18.01.2018 Views

Novel_Bingkai Batas

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kesebarang. Arusnya tidaklah sekuat dan sebesar ketika<br />

kami masih kecil dulu. Anakku tertawa memberi<br />

semangat. Pada hitungan ketiga kami sama-sama<br />

meloncat. Kali ini aku yang tidak bisa sampai ke<br />

seberang.<br />

Dan aku hanyut. Untungnya tempat aku merapat<br />

tidak lagi di gunakan untuk buang hajad. Bambang<br />

tertawa. Dia tetap menungguku di sebarang. Lalu aku<br />

ulangi lagi kali ini dengan ancang-ancang. Meloncat<br />

dengan diawali kaki sebelah kiri aku meloncat. Dia<br />

tangkap tangganku dan kami sama-sama akhirnya di<br />

seberang arus. Kami duduk di atas batu cadas tempat<br />

tumbukan arus. Dari atas cadas ini tampaklah batu besar<br />

ditengah arus yang biasa digunakan untuk berbagai ritual<br />

yang berhubungan dengan sungai.<br />

Aku melihat ada badan halus yang berkeliaran di<br />

atas batu tempat ritual itu. Memakai pakaian serba halus<br />

dengan renda-renda putih. Menyala dalam terang yang<br />

sangat halus pula. Berpendar seperti kunang-kunang<br />

senja, hanya mereka seperti tidak berdaya. Lalu berlahan<br />

berubah ujud, ujud hati. Hati yang tidak berdaya di bawa<br />

himpitan tangan-tangan nafsu kedurhakaan. Bambang<br />

33

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!