa (Non Arab)<br />
Kesatuan dialek yang sudah Nabi biasa dengannya sewaktu masih di Mekah mulai sirna<br />
setibanya di Madinah. Dengan meluasnya ekspansi Islam melintasi belahan wilayah Arab lain dengan<br />
suku bangsa dan dialek baru, berarti berakhirnya dialek kaum Quraish yang dirasa sulit untuk<br />
dipertahankan. Dalam kitab sahihnya, Muslim mengutip hadith berikut ini:<br />
Ubayy bin Ka'b melaporkan bahwa ketika Nabi berada dekat lokasi banu Ghifar Malaikat Jibril<br />
datang dan berkata, "Allah telah menyuruh kamu untuk membaca Al-Qur'an kepada kaummu dalam satu<br />
dialek," lalu Nabi bersabda, "Saya mohon Ampunan Allah. Kaumku tidak mampu untuk itu" lalu Jibril<br />
datang lagi untuk kedua kalinya dan berkata, "Allah telah menyuruhmu agar membacakan Al-Qur'an pada<br />
kaummu dalam dua dialek," Nabi Muhammad lalu menjawab, "Saya mohon ampunan Allah. Kaumku<br />
tidak akan mampu melakukannya," Jibril datang ketiga kalinya dan berkata, "Allah telah menyuruhmu<br />
untuk membacakan Al-Qur'an pada kaummu dalam tiga dialek," dan lagi-lagi Nabi Muhammad %%<br />
berkata, "Saya mohon arnpunan Allah, Kaumku tidak akan mampu melakukannya," Lalu Jibril datang<br />
kepadanya keempat kalinya dan menyatakan, "Allah telah mengizinkanmu membacakan Al-Qui an<br />
kepada kaummu dalam tujuh dialek, dan dalam dialek apa saja mereka gunakan, sah-sah saja."9<br />
Ubayy (bin Ka'b) juga melaporkan.<br />
Rasulullah bertemu Malaikat jibril di Batu Mira' (di pinggiran Madinah, dekat Quba) dan berkata<br />
kepadanya, " Saya telah diutus kepada suatu bangsa buta huruf, di antaranya, orang tua miskin, neneknenek,<br />
dan juga anak-anak," Jibril menjawab, "Jadi suruh saja mereka membaca Al-Qur'an dalam tujuh<br />
dialek (ahruf)."<br />
Lebih dari dua puluh sahabat telah meriwayatkan hadith yang mengukuhkan bahwa Al-Qur'an telah<br />
diturunkan dalam tujuh dialek ( ).11 Di sini kita tambahkan bahwa ada empat puluh pendapat<br />
ilmuwan tentang makna ahruf (secara literal: huruf-huruf). Beberapa dari kalangan mereka mengartikannya<br />
begitu jauh, tetapi kebanyakan sepakat bahwa tujuan utama adalah memberi kemudahan membaca Al-<br />
Qur'an bagi mereka yang tidak terbiasa dengan dialek orang Quraish. Konsesi diberikan melalui anugerah<br />
Allah<br />
Sebelumnya telah kita lihat bagaimana dialek yang berlainan telah memicu perselisihan pada<br />
dasawarsa berikutnya, di mana mempercepat langkah ‘Uthman menyiapkan sebuah Mushaf dalam dialek<br />
orang Quraish. Akhirnya, jumlah semua ragam bacaan yang terdapat dalam kerangka lima Mushaf resmi<br />
tidak lebih dari empat.puluh karakter, dan seluruh pembaca yang ditugaskan mengajar Al-Qur an wajib<br />
mengikuti teks Mushaf tersebut clan agar meneliti sumber otoritas dari mana mereka mempelajari bacaan<br />
sebelumnya. Zaid bin Thabit, orang yang begitu penting dalam pengumpulan Al-Qur'an, menyatakan bahwa<br />
( )12 ("Seni bacaan (qira'at) Al-Qur'an merupakan sunnah yang mesti dipatuhi dengan<br />
sungguh-sungguh"). Penjelasan akan hal ini telah kita masukan ke dalam bab-bab sebelumnya.<br />
Variasi adalah suatu istilah yang saya sebenarnya kurang begitu sreg memakainya. Dalam masalah<br />
tertentu, istilah itu secara definitif dapat memberi nuansa akan ketidakpastian. Jika pengarang ash menulis<br />
satu kalimat dengan caranya sendiri, kemudian rusak akibat kesalahan dalam menulis lalu kita<br />
perkenalkan prinsip ketidakpastian; akhirnya penyunting yang tak dapat membedakan mana yang betul<br />
dan mana yang salah, akan meletakkan apa yang ia sangka sesuka hatinya ke dalam teks, sedangkan<br />
lainnya dimasukkan ke dalam catatan pinggir. Demikian halnya dengan masalah variasi (ragam bacaan).<br />
Akan tetapi masalah Al-Qur'an jelas berlainan karena Nabi Muhammad , satu-satunya khalifah Allah<br />
sebagai penerima wahyu dan transmisinya, secara pribadi mengajarkan ayat-ayat dalam banyak cara. Di<br />
sini tak ada dasar keraguraguan, tak terdapat istilah kabut hitam maupun kebimbangan, clan kata<br />
`varian'tampak gagal dalam memberi arti yang masuk akal. Kata multiple jauh dapat memberi penjelasan<br />
akurat, oleh karena itu, di sini saya hendak menggiring mereka pada pemakaian "multiple reading' (banyak<br />
bacaan). Salah satu alasan yang melatarbelakangi fenomena ini adalah adanya perbedaan dialek dalam<br />
bahasa Arab yang perlu diberi tempat selekas mungkin, seperti telah kita bicarakan di atas. Alasan kedua