Novel_Bingkai Batas

Aku merenung.
Bukankah kita jua yang memompa kepala besar
kita dengan cara memandang mereka. Kitalah yang,
dengan kebobrokan keperibadian kita, dengan
keterpecahan mentalitas kita, dengan mental pengemis
dan penindas kita, menguburkan mereka dalam timbunan
kata-kata angkuh yang penuh estetika dan daya intelek,
serta yang membingungkan diri kita sendiri. Kita jugalah
yang berusaha melupa-lupakan fenomena kecemerlangan
manusia-manusia semacam itu sambil mengangkat bahu
dan berkata
“Ah, romantic!”
Nenek Pia ini pasti tidak tergolong berjasa atas
negeri dan bangsa ini, sehingga tidak menagih apa-apa
buat nasibnya, tidak meminta perkebunan, bukit, atau
saham-saham, tetapi mungkin itu yang membuatnya
mandiri, bekerja keras dan menjaga kehormatannya
sebagai manusia hingga buram senja hari tuanya. Itu pula
yang tampaknya membuat sang Nenek tetap kuat. Tidak
tuli telinganya, tidak rabun matanya dan tidak sakit
pinggangnya.
145