18.01.2018 Views

Novel_Bingkai Batas

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

lama. Aku tahu dia pasti rindu dengan ayahnya. Masjid<br />

kenangan ini mampu mengugah ingatan kolektif keluarga<br />

kami terhadap kakek yang kini sudah tiada.<br />

Pulang sholat. Kampung masih berkabut, tapi<br />

udaranya segar dan dingin, dinginnya seperti nempel<br />

dikulit dan menusuk-nusuk ke tulang. Lalu, kami<br />

hangatkan tubuh dengan kue tanpa pengawet buatan<br />

ibuku. Sambil menikmati kerenyahan kue, telinggaku<br />

juga menikmati tangisan rindu ibuku pada Ayahnya. Air<br />

mata itu obat. Obat mereduksi rindu. Dia rindu dengan<br />

ayahnya yang telah tiada dan itu bisa lama kalau ada<br />

saudaranya yang lain datang ke rumah. Jadilah ritual<br />

menagis. Sampai aku hapal nada dan cara mereka<br />

menagis. Biasanya tangisan itu akan berhenti ketika<br />

Kakak tertua Ibuku datang. Dia pemimpin tertinggi<br />

dikeluarga kami. Dialah presentatif Kakekku di keluarga<br />

patrilinial kami. Aku punya tradisi, biasannya ketika dia<br />

datang. Langsung aku pijit betisnya. Karena pasti ada<br />

kejutan-kejutan yang akan keluar dari mulutnya, mulut<br />

yang hapal habis isi Al Quran. Kedatangannya juga akan<br />

meredakan tangisan komunal yang aku hapal di luar<br />

kepala pemiliknya<br />

58

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!