11.05.2013 Views

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

%5BMuhammad%20Mustafa%20Al-A'zami%5D%20Sejarah%20Teks%20Al-Quran

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

This document is created with trial version of CHM2PDF Pilot 2.15.74.<br />

Seperti halnya perubahan tidak menyebabkan kehancuran teks melainkan justru menekankan<br />

beberapa huruf hidup (vowels) yang telah ditiadakan atau dibuang untuk penggunaan singkatan, al-Farsi<br />

meninggalkan persahabatan alHajjaj tanpa kesan negatif. Kembali merujuk kepada AI-Qur'an, kita<br />

menemukan bahwa kata-katal tercatat sebanyak 331 kali, sedangkan sebanyak 267 kali;<br />

jumlah seluruhnya ada 598 kata. Mengingat bahwa 'Ubaidullah menambah ekstra dua alif di setiap ini<br />

maka mencapai sekitar 1,200 huruf ekstra. Jumlah dua ribu (sebagaimana disebutkan dalam riwayat itu)<br />

kemungkinan besar hanya kira-kira saja.<br />

Riwayat Ibn Abi Dawud mengalami kekurangan dan isnadnya pun lemah18 menyebabkan banyak<br />

ilmuwan yang menolak. Tetapi jika ternyata ini juga betul, apa yang menjadikan `Ubaidullah salah dalam<br />

membuat naskah pribadi tak ada tujuan lain kecuali hendak menjadikannya sesuai dengan kaidah ejaan<br />

yang berlaku, lain tidak. Contoh lainnya, kita akan mengalihkan perhatian pada mushaf salinan Ibn al-<br />

Bawwab yang dibuat pada tahun 391 Hijrah / 1000 Masehi, yang saya telah bandingkan dengan mushaf<br />

cetakan Madinah pada tahun 1407 Hijrah/ 1987 Masehi.<br />

Di awal Surah al-Baqarah saja ada empat contoh ini. Kebiasaan sebagian besar Mushaf yang<br />

dicetak sekarang mengikuti sistem ejaan Mushaf 'Uthmani; kata (Malik) contohnya ditulis<br />

(malik) mengikuti ejaan (ortografi) ‘Uthmani, walaupun alif kecil diletakkan pada mim untuk menjelaskan<br />

penyebutan bagi pembaca zaman sekarang. Sama juga dengan beberapa ayat yang masih mengeja<br />

dengan 20 menunjukkan bahwa kependekan ini adalah berlaku pada zaman `Uthman dan dia juga<br />

mengizinkan untuk memasukkan kedua-duanya.<br />

Penerbit modern, dengan mendasarkan naskahnya kepada ortografi Mushaf ‘Uthmani yang resmi,<br />

telah menyediakan rujukan yang banyak tentang ketentuan ejaan yang berlaku pada zaman awal Islam<br />

(abad pertama hijrah). Ini sesungguhnya adalah merupakan pilihan terbaik bagi semua penerbit, di mana<br />

mereka memberikan manfaat untuk media masa cetak dan merupakan sifat pendidikan modern yang telah<br />

diberi ukuran serupa. Bagaimanapun keinginan untuk menyimpang dari ejaan Mushaf ‘Uthmani bukan hal<br />

baru lagi. Imam Malik (w. 179 H.) telah dihukum dua belas abad yang lalu karena fatwanya ( )<br />

tentang apakah seseorang boleh menulis Mushaf dengan menggunakan kaidah ejaan (yang digunakan<br />

akhir-akhir ini); dia menolak pendapat itu, dan hanya menyetujuinya untuk anak sekolah saja. Di tempat<br />

lain juga ad-Dani (w. 444 H.) menyatakan bahwa semua ilmuwan dari sejak zaman Malik sampai<br />

zamannya sepakat dengan keyakinan yang sama.21<br />

Imam Malik telah ditanya tentang huruf hidup (vowels) tertentu yang tidak dibaca di dalam Mushaf:<br />

dia tidak mau menghilangkannya. Abu `Amr (ad-Dani) memberi komentar bahwa ini merujuk pada<br />

tambahan huruf hidup yang tidak dibaca; waw dan alif, seperti waw dalam , alif dalam ... , dan<br />

juga ya' dalam ... ." Ini menunjukkan bahwa imam Malik menentang untuk mengubah ejaan Mushaf<br />

secara resmi; sedangkan penulis Al-Qur'an pada zaman itu telah memilih memasukkan kaidah ejaan yang<br />

berbeda dalam naskah pribadi mereka, dalam pikirannya, ejaan ketentuan ini tidak pernah diterima<br />

sebelunmya atau menyetujui ortografi Mushaf ‘Uthmani.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!